Mohon tunggu...
Fathi Bawazier
Fathi Bawazier Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

6 Jam Pertama di Singapore

12 Juni 2018   14:29 Diperbarui: 13 Juni 2018   10:44 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Do you have Tandoori Chicken," sapaku pada seorang pria kekar yang berdiri di teras restoran  India dekat Mustafa Centre, supermarket terkenal di Singapura. Perut sudah sangat lapar, harus segera diisi.

"Sure, we do sir," jawabnya dengan ramah.  

Segera kuhampiri menu di atas meja sebelah pintu masuk. Pertama yang kulirik adalah kolom harga, hmm.. agak mahal namun layak untuk kelas restoran seperti ini. Akupun masuk ke dalam restoran  dan duduk di bangku dekat jendela agar bisa melihat ke keramaian, namun karena setiap kali ada tamu masuk angin dari luar yang kurang nyaman menerpaku, akhirnya aku pindah ke meja yang agak jauh dari pintu masuk.

"Biryani rice and Tandoori Chicken please," aku langsung memesan makanan ketika pelayan menyodorkan menu. "Please hurry, " tambahku. Memang aku hanya punya waktu  sedikit di Singapura, aku baru saja tiba pukul 6 sore tadi dan besok, setelah selesai mengikuti seminar Automated Digital Marketing, aku akan langsung ke Airport dan kembali ke Jakarta. 

Alhamdulillah tidak sampai lima belas menit, makanan  sudah terhidang di meja.  Segera kusantap  suap demi suap dengan lahap.

"Hmm.. fantastic, very nice" sambil mengacungkan jempol kepada si pria kekar yang kebetulan melirik ketika lewat.

"Enjoy sir" si pria kekar berkata sambil berlalu menyambut tamu yang baru saja masuk. Dari gerak-geriknya mengatur dan memerintahkan pegawai lainnya untuk membawa perangkat makan di meja, aku mengambil kesimpulan si pria kekar  adalah manager restoran  ini.

Kesimpulanku tak salah, ketika aku meminta dibawakan nota pembayaran, Ia cukup menjentikan tangannnya ke salah satu karyawan, memberi kode untuk membawa nota ke mejaku. Aku masih mengunyah suapan terakhir, seperti dugaanku semula, aku tak sanggup menghabiskan satu porsi penuh.

Kuterima nota yang disodorkan pelayan, kulirik sambil meletakannya di meja sementara tanganku bergerak untuk meraih dompet dalam saku celana sebelah kanan. Tiba-tiba mataku terbelalak, tanganku secepat kilat pindah ke saku kiri, kini jantungku yang berdebar dengan kencang.

"My wallet.......my wallet, I lost my wallet," spontan aku bangun dan berteriak-teriak seperti orang kurang waras. Seperti reflek aku menghampiri meja tempat pertama kali aku duduk. Sudah ada tiga tamu yang duduk disana. Aku seperti memberi isyarat kepada manajer restoran untuk memeriksa barangkali dompetku terjatuh disana saat pertama kali datang. Manajer memandangku tajam seperti sedang menilai kejujuranku.

Wajar saja aku dicurigai karena jika dinilai dari penampilanku yang hanya memakai kaos lengan pendek dan celana training, masuk akal jika sang manajer menyangka aku sedang bersandiwara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun