Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sirih Pinang dari Nenek Rabiah

3 Desember 2022   07:56 Diperbarui: 3 Desember 2022   07:56 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/03/20/fun-facts-hal-unik-ini-hanya-ada-di-indonesia

Apakah kamu pernah sedang patah hati lalu berkonflik dalam keluarga. Dirimu merasa tak punya arti sama sekali.

Kekasihmu meninggalkanmu, keluarga juga seolah meninggalkanmu, padahal sebenarnya tidak. Dirimu hanya sedang hampa.

Dirimu mungkin memilih mengelola sendiri kepahitan hidup menjadi manis untuk dikecap.

Keluar, keluarlah dari lubuk kesedihanmu, begitu kira-kira isi mantra patah hati. Iya seperti diriku yang ringan kaki melangkah ke mana aku suka.

Keras hati dan keras kepala terkoneksi dengan sempurna. Kaki menghentak keras, bumi mendengar kemarahan yang terpendam.

Begitulah, mulut tak bicara tapi hati bercakap-cakap dengan riuhnya. Sampai aku lupa, aku berada di mana ini?

Sebuah rumah kayu di pinggir hutan. Oh, apakah aku seorang putri yang dibuang ke hutan. Lalu memakan buah apel dan tertidur selamamya, kemudian menunggu sang pangeran membangunkan dari tidur panjang. Ah itu dongeng.

Aku mulai mencubit pipi, ini bukan mimpi. Aku mengitari rumah yang ternyata jendela belakangnya terbuka. Aku kembali berimajinasi, jangan-jangan rumah perompak. Ingin rasanya mengambil langkah seribu.

"Eit, mau ke mana nak," sebuah sapaan terdengar di telinga. Seorang nenek sedang asyik mengunyah daun sirih. Air liurnya berwarna merah pekat di sudut bibir.

Aku terpana. Nenek sihir, yang jahat sedang ingin menjebak mangsanya, begitu terlintas di pikiran. Tapi, ini tahun 2022, zaman kuda gigit roti, mustahil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun