Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat dengan Membumikan Budaya Jambi

25 Juni 2022   16:38 Diperbarui: 25 Juni 2022   16:40 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Budaya tidak pernah berakhir, selalu ada yang baru. Selalu ada bentuk kesenian yang baru, gerak tari, lagu, lukisan. Budaya adalah kisah tanpa akhir..."  Maisie Junardy,  Man's Defender     

Benar, budaya selalu ada yang baru, berkembang mengikuti zaman. Bagaimana dengan budaya yang lama? Apakah akan ditinggalkan? Tentu saja tidak. Karena budaya adalah identitas bangsa. Merawat dengan membumikan budaya, artinya melestarikan dan juga mengenalkan budaya agar tidak hilang, punah dan dilupakan. 

Begitu juga budaya Jambi, tidak ingin dilupakan oleh masyarakat Jambi. Pohon yang tinggi tidak akan melupakan akarnya. Budaya Jambi sesungguhnya sangat beragam. Salah satu peninggalan budaya yang tetap dilestarikan sampai saat ini adalah "Batik Jambi".

Batik Jambi, sudah ada sejak zaman Kerajaan Melayu Jambi. Kerajaan Melayu Jambi diperkirakan telah berdiri 644 M, dan pernah berada di puncak kejayaannya. Batik Jambi mempunyai motif yang khas dan tetap dipertahankan sampai saat ini, walaupun telah melalui berbagai proses akultrasi dengan budaya Arab, China dan India.

Sejarah Batik Jambi ini sudah ditulis dalam sebuah buku berjudul"Sejarah dan Filosofi Ragam Motif Batik Jambi" oleh tiga serangkai putra-putri kelahiran Jambi yakni Ida Maryanti Syamsir pegiat Batik Jambi bersama A. Najiullah Thaib dan Rozlinda Dewi.

Tentu saja tidak hanya Batik Jambi, masih banyak ragam seni dan budaya dari negeri "Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" yang ingin tetap dirawat agar tetap lestari dan tetap membumi, dikenal oleh generasi muda. 

Dengan kesadaran dan keinginan luhur agar budaya Jambi tetap lestari, lahirlah sebuah wadah paguyuban "Manusia Asal Jambi Tanpa Sekat Sara" berbentuk sebuah yayasan bernama Yayasan Sepucuk Jambi. 

Yayasan Sepucuk Jambi didirikan oleh putra-putri kelahiran Jambi, Mohd. Indrawan Husairi, Firman Lie, Aji Najiullah Thaib, Rozlinda Dewie, Ida Maryanti Syamsir. Saat ini dalam proses pelegalan yayasan. Ternyata, Jambi bukan hanya kaya akan seni dan budayanya, tetapi juga menyimpan sumber daya manusia yang hebat. 

Dokpri
Dokpri

Yayasan Sepucuk Jambi berupaya mengumpulkan putra putri Jambi yang mumpuni dibidangnya masing-masing untuk bergerak bersama memberi sumbangsih untuk seni dan budaya Jambi agar lestari. Beberapa program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang sedang disusun bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun