Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Biogas, Sumber Energi Alternatif Pengganti Gas Elpiji

5 Januari 2022   20:43 Diperbarui: 6 Januari 2022   10:30 12402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biogas desa Paling Serumpun, Foto LTA/dokpri

Kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi tentu sangat berdampak pada pengguna bahan bakar untuk memasak berjenis gas elpiji ini. Penggunaan gas elpiji memang lebih praktis dari bahan bakar untuk memasak lainnya seperti minyak tanah. Bahkan di dusun-dusun sudah jarang yang menggunakan bahan bakar minyak tanah, semua sudah beralih ke gas elpiji. Apalagi ada gas elpiji subsidi 3 kg untuk masyarakat miskin. 

Jika masyarakat yang masih menggunakan gas elpiji subsidi 3 kg tentu tidak ada masalah. Bagaimana jika bukan skala rumah tangga lagi tapi pelaku usaha kuliner, tentu kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi berpengaruh pada usaha mereka. 

Saya jadi teringat pada desa binaan kami yang menggunakan biogas sebagai energi alternatif bahan bakar untuk memasak.  Pada tahun 2008, saya pernah bergabung dan bekerja di LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) bernama LTA (Lembaga Tumbuh Alami). LTA merupakan LSM lokal yang berkegiatan dalam bidang konservasi dan pemberdayaan masyarakat. 

Walaupun LTA adalah LSM lokal namun banyak menjalin kerjasama dengan pihak donor dari luar negeri. Salah satunya adalah kerjasama dengan Empower Consultan Ltd (ECL) - NZAID (New Zealand's International Aid & Development Agency) New Zealand.

Kegiatan kerja sama dengan ECL yakni pembangunan biogas di desa Paling Serumpun, Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi.  Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerob yang mendegradasi bahan-bahan organik. Contohnya adalah memanfaatkan bahan terbuang seperti kotoran ternak. 

Proses anaerob yakni proses katabolisme yang tidak memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida.

Desa Paling Serumpun dipilih karena berpotensi lantaran memiliki banyak ternak sapi sehingga kotoran sapi bisa dimanfaatkan untuk biogas. Untuk pembangunan biogas di desa Paling Serumpun, dimulai dari pembangunan stasiun biogas. 

Pembangunan digister biogas, foto LTA/dokpri
Pembangunan digister biogas, foto LTA/dokpri

Stasiun biogas ini terdiri dari :
1. Bak masuk, bak yang akan menjadi tempat memasukan kotoran sapi
2. Fermenter, tempat fermentasi mikroorganisme penghasil gas
3. Digester, tempat penghasil gas dan menampung gas yang pertama
4. Bak penampung slurry, bak penampung buangan slurry dari digester
5. Kantong penampung gas, menampung gas sebelum dialirkan ke rumah-rumah
6. Rumah naungan kantong penampung gas, agar kantong penampung gas tidak rusak
7. Papan penekan kantong gas, diletakan diatas kantong penampung gas
8. Kotak penampung batu, yang difungsikan untuk menekan papan yang diletakan diatas kantong penampung gas
9. Instalasi pengaliran gas ke rumah pemakai gas
10. Kompor gas pada masing-masing rumah pengguna biogas yang sudah dimodifikasi  spuyernya.

Secara sederhana stasiun biogas bisa dilihat pada gambar berikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun