Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Revolusi dan Resolusi di Tahun 2022

1 Januari 2022   06:27 Diperbarui: 1 Januari 2022   12:35 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi https://www.piqsels.com/

Malam menjelang tahun baru 2022, saya hanya memandang langit (kamar), karena gagal kemping malam tahun baru. Cuaca yang tak mendukung membuat harus mengendon di kamar. Lalu saya mulai berpikir, apa sih revolusi dan resolusi di tahun 2022? Sambil membuka laptop dengan layar kosong, minus ide.

Mungkin lebih baik meminta pendapat orang lain, menerima masukan, siapa tahu terbuka pikiran. Saya menghubungi mentor menulis saya yang misterius. Call your friend, begitu kira-kira. Kita namakan saja beliau sebagai Bang Jali.

Saya : "Aloha bang, lagi di mana nih?"
Bang Jali : "Lagi di hatimu."

Cerah udara malam ini he he he.Yuk kita lanjut.

Saya : "Bang, mohon sumbang saran, kek mana bagusnya dalam hal tulis menulisku ini di tahun depan. Biar lebih baguslah."
Bang Jali : "Saranku tak pernah kau dengar, sering kau abaikan saja."
Saya : "Kali ini akan kudengar, bang. Percayalah."
Bang Jali : "Baiklah. Begini, coba kau tulislah artikel yang bagus. Tak perlulah beribu-ribu artikel tapi jelek semua. Kualitas, kau utamakan kualitas. Kau dengar, kualitas!!!"

Suaranya mulai menggelegar galak. Saya sampai mematikan lampu kamar. Lho kok? Iya, muka galaknya kelihatan di langit-langit kamar, hiks. Dia mulai mengomel.

Bang Jali : "Jangan terlalu ambisi nulis 1000 artikel. Rasanya hambar, kayak keluar dari pabrik. Kayak es lilin, murah meriah bobotnya."

Duh, perih dan jadi panjang ceritanya nih. Keringat dingin mulai muncul. Saking groginya, saya menghidupkan lampu kamar, menghidupkan laptop kembali. Dan mulai menulis dengan headset di telinga, lha kalau  di hidung ngupil namanya.

Bang Jali : "Hallo 3x, masihkah engkau dengar aku?"
Saya : "Masih bang."
Bang Jali : "Jadi gini ya, tak usahlah kau memaksa menulis terlalu keras. Santuy saja. Jangan terlalu gila dengan ilusi status, ilusi gelar."

Sekeras Bang Jali bicara, sekeras itu pula tangan saya mengetik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun