Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prospek Cerah Bertani Kopi untuk Petani Kopi Milenial

9 November 2021   18:57 Diperbarui: 9 November 2021   19:50 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi dan Kerinci seperti senyawa, jika terkenang akan Kerinci pasti ingat aroma kopinya yang khas. Kopi Kerinci sudah terkenal dari dahulu, alamnya yang subur menyimpan ladang-ladang "kawo", kawo dalam bahasa Kerinci adalah kopi. Sekepal tanah surga yang berada di Provinsi Jambi ini, sudah lama menghasilkan kopi-kopi terenak. 

Kopi yang biasanya hanya menjadi konsumsi di rumah dan kedai kopi, di zaman milenial kembali populer. Tempat nongkrong anak muda yang beraroma kopi juga menjamur. Tentu saja hal ini membuat usaha tanaman kopi semakin diminati dan petani-petani muda atau petani-petani milenial tertarik untuk menjadi petani kopi. 

Salah satu petani kopi milenial itu adalah pasangan suami istri (pasutri) Herlina dan Beny Herfikaroza. Pasutri ini menjadi populer tahun ini karena mengukir prestasi dengan mengusung Radjea Coffee usaha milik mereka, sebagai satu-satunya perwakilan Indonesia bersama Kementrian BUMN yang lolos mengikuti event London Coffee Festival 2021. 

Prestasi yang sangat membanggakan tentunya. Mereka diundang ke London pada September 2021, namun karena masih dalam masa pandemi maka event ini dilaksanakan secara virtual.

Usaha kopi ini mereka mulai dari tahun 2016 saat dinas terkait di Kota Sungai Penuh menggerakkan masyarakat dalam budidaya kopi arabika untuk Kota Sungai Penuh.

Kopi arabika memang sangat cocok untuk daerah dengan ketinggian di atas 1.000 mdpl. Berbagai pelatihan tentang mulai dari mengenali jenis dan varietas kopi, cara tanam, pemeliharaan, perawatan dan cara panen serta pengolahan pasca panen pun diberikan, bahkan bantuan bibit arabika pun disalurkan ke masyarakat termasuk Beny menerima bantuan bibit kopi arabika. 

Memiliki kebun sendiri kurang lebih 4 Hektar bibit kopi arabika pun ditanam dan dirawat selama kurang lebih 2 tahun kopi pun mulai menghasilkan buah.

Sumber foto Herlina/dokpri
Sumber foto Herlina/dokpri

Sumber foto Herlina/dokpri
Sumber foto Herlina/dokpri

Setelah kopi menghasilkan buah atau panen, tahun 2018 berbekal pelatihan yang sudah diperoleh, pasutri ini mencoba untuk mengolah sendiri kopi arabika yang dipanen dengan melakukan 3 (tiga) proses pengolahan yaitu Natural, Fully Wash dan Honey. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun