Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Benarkah Perempuan yang Menulis adalah Perempuan Hebat?

21 Oktober 2021   15:42 Diperbarui: 21 Oktober 2021   15:59 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan. Sumber: Piqsels

Saya dari dulu sudah terbiasa membawa sapu tangan, karena saya konservasionis yang hemat penggunaan tisu. Sapu tangan saya basah kembali hari ini. Kenapa? Kecemplung got? Bukan, saya menangis. Lho, kenapa? Saya selalu banjir air mata jika ada yang menyemangati menulis.

"Tetap menulis, ya?"
"Tetap semangat menulis!!!"
"Jangan berhenti menulis"
"Perempuan dan penulis itu, sosok hebat"

Begitu kata-kata semangat dari sahabat-sahabat saya, baik dari kalangan penulis maupun dari luar dunia kepenulisan. Kenapa harus menangis? Karena ternyata menjadi perempuan yang menulis itu sangat berat. 

Apalagi yang masih aktif bekerja, mencari waktu luang itu sangat sulit. Bukan beban pekerjaan saja yang harus ditanggung tapi juga urusan rumah/keluarga dan urusan lainnya. It's complicated.

Waktu 24 jam rasanya tidak cukup. Pagi saya harus memasak, mencuci pakaian, ke kantor sampai sore, dan pulangnya sudah capek. Belum lagi jika masih ada pekerjaan kantor yang deadline, mesti lembur malam harinya. Saya sering ditawari ikut lomba menulis tapi jarang mengikuti, karena sulit berkonsentrasi.

Tapi, puisinya nongol tiap hari tuh, mungkin begitu anggapan sahabat semua. Menulis puisi, saya tidak perlu duduk serius di depan laptop. Saya biasa menulis menggunakan hape. Jika ada waktu luang dan ada inspirasi, saya akan segera menuliskannya. Kadang tulisan-tulisan itu ada yang final dan ada yang tetap duduk manis di draft. 

Kenapa perempuan harus menulis? Terbersit pertanyaan. Tidak inginkah menjadi perempuan yang kongkow, nongki-nongki manis bersama teman-teman perempuan. Kumpul sana kumpul sini. 

Kalau pertanyaan itu dilempar kepada saya, bahwa menulis membuat saya bahagia dengan catatan tanpa tekanan. Saya tidak hobby nongkrong, kalaupun nongkrong sebatas reuni dengan sahabat yang sepemikiran. 

Perempuan juga punya hak bersuara melalui tulisan, menyampaikan pendapat. Perempuan juga "human", memiliki ekspresi, imaginasi, perasaan. Apakah itu gembira, sedih, kecewa, marah, dan lain sebagainya. 

Perempuan yang tidak menulis mungkin punya cara lain untuk bersuara, tapi perempuan yang menulis menyampaikannya melalui tulisan. Melalui tulisan, perempuan penulis berekspresi dan berkreasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun