Memaknai Artikel ke-1000 di Kompasiana

Saya tidak membenci orang yang memberi kritik (salam damai jika brother saya baca), hanya saya tidak ingin di"push" seperti ini. Saya biasa menulis natural, apa adanya, mengalir begitu saja. Maksudnya baik, bahwa beliau ingin saya menjadi yang terbaik disini. Puisi menurut saya sebuah seni, tak ada patokan bahwa puisi ini nilainya 10, puisi itu nilainya minus. 

Saya tidak menyimpan sakit hati yang lama, jika menulis membuat stress ya tidak usah menulis. Ada yang lucu, sahabat baik sering cek kesehatan mental saya.
"Kamu masih waras apa sudah gila dalam menulis?" tanyanya kuatir.
Saya hanya tertawa.

Untuk saat ini dan selanjutnya, saya hanya berkeinginan enjoy dalam menulis. Bahagia dalam kesenangan menulis. Puisi saya yang sederhana dan tak berbau sastra, saya menghargainya karena lahir dari hati, pikiran, kejujuran jiwa. Saya tak punya cita tinggi harus jadi begini harus jadi begitu. Saya juga tidak peduli kapan centang hijau akan menjadi biru, maupun label pilihan yang sering tidak singgah. Menulis bukan tujuannya untuk itu. Begitupun K-reward, walaupun saya nampang tiap hari, K-reward saya tetap di "dan seterusnya, silakan cek akun masing-masing". 

Untuk artikel ke-1000 ini, saya mengucapkan terima kasih pada rekan Kompasianer yang telah mendukung saya, menjadikan saya menjadi lebih baik lagi dalam hal menulis. Juga buat komunitas menulis Inspirasiana yang selalu support dan sudah seperti keluarga bagi saya. Tak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada Kompasiana yang menjadi rumah bersama kami berliterasi.

Yuk liburan dulu...

Salam Literasi
Fatmi Sunarya, bukan pujangga
27 September 2021