Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dia, yang Memanggil Saya dengan Sebutan Bunda

6 Februari 2021   07:46 Diperbarui: 6 Februari 2021   07:53 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Abdul Azis/dokpri

Saya berkenalan dengan Abdul Azis ketika kami berdua ditunjuk sebagai admin sebuah grup FB Kompasianer Penggila Puisi (KPP). Waktu itu Azis sangat bersemangat dalam dunia puisi-puisinya. Hingga akunnya diblokir dan dia sempat down. Tapi saya dan teman-teman memberi semangat untuk tetap menulis. Dan dia mulai menulis lagi dengan akun yang baru, tapi tidak begitu menggebu seperti saat awal mulai menulis dulu.

Seperti saya juga, semangat menulis sering naik turun. Dia pun pernah rehat dalam menulis. Saya hanya tahu kalau dia tinggal di Kediri dan yatim piatu. Makanya ketika dia memanggil saya dengan sebutan bunda, saya tidak menolaknya.

Kami berdua juga bergabung dalam Inspirasiana. Beberapa waktu yang lalu dia sempat istirahat menulis karena sakit. Kala saya tanyakan sakit apa, dia menolak menjawabnya.

Dia sering curhat, kalau tidak kuat menjalani hidup ini. 'Bunda, aku ngga kuat," katanya suatu ketika. Saya memarahinya, kuatkan mental, hidup memang harus berjuang. Jangan menyerah. Saya mengerti, dia masih muda, masih sering galau

Saat ulang tahunnya tanggal 28 Oktober 2020 lalu, saya memberinya puisi dan dia menangis. Terima kasih bunda, katanya berkali-kali.

Le, kita pernah berbincang
Tentang puisi-puisi sekeras karang
Puisi lembutpun pernah terkarang
Tentang Anggraeni, perempuan yang kau sayang

Le, jadilah dirimu sendiri
Keras kehidupan menempa diri
Tak perlu menjadi orang lain dalam berpuisi
Bukankah kita menulis dari hati, bukan oleh ambisi

Le, selamat hari jadi
Semoga bahagia menyertai
Sukses untukmu menanti
Tetap semangat mengarungi hidup yang kau jalani

FS, 28 Okt 2020

Dia chat saya tanggal 21 Januari 2021 lalu, mengajak kolaborasi dalam sebuah lomba puisi dan pembacaan puisi. Maksudnya, saya yang buatkan puisi dan dia yang bacakan. Sayangnya, hari itu saya lagi SWAB di rumah sakit.

Dia mengomentari status WA saya tanggal 26 Januari 2021. Saat itu saya sudah masuk rumah sakit untuk isolasi dan perawatan karena terpapar Covid-19. "Cepat sembuh bunda," ujarnya. Saya langsung  mengutarakan bahwa saya tidak bisa ikut lomba bersamanya. Karena tidak konsentrasi dan lebih fokus dalam masa isolasi. Setelah itu, saya tidak komunikasi lagi. Sampai tanggal 5 Februari 2021, mendapat kabar Abdul Azis berpulang.

Abdul Azis pernah memberi saya puisi berjudul "Sepasang Merpati Tua' dan juga membacakan puisi yang saya tulis untuk Inspirasiana berjudul "Bumi dan Nirwana".

Sepasang Merpati Tua

Teruntuk Ibu Fatmi Sunarya
Maaf jika kurang menariknya puisi ini, karena saya yang masih belajar dan terus belajar.
Semoga diterima dengan baik ya bu.
_______________
SEPASANG MERPATI TUA

Kita adalah sepasang merpati dalam kisah mengupas bola mata
Duka telah mengental dalam darah merona kepiluan
Lama nian kita tak menggangkasa mengantar pesan pada angin peneduh jiwa
Sayap- sayap rindu seolah lengket dalam kepakan cinta

Walau jasad bersemanyam dalam sangkar baja,
tapi jiwa bebas merayap mengisah alur
Menerawang kemana suka tanpa bentangan menghadang kasih
Perihal engkau sejatinya sang petualang
Telapak kaki mengambang di atas cerita tanpa tokoh sebagai pelakon hidup

Dibalik jeruji mungil berkotak persegi,
kita sulam kisah dengan mata sendu melukis cinta
Aku adalah penjantan tangguh berkeruk-koar dalam sangkar asmara
Memuji caramu berlenggang agar kau tertunduk malu dalam aura kesenduan dalam semesta

Tawuran asmara menjauh dalam tataran cinta beraroma rindu
Ikrar telah menjerat kita dalam menguburkan setiap silap yang menyilapkan
Kita adalah sepasang merpati tua
Bercinta mesra dalam batas suci membentangkan literasi

Separuh mata dipicingkan seolah ini permaianan jiwa
Bersama dalam duka merawat kesetiaan pada masa tak pasti
Hanya maut yang tidak mampu kita usir dari lembaran cerita senja
Jika sangkar hidup dicakar sang elang langit, kemana jiwa kugadaikan

Jika kau dipanggil pulang menuruni waktu menepati janji
Aku akan terbang secepat kilat melacak harumnya wangi tubuhmu
Kususur jiwamu menembus aras, karena ku tak mampu menulis cerita hidup tanpa adamu.


Kediri, 24 September 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah

Selamat jalan Le, semoga husnul khotimah. Bahagia bertemu bapak dan ibu yang menunggu di surga. Kami hanya bisa mengirimimu doa. Alfatihah.

Dan tidak ada yang memanggil 'bunda" lagi.....

FS, 6 Februari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun