Mohon tunggu...
Fataty maulidiyah
Fataty maulidiyah Mohon Tunggu... Guru - Merupakan Guru PAI di MAN 2 Mojokerto

Guru PAI di MAN 2 Mojokerto Jatim, Ibu dari 4 anak pemerhati pendidikan dan pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengadaptasi Sekolah Totto Chan

19 September 2020   17:30 Diperbarui: 19 September 2020   18:41 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengadaptasi sekolah Totto-Chan

Oleh : Fataty Maulidiyah,M.PdI

Sampai sekarang  saya masih tertarik dengan buku pendidikan dengan sampul seorang gadis kecil didekat jendela bernama Totto-Chan. Dulu jaman kuliah sekitar tahu 1998, kakak senior menawarkan dan merekomendasikan tentang buku pendidikan yang patut dibaca orang pendidikan. Entah itu mahasiswa pendidikan, mahasiswa fakultas tarbiyah seperti saya, dosen, motivator, guru PAUD, siapapun yang berkewajiban memiliki panggilan hati untuk mendidik.

Namun sampai sekarang saya belum juga bertemu buku tersebut yang ber4judul :” Totto-chan, gadis kecil di dekat jendela”. Karya seorang visioner pendidikan bernama Mr. Sosaku Kobayashi. Segera saja saya googling tentang review buku tersebut dari berbagai blog dan lainnya. Apapun yang mengulas buku tersebut. Konon buku tersebut pertama terbit pada tahun 1981 dan sudah mengalami cetak ulang berkali – kali. Semoga saja suatu saat saya bertemu buku tersebut dan bisa memilikinya. Okelah saya akan membahas dari review orang. Terpaksa. Yang penting saya mendapat informasi tentang isi buku tersebut.

Buku tersebut berbentuk memoar dengan tebal 272 halaman. Sang penulis bercerita tentang pengalaman masa kecil seoranmg gadis yang susah dipahami orang dewasa. Kelakuannya dinilai mengesalkan dan tidak seperti anak pada umumnya. Ia kerap berdiri dipinggir jendela kelas saat guru menerangkan pelajaran di depan kelas. Ia sering membuka-tutup laci meja puluhan kali. Setiap hari hanya karena senang hingga mengganggu konsentrasi orang lain saat sedang belajar. Hampir semua guru menyerah menghadapi Totto-chan. Mereka memutuskan untuk mengeluarkan Totto-chan  dari sekolah tersebut karena dinilai tidak mampu mengikuti aturan dan cara belajar di sekolah.

Tapi tidak halnya dengan kepala sekolah di Tomoe Gakuen. Sekolah baru Totto-chan. Pertama kali memasuki sekolah barunya, sang kepala sekolah meminta Totto-chan bercerita tentang dirinya dan ia  tahan mendengarnya hingga 4 jam! Sebagai tanda bahwa ia memiliki perspektif yang berbeda dalam melihat dunia anak. Sejak saat itu dunia kecil Totto-chan mulai berubah.

Kekuatan buku ini terletak pada sosok kepala sekolah dasar Tomoe, Sosaku Kobayashi, visioner pendidikan yang sangat mencintai anak – anak. Bukti kecintannya diwujudkannya dalam mengelola sekolah dengan konsep anti mainstream ini tertangkap melalui visualisasi gerbong – gerbong kereta sebagai ruang kelas untuk belajar. ( Reviewer : Mita Hapsari,Kompasiana 27 Februari 2016 ).Review tersebut sangat panjang berkaitan dengan isi buku tersebut. Namun dari hasil membaca saya di berbagai sumber. Intisari yang saya dapatkan adalah tentang konsep ; Belajar menyenangkan, merdeka belajar, belajar alam juga tentang kehidupan.

Tentang kebiasaan Totto-chan yang selalu melihat keluar jendela adalah sebuah indikasi anak, peserta didik atau siswa. Apapun kita menyebutnya selalu tertarik dengan keadaan diluar jendela kelasnya. Seorang anak kecil lebih tertarik dengan keadaan di luar jendela kelasnya. Seorang anak kecil akan lebih tertarik ketika melihat bagaimana induk itik mengajari anak-anaknya berenang di kolam daripada tentu curva-curva dan angka – angka di papan tulis.

Totto-chan kecil dewasanya bukanlah orang sembarangan. Ia adalah Tetsuko Kuroyanagi yang telah dikenal sebagai dramawan, penulis dan penyiar anak – anak NHK jepang. Kesuksesan karirnya berawal dari niatnya yang sederhana yakni menjadi ibu yang dapat membacakan cerita anak – anak dan menulis cerita bergambar dengan baik.

Dalam suatu kelasnya ia melontarkan pertanyaan pada siswanya. “ siapakah yang pernah melihat katak yang melompat di kolam ?”. tak ada siswa yang menjawab kecuali satu siswa bernama Basho. Bahwa ia pernah melihatnya dalam perjalanan menuju pasar bersama ibunya. Maka Tetsuko beranggapan bahwa harus ada metode pendidikan yang memungkinkan seseorang memiliki kepekaan seperti Basho.

“ Yang harus ditakuti dari dunia fana ini adalah jenis orang – orang yang tidak mengerti keindahan walaupun memiliki mata, tidak mendengarkan irama musik walaupun memiliki telinga dan tidak memiliki kebenaran meski memiliki hati.”

Bukankah menyakitkan jika kita menemui seorang anak tumbuh besar dengan kepandaian membaca, menulis dan menghafal buku tetapi gagal menanggapi kompleksitas lingkungan sosialnya sebagai bagian yang nyata-nyata mengembangkan dirinya ? . bagaimana seandainya kita menemukan seorang perempuan yang pandai mengaji tetapi juga fasih menyebarkan berita bohong dan menelanjangi orang lain ?

Dalam realitasnya, seorang remaja di sekolah menengah tentu lebih tertarik menyanyikan lagu – lagu berbahasa inggris sembari menyelami maknanya daripada membaca text berjudul “ Indinesia Archipelago”. Maka konsep yang telah diterapkan kepela sekolah Tomoe adalah mengahdirkan dunia realitas, masuk dalam kelas.

Saya sendiri pernah mendengar sekilas – sekilas disela – sela bincang ringan di ruang guru sekolah sayatentang konsep sekolah. “ Kenapa sekolah tidak dibangun seperti taman hiburan ? dimana banyak bangku-bangku , gazebo – gazebo, ruang terbuka hijau dan penataan interior kelas yang nyaman, menyenangkan namun juga konsisten sebagai tempat belajar.

Entah, apakah kelak terwujud atau mungkin sudah ada konsep – konsep sekolah alam, sekolah yang menyenangkan ini akan bertambah jumlahnya. Bahwa ada jutaan Totto-chan di luar sana yang mungkin adalah anak didik kita yang merindukan sekolah yang benar – benar mengajarinya arti kehidupan sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun