Mohon tunggu...
Fata Azmi
Fata Azmi Mohon Tunggu... Guru - Belajar, Berlilmu, Bermanfaat

Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Hanya Menua

19 Juni 2021   11:08 Diperbarui: 20 September 2021   15:59 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menua adalah proses alamiah yang dialami setiap manusia ada yang memandang menua adalah soal bertambahnya umur dan semakin dekat dengan ajal, sebagian lainnya beranggapan menua hanya perjalanan waktu produktivitas dan kreativitas tidak boleh lekang olehnya, ada juga yang mengartikan menua adalah waktunya bertobat atas segala dosa yang telah diperbuat.

Tidak ada manusia yang kekal abadi, pada waktunya kita akan pergi meninggalkan dunia ini. Seiring berjalan waktu manusia mendapat berbagai macam pelajaran dalam hidupnya, sejauh mana upaya untuk mendalami sesuatu sejauh itu pula apa yang akan diperoleh dari hal tersebut maka menjadi keniscayaan setiap apa yang telah kita lalui hendaknya ada hikmah yang dapat diambil darinya.

Memaknai proses menua dalam hidup ini perlu kiranya ditelisik mengapa tidak sedikit dari manusia menemui penyesalan di sisa hidupnya, entah menyesal karena keinginannya tidak tercapai, perlahan dilupakan bahkan ditelantarkan oleh sekitarnya sampai berkeluh kesah mengutuk keadaan hingga ke Tuhannya karena masa tuanya tidak seperti yang diimpikan.

Menyalahi masa lampau sudahlah terlambat, maka di sisa waktu yang kita miliki hadirkanlah masa kini dan masa depan dengan tanpa penyesalan yaitu dengan mengoptimalkan anugerah yang diberikan Tuhan sebab

konsekuensi orang-orang yang mau dan mampu berfikir adalah tidak mengabaikan apa yang telah diberikan kepadanya.

Agar tidak hanya menua

Berkaryalah

Sejarah mencatat orang-orang yang namanya masih dan akan selalu dikenang sampai hari ini dan seterusnya adalah mereka yang berkarya di masanya, kita mengenal Imam Ghazali karena karyanya  Kitab Ihya' Ulum al-Din, Imam Syafi'i dengan Kitab Ar-risalah , Ibnu Sina dengan Kitab Qanun fi Thib, Khalil Gibran, Jalaluddin Rumi, Buya Hamka, M Natsir mereka dikenang  karena karya-karya monumentalnya. 

Tidak berkarya adalah luka, setidaknya kalimat itu layak untuk dijadikan pelecut bagi kita untuk berusaha sebaik mungkin meninggalkan karya terbaik dalam hidup ini. Apapun bentuk karyanya baik buku, karya seni dan lainnya terlebih dengan karya amal- amal kebaikan yang akan menghantarkan kita pada kebahagiaan abadi.

Setelah tiada manusia akan meninggalkan kesan, kesan buruk dan kesan baik tergantung dari apa yang dilakukan selama hidup, mereka yang meninggalkan karya akan selalu dikenang dan mereka yang hanya diam serta tidak berusaha melakukan apa-apa pada akhirnya akan tenggelam dilupakan.

Bersama dalam kebaikan dan kebermanfaatan

Dalam mengarungi lika-liku kehidupan tidaklah mudah jika kita hanya berkonsentrasi untuk kebahagiaan diri sendiri dengan mengabaikan kehadiran orang lain, diciptakannya manusia dengan keberagamannya bukan menjadi penghalang untuk terwujudnya kebersamaan.

Justru perbedaan yang ada mestinya dijadikan modal besar untuk melakukan hal besar, ketangguhan tidak semata mampu berdikari, menjadi magnet penggerak agar orang-orang terpacu dalam kebaikan dan kebermanfaatan dalam hidup adalah ketangguhan dalam merespon peradaban yaitu dengan berkontribusi dalam komunitas, organisasi, jamaah dan berbagai bentuk perkumpulan lainnya.

Berproses dalam kebaikan dan kebermanfaatan adalah jalan panjang untuk menempuhnya perlu kekuatan mental dan usaha tanpa henti tentunya, hujanan kriktik dan celaan akan mengalir deras didalamnya. Maka perlu diperkuat dengan ilmu dan keyakinan, dibuktikan dengan amal dan usaha serta diperjuangkan dengan komitmen dan kesungguhan.

Pantang menyerah

Menyerah dan berjuang merupakan pilihan, dalam setiap episode kehidupan dua hal ini selalu berhadapan dan kita memiliki kebebasan untuk memilih diantara keduanya, setiap pilihan selalu ada konsekuensinya.

Pantang menyerah adalah sikap diri kita yang tidak mudah menyerah dengan tantangan dan rintangan yang hadir silih berganti. Orang-orang yang memiliki sikap pantang menyerah tidak mudah pasrah begitu saja dengan keadaan, melainkan mereka akan berjuang dengan usaha maksimal dengan apa yang mereka miliki di setiap kesempatan yang ada. 

Tidak ada harga gratis dalam setiap perjuangan, pengorbanan selalu mengirinya, mereka yang pantang menyerah perlahan tapi pasti semakin mendekat kepada kemenangan oleh karenanya dalam situasi apapun menyerah dan putus asa haruslah kita singkirkan, memastikan perjuangan masih panjang adalah jati diri manusia yang tidak hanya menua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun