Mohon tunggu...
faruq amrulloh
faruq amrulloh Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar dari sejarah

Berbagi peristiwa sejarah yang telah terjadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peranan Laskar Hizbullah Malang dalam Perang Kemerdekaan

15 Januari 2021   21:27 Diperbarui: 15 Januari 2021   21:39 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penelitian mengenai laskar Hizbullah dilakukan dan menyimpulkan hasil bahwa Pasukan dari Malang yang dikirim pertama kali ke Surabaya adalah BKR dari resimen 38 kompi Sochifudin bersama dengan laskar Hizbullah Malang yang bertugas sekitar 14 hari di medan pertempuran. Setelah Surabaya berhasil dikuasai Belanda pada 21 Juli mulai melakukan Agresi Militer menuju Karesidenan Malang. Belanda dengan persenjataan lengkap menyerang dengan strategi kontak secara langsung (ofensif). Menurut keterangan Bapak Djoemain (2019) Pasukan Belanda langsung dihadang Pasukan Indonesia yang bertugas di Malang bagian utara yaitu Hizbullah-Sabilillah. Karena perbedaan kualitas pasukan dan persenjataan sebagian besar wilayah karesidenan Malang berhasil dikuasai Belanda terutama Kota Malang. Namun ketika Belanda berusaha menguasai lebih banyak daerah Malang ketika Agresi Militer Belanda II pemerintah melaksanakan program pelatihan peningkatan kualitas pasukan. Pelatihan di Malang dibagi menjadi dua di Ngajum untuk calon prajurit TNI dan perwira dilaksanakan di Sumbertangkep Dampit. Setelah pelatihan dilakukan struktural digabungkan menjadi satu dalam TNI, salah satunya Brigade XIII yang merupakan gabungan Kelasakaran di bawah Divisi I Jawa Timur

PEMBAHASAN

Peranan Laskar Hizbullah Malang pada Perang kemerdekaan di Surabaya 10 November 1945 

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia Belanda berupaya merebut kembali kekuasaan atas Indonesia. Upaya yang dilakukan Belanda salah satunya dengan merebut kekuasaan didaerah yaitu Surabaya. Dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surabaya sangat penting adanya dukungan rakyat. Salah satu dukungan datang dari rakyat Indonesia yang berada di Malang. Pasukan yang dikirim dari Malang terdiri dari masyarakat sipil dan pasukan yang memang terlatih untuk menghadapi perang. kelompok masyarakat sipil yang dikirim dari Malang ada kelompok kelaskaran. Ada dua kelaskaran yang berbasis pondok pesantren berdiri di Malang yaitu Sabilillah dengan kepala markas tertinggi KH. Masykur yang berasal dari Singosari Malang. Kelompok kelaskaran satunya lagi adalah Hizbullah Malang berangkat ke Surabaya dipimpin oleh KH. Nawawi Thohir dan Abbas Sato dengan Jumlah 168 Pasukan (Jauhari,28;2018). Selain itu oleh Nur hadi & Sutopo, (1997:54) diungkapkan bahwa Pasukan dari Malang yang dikirim pertama kali kali ke Surabaya ada BKR dari resimen 38 kompi Sochifudin yang bertugas sekitar 14 hari di medan pertempuran

Setelah Surabaya berhasil dikuasai Sekutu lalu diserahkan kepada Belanda, lalu Belanda masih mencoba menguasai wilayah Indonesia yang lain seperti Malang. Melihat kondisi pasukan Indonesia dengan persenjataan minim dan belum banyak pengalaman berperang melawan Belanda, sementara Belanda dengan persenjataan lengkap dan canggih. Pemerintah Indonesia berusaha melukukan upaya diplomasi dan perjanjian damai. Meski telah dilaksanakan perjanjian damai masih terus terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dan Indonesia. Belanda bertujuan merebut kembali wilayah kekuasaan Belanda. Pertempuran tersebut terjadi di beberapa wilayah strategis di Jawa Timur seperti pelabuhan dan daerah jalur transportasi dari perkebunan menuju pelabuhan. Surabaya sebagai wilayah pelabuhan besar di Jawa Timur sudah dikuasai oleh Belanda, maka Belanda berusaha menguasai daerah yang subur seperti salah satunya Malang. Setelah perjanjian Linggarjati antara pasukan Belanda dan pemerintah Republik Indonesia masih terjadi pertempuran di antara pasukan Indonesia dan Belanda. Pertempuran berupa letupan kecil di beberapa wilayah perbatasan menurut perjanjian Linggarjati masih tetap saja terjadi. Bahkan pada 25–28 Januari 1947 saat pemerintah pusat masih berusaha berunding mengenai perjanjian damai. Pasukan Belanda dari Surabaya sudah mulai masuk ke Sidoarjo dengan menyerang pertahanan Republik Indonesia di Porong Sidoarjo, hal tersebut dilakukan untuk mendorong mundur pasukan republik. Pasukan republik terus didorong hingga Gempol, Pandaan, Lawang, yang bertujuan menguasai wilayah karesidenan  Malang. (Jauhari, 2018;43) 

keterlibatan Laskar Hizbullah Malang pada Agresi Militer Belanda I di Malang 

Belanda mengumumkan secara terbuka tidak terikat lagi dengan perjanjian pada 20 Juli 1945 yang disampaikan Gubernur Jenderal Hindia Belanda H.J. Van Mook, Belanda mulai melakukan penyeragan atau operasi militer secara mendadak pada 21 Juli 1945 bergerak menuju Malang. Wilayah Malang menjadi target karena sifatnya sebagai daerah pertahanan, Pasukan Belanda harus menemui berbagai rintangan selama menuju Malang. Baru pada 31 Juli 1947 Belanda dapat masuk Kota Malang hingga kembali berada di bawah pendudukan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I

Pasukan Indonesia yang terdiri dari TKR/BKR, Laskar Hizbullah-Sabillah bertahan mengahadapi serangan Belanda yang begitu mendadak. Tetapi tidak hanya bertahan di Pasuruan, pasukan laskar Hizbullah juga melakukan berbagai strategi gerilya di daerah Lawang dan Singosari. Setelah perang di Surabaya laskar Hizbullah terus berlatih dan menguatkan koordinasi dan kemampuan berperang di Masjid Hizbullah Singosari. Awalnya masjid tersebut adalah musholla yang di waqaf kan oleh Haji Mansoer seorang pengusaha besar di Singosari dan juga merupakan ayah KH. Masjkur pemimpin Sabilillah Malang.

Masjid yang berada di sebelah barat Jalan Surabaya-Malang atau sekarang berada di jalan Masjid Desa Pagentan kecamatan Singosari didaerah pasar Singosari sekarang. Menurut keterangan bapak H. Nidhom Thohir (2018) takmir masjid yang diberi nama Hizbullah. Masjid Hizbullah dulu tempat berkumpul para santri di sekitar Malang ketika pasukan Belanda mulai mengarah ke Malang. Masjid Hizbullah juga digunakan untuk tempat gemblengan atau pembekalan dalam menghadapi Belanda. Pasukan laskar-laskar masih bertahan di Singosari Malang berusaha mempertahankan wilayah kekuasaan Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan perang Surabaya para santri terus berjuang mempertahankan wilayah Malang dengan semangat jihad seperti isi resolusi jihad. Sepanjang jalan mulai dari Lawang sampai dengan Singosari pasukan republik Indonesia terus bertahan meski harus menghadapi tank dan persenjataan yang lengkap milik Belanda.

Pasukan Belanda semakin maju memojokan pasukan dari Malang. Belanda terus menggempur dengan berbagai alat perang yang canggih dan lengkap. Pertahanan di Malang yang didominasi pasukan kelaskaran dan pejuang rakyat semesta harus berjuang sekuat tenaga dan berbagai strategi gerilya pun dilakukan. Belanda dengan persenjataan lengkap menyerang dengan strategi kontak secara langsung (ofensif). Menurut keterangan Bapak Djoemain (2019) dalam upaya menghadang pasukan Belanda Jalan dari Pasuruan menuju Malang. Pasukan Belanda tidak hanya langsung dihadang Pasukan Indonesia yang bertugas di Malang bagian utara yaitu Hizbullah-Sabilillah. Sepanjang jalan juga ditutup dengan barikade benda-benda yang ada dirumah penduduk sekitar, namun sebagai antisipasi Belanda berhasil masuk ke Kota Malang direncankan Strategi bumi hangus apabila Belanda mulai mendekat garis pertahanan.  Strategi bumi hangus dari tentara Indonesia akhirnya ditetapkan untuk membatasi gerak musuh juga meminimalkan pengejaran pihak Belanda terhadap pejuang Indonesia ( keterangan bapak djoemain, 2019)

Secara strategis operasi militer ini sengaja dijalankan pada bulan Ramadan 1366 H, saat umat Islam beribadah lebih fokus lagi, yang ingin dihancurkan oleh Belanda bukan pemerintahan RI, melainkan basis kekuatan milisi-milisi lokal. Khususnya Hizbullah dan Sabilillah, sebab Jawa Timur adalah basis utama dua kekuatan ini.Tepat pada pukul 03.00 tanggal 31 Juli 1947, pasukan Belanda mulai menyerbu Kota Malang dengan kendaraan berat dan persenjataan lengkap. Pasukan Belanda cukup mudah memasuki Kota Malang sebab kota ini telah dikosongkan oleh Komando Divisi Untung Suropati dan Kota Malang dinyatakan sebagai kota terbuka. Pasukan Belanda berhasil merangsek masuk ke Kota Malang dari Lawang mereka bergerak menerobos kepusat Kota Malang. Belanda berniat menguasai kembali kota ini. Akan tetapi, Malang yang telah dibakar dan dikosongkan tak berarti pasukan Belanda bisa mendudukinya tanpa perlawanan dari rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun