Mohon tunggu...
Farrel Azhar Ramadhan
Farrel Azhar Ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - Seni

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik di Universitas Islam Nusantara yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta, Buah Batu, Bandung, Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Indonesia Tidak Bisa Mengembangkan Budaya K-Pop Seperti Korea?

15 Juli 2021   23:41 Diperbarui: 15 Juli 2021   23:42 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya populer menjadi akar dari terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang hingga kini menyebar di seluruh dunia. Salah satu kebudayaan baru yang timbul dan digemari di hampir seluruh penjuru dunia saat ini adalah kebudayaan populer yang berasal dari Korea Selatan atau yang hingga saat ini dikenal dengan sebutan K-Pop (Korean Pop). Produk dari Korea Selatan itu sendiri berupa hiburan yang ditransmisikan melalui media massa. Dimulai dari pembuatan secara massa dan transmisi budaya Korea Selatan ke banyak wilayah di dunia dan hingga kini kebudayaan populer tersebut berhasil membuat penduduk dari belahan dunia lainnya tertarik untuk mengikuti perkembangan hingga mengadaptasi kebudayaan yang berasal dari negara tersebut.

Sebagai Mahasiswa saya akan membahas faktor-faktor di balik kesuksesan K-Pop Pada pemaparan pembahasaan di makalah kali ini, serta ulasan ini juga dapat digunakan oleh Indonesia ataupun negara lain dalam menumbuhkembangkan industri seni dan budaya di masing-masing negara.

Pengertian Budaya Populer

Menurut Wikipedia, Budaya populer (dikenal juga sebagai budaya pop atau kultur populer) adalah totalitas ide, perspektif, perilaku, meme, citra, dan fenomena lainnya yang dipilih oleh konsensus informal di dalam arus utama sebuah budaya, khususnya oleh budaya barat di awal hingga pertengahan abad ke-20 dan arus utama global yang muncul pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Dengan pengaruh besar dari media massa, kumpulan ide ini menembus kehidupan masyarakat.

Budaya populer awalnya berkembang di Eropa, lebih banyak diasumsikan dengan budaya yang melekat dengan kelas sosial bawah yang membedakannya dengan budaya tinggi dari kelas yang elit. Budaya populer juga sering kali didekatkan dengan istilah 'mass culture' atau budaya massa, yang diproduksi secara masal dan dikonsumsi secara masal juga. Jadi, budaya lokal adalah produk budaya yang bersifat pabrikan, yang ada di mana-mana dan tidak memerlukan usaha untuk mengkonsumsinya.

Faktor Dibalik Kesuksesan Budaya K-Pop Hingga Mendunia

Budaya K-pop sukses memasarkan industri kreatifnya hingga mendunia, dari hal tersebut dapat diambil salah satu contoh betapa remaja di Indonesia tergila-gila dengan musik dan selebriti Korea. Kesuksesan Korsel diawali dengan konten yang berkualitas. Ujung tombak mereka: drama dan musik K-Pop.

Jika berbicara soal musik, kita bisa melihat kerja keras mereka dan sistem yang mereka gunakan untuk memaksimalkan talentanya. Para penyanyi K-Pop berlatih berjam-jam selama sehari. Mereka juga punya sistem memasukkan seseorang dari luar Korsel yang bisa berbahasa asing sebagai personel. Dengan demikian, K-Pop bisa diterima di semua negara dan kalangan, terutama remaja. Korea sangat sukses menjadikan industri kreatif sebagai pelestari budaya sekaligus perangkul generasi muda, bahkan linta negara. Bahkan dengan karakter seperti Psy, orang tahu Korea. Korea sangat mengerti nilai dunia hiburan dan menjadikannya sebagai jalan merangkul orang-orang bersama.

Ketika menyebutkan kunci sukses K-Wave, hal utama yang disebutkan oleh Dubes Kim adalah lingkungan pendukung pertumbuhan K-Wave yang terdiri atas lima faktor.

Pertama, pencabutan larangan bagi warga Korea Selatan untuk bepergian ke luar negeri. Kedua, konsistensi dalam mencari mesin pertumbuhan K-Wave yang baru. Ketiga, mempromosikan ekonomi terbuka dan pendekatan aktif terhadap kebudayaan yang beragam. Keempat, pelarangan UU Sensor. Terakhir adalah peningkatan investasi untuk infrastruktur internet berkecepatan tinggi.

Adapun aspek-aspek yang mendukung tumbuh kembang K-Wave, ada lima faktor juga yakni peraturan pemerintah yang minim; investasi jangka panjang dan berkesinambungan; pemanfaatan sosial media secara proaktif; konten yang kuat dengan sumber global; serta pendekatan yang menyeluruh dan sistematis dengan prinsip "from management to creation".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun