Mohon tunggu...
Farraz Theda
Farraz Theda Mohon Tunggu... -

Farraz Theda, Communication Officer dalam program Jejaring Ketahanan Kota-kota di Asia terhadap perubahan iklim (ACCCRN) Mercy Corps Indonesia. Ia memperoleh gelar S1 dari jurusan komunikasi Universitas Indonesia, dan merupakan mahasiswi pertukaran pelajar Chonbuk National University.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kampung Iklim Terhosor berkat Pengelolaan Sampahnya yang Apik

1 September 2016   16:56 Diperbarui: 2 September 2016   09:08 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perubahan iklim tentu bukan isu yang asing lagi di telinga kita. Beberapa orang bahkan sudah imun mendengar term 'perubahan iklim'. Namun tidak bagi warga Kampung Merbabu Asih di Kota Cirebon. Sudah delapan tahun ini mereka dengan sadar memperhatikan isu perubahan iklim dalam pengelolaan lingkungannya. 

Sang inisiator, H. Agus Salim sama sekali bukan pakar lingkungan, apalagi pemerhati isu terkait iklim. Ia merupakan mantan konsultan teknik yang kemudian mendirikan komunitas Secerah Pagi (Semoga Cepat Rapi Pekarangan Asri Gemerlap Indah) atas dasar kejenuhannya menghadapi permasalahan sampah.

“Ya kan kita sampai kapan mau nunggu pemerintah terus, kita juga harus aktif” ucapnya saat ditemui di pusat kerajinan limbah sampah kampung iklim Merbabu Asih. Sekalipun begitu, ia mengakui tidak semua warga menyambut inisiatifnya degan positif. "Mengubah pola pikir warga kan tidak semudah membalikkan tangan." 

Berbagai upaya ia lakukan untuk menghadapi warga yang masih bersikap skeptis terhadap isu lingkungan. Mulai dari mengadakan lomba memilah sampah bagi anak-anak, menerbitkan buletin untuk warga, hingga berdakwah. 

"Awalnya kami memulai hanya bermodal 9 ember bekas cat 25 Kg." H. Agus Salim menggunakan ember tersebut sebagai komposter untuk mengolah sampah organik. Kompos yang dihasilkan, diberikan kepada warga yang tertarik untuk menanam tumbuhan di pekarangan rumah atau di gang kampung.

Gang Kampung Merbabu Asih dipenuhi berbagai tumbuhan yang bermanfaat (markisa, sereh)
Gang Kampung Merbabu Asih dipenuhi berbagai tumbuhan yang bermanfaat (markisa, sereh)
Saat ini, program pengelolaan lingkungan Kampung Merbabu Asih telah bekembang, hingga pengelolaan sampah non-organik melalui bank sampah. Limbah padat hasil rumah tangga dikumpulkan, kemudian dipilah sesuai jenis sebelum dijual kembali ke pengepul sampah. Kegiatan ini terbukti memaksimalkan pengurangan jumlah sampah rumah tangga. Hingga Juli 2016 saja, sebanyak 12,60 m3 sampah telah dijual ke pengepul. 

Sebagian sampah yang terkumpul juga didaur ulang secara mandiri oleh warga dengan melibatkan perempuan, remaja dan anak-anak. Berbagai produk kerajinan olahan sampah dihasilkan melalui kegiatan ini seperti pajangan, tas, dan dompet. Kerajinan tersebut kemudian dipasarkan melalui kios yang terdapat di Kampung Iklim.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sampah yang telah terkumpul kemudian dipilah sebelum akhirnya dijual kembali ke pengepul sampah. Sebagian sampah yang terkumpul juga didaur ulang secara mandiri oleh warga. 

Keuletan warga dalam menjaga lingkungan dan mengelola sampah juga menarik perhatian perusahaan swasta untuk melakukan program CSR di Kampung Merbabu Asih. H. Agus Salim mengaku, seiring berjalannya waktu, semakin banyak perusahaan swasta yang terlibat dalam pemeliharaan Kampung Iklim Merbabu Asih. Tidak hanya pihak swasta, pemerintah dan akademisi juga menaruh perhatian pada Kampung Iklim di kota udang ini, bahkan kepopuleran Kampung Iklim telah menarik kunjungan wisatawan luar negeri.

Tentu saja, untuk mencapai tahap ini dibutuhkan kesabaran dan semangat yang tinggi. Memang butuh waktu agar warga paham dan bisa mandiri mengelola lingkungan. Kami lakukan edukasi secara masif sejak dini agar warga sadar pentingnya menjaga lingkungan untuk menghadapi perubahan iklim. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Selain mengelola sampah, warga Kampung Merbabu Asih juga membuat lubang resapan biopori. Lubang resapan biopori yang berfungsi untuk meningkatkan resapan air ke dalam tanah dipasang di titik-titik lokasi genangan, sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. Kampung Iklim Merbabu Asih juga memiliki sistem pemanenan air hujan untuk mengatasi kekeringan yang kerap terjadi di Kota Cirebon. Lebih lanjut, H. Agus Salim juga sedang berencana bekerja sama dengan pemerintah Kota Cirebon untuk menerapkan sumur resapan.

H. Agus Salim berharap ke depannya akan semakin banyak orang yang tertarik dan peduli terhadap pengelolaan lingkungan. “Saya itu nggak ngerti apa-apa soal lingkungan, saya juga belajar biar anak cucu saya nanti tetap bisa bermain di luar dengan nyaman,” ucapnya. Kegiatan adaptasi perubahan iklim memang sudah selayaknya menjadi tanggung jawab semua pihak, dimulai dari hal kecil dan dimulai sejak dini. Jadi, tunggu apa lagi, #AyoBeradaptasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun