Mohon tunggu...
Farraz FahreziAbdul
Farraz FahreziAbdul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Diliat aja

Manusia gaada kalahnya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita di Bumi Jogjakarta

13 Juli 2022   17:09 Diperbarui: 13 Juli 2022   17:20 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

JAKARTA - Entah magnet apa yang ada di Jogjakarta sehingga membuat orang yang sudah menjajaki kaki nya di Jogja pasti akan merindukan setiap sudut kota nya. Hari terakhir menjelang bulan Agustus 2021 cuaca Jogja seakan akan menyapa ramah orang orang. 

Mengawali pagi yang cerah seperti biasa berkeliling memburu kuliner melintasi daerah Gejayan, Gedung Univeristas Gadjah Mada, dan akhirnya berhenti di warung Soto Ayam Kampung Pak Dalbe . 

Menjelang siang fokus kami tersorot ke bangunan estetik di tengah kota yang dikenal dengan Tamansari. Konon merupakan tempat peristirahatan para Paduka Sri Sultan Pakubuwono dan juga tempat Sri Sultan menghabiskan waktunya dengan Selir-Selir nya di satu kolam besar.

Beruntungnya saat akhir pekan ini cuaca sangat sangat cerah. Terus terang ketika menjelang sore hari kota Jogja tak jauh beda dengan Jakarta, jalanan tak pernah sepi cenderung ramai bahkan di tiap titik selalu menjadi pusat kemacetan. 

Perasaan sedikit cemas takut terlewatkan moment yang selalu di ingat ketika mendengar kata Jogjakarta, Menjadi saksi tenggelamnya matahari di Bukit Paralayang. Sesampainya di Bukit Paralayang suasana cemas kembali datang, tempat yang kami ingin tuju nampak padat dan tempat parkir yang tersedia sangat penuh. 

Namum kekhawatiran itu tak bertahan lama ketika suatu kebetulan sahabat yang pergi bersama ku merupakan warga lokal di sini . 

Dia menelpon om nya “Om ngendi? Parkirane wis uakeh poll iki” ucap Sam Linting berbicara di telfon. Tak lama menunggu Om Rori datang bersama dua orang warga lokal. Tak menunggu waktu lama kami bergegas masuk ke atas bukit.

Semburat jingganya senja dan hangatnya mentari yang sudah mulai reda ditambah segelas Kopi Suroloyo menambah suasana syahdu sore hari ini. Beriringan dengan menghilangnya mentari dari pandangan, begitu juga kami bergegas bergerak untuk kembali beristirahat dan bersiap untuk menjelajahi Kota Jogja versi Malam hari. Kembali berputar dan mencari spot untuk menembus malam yang dingin di Jogja.

Rasanya tidak lengkap jika saat malam hari tidak mampir ke salah satu angkringan yang berada di belakang kampus Gadjah Mada. Dari beberapa kedai yang tersedia, akhirnya kami bertamu pada salah satunya, susu jahe dan beberapa tusuk sate menemani kami menghabiskan malam. Sam Linting banyak bercerita tentang beberapa tempat yang harus dikunjungi ketika sedang berkunjung ke Jogja, salah satunya Tawangmangu. 

Tawangmangu bisa dibilang hampir sama dengan daerah puncak, hanya saja ada sebuah danau yang dibelakangnya disuguhi indahnya pemandangan Gunung Lawu. Selain itu di daerah Tawangmangu ini juga terdapat tempat wisata yang menyerupai Negri Sakura dan pastinya dengan pemandangan Gunung Lawu serta pohon sakura. Lokasi tempat wisata ini di Jalan Tamangmanu-Magetan. 

Lama bercerita, akhirnya kami pulang untuk mengistirahatkan badan sebelum esok kembali berkelana menyusuri tiap kilometer yang kota ini sediakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun