Mohon tunggu...
Farouq Al Ghoribi
Farouq Al Ghoribi Mohon Tunggu... Lainnya - Santri yang hobi membaca dan seni

Ig : m.farouq.alg Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Biografi Ki Ageng Suryomentaram (K.A.S)

5 November 2022   07:00 Diperbarui: 5 November 2022   07:07 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ki Ageng Suryomentaram (psikologi.ustjogja.ac.id)

Pada tanggal 20 mei 1892 Ki Ageng Suryomentaram lahir dengan nama (BRM) Bendoro Raden Mas Kudiarmaji, di kraton Yogyakarta. Beliau putra ke-55 dari 78 putra-putri Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Sedangkan ibundanya adalah putri patih Danurejo VI yang bernama Raden Ayu Retnomandoyo.

BRM Kudiarmaji sekolah di lingkungan kraton lalu mengikuti kursus bahasa. Selesai kursus, beliau bekerja di kantor gubernur. Selain itu beliau juga berguru agama langsung kepada KH Ahmad Dahlan, pendiri organisasi islam modern Muhammadiyah.

Saat berumur 18 tahun, BRM Kudiarmaji di angkat sebagai pangeran dengan gelar Bendoro Pangeran Haryo Suryomentaram. Bukannya bahagia ia justru gelisah atas pengangkatannnya itu. Entah mengapa ia merasakan ada yang kurang dalam hatinya.

Pangeran Suryomentaram mengalami kegelisahan yang luar biasa. Apalagi setelah kakeknya diberhentikan dari jabatan patih, lalu meninggal dunia. Ibundanya diceraikan oleh Sultan Hamengkubuwono VII. Tidak hanya itu, istri yang dicintainya pun meninggal dunia.

Pangeran Suryomentaram yang gelisah kemudian memohon kepada ayahandanya, untuk mengundurkan diri dari jabatan pangeran, akan tetapi permohonan ini ditolak. Ia juga memohon untuk menunaikan ibadah haji, namun permohonan ini juga tidak dikabulkan.

Setelah semua permintaannya tidak dikabulkan, pangeran Suryomentaram lalu pergi meninggalkan kraton. Ia pergi dan menyamar sebagai rakyat biasa di desa. Kepergiannya diketahui Sultan Hamengkubuwono VII, lalu sultan memerintahkan punggawa kraton untuk mencari sang pangeran. Diketahui, sang pangeran menyamar dengan memakai nama Natadangsa, yang bekerja serabutan di daerah Cilacap. Tidak berselang lama, kemudian penyamarannya diketahui utusan ayahnya. Ia pun terpaksa pulang dan mengalami lagi kegelisahan-kegelisahannya.

Hidup di tembok kraton tidak membuat pangeran Suryomentaram bahagia, justru ia gelisah akan kemewahan kraton. Ia menempuh banyak jalan untuk menemukan kebahagiaan. Ia sering keluyuran untuk bertapa di tempat-tempat wingit, menemui tokoh-tokoh agama, ia juga sempat mempelajari dasar agama Kristen dan Teosofi. bahkan ia membagi-bagikan hartanya kepada para pembantu dan rakyat (sesuatu yang mustahil dilakukan orang kebanyakan). Namun, dengan itu semua belum juga dapat membebaskannya dari kegelisahan.

Setelah wafatnya Sultan Hamengkubuwono VII, pangeran Suryomentaram memohon kepada kakaknya, Sultan Hamengkubuwono VIII, untuk mengundurkan diri dari jabatan pangeran. Permohonannya itu dikabulkan, ia pun merasa sedikit lebih bebas dari belenggu kegelisahan.

Setelah keluar dari kraton, Suryomentaram tinggal di Desa Bringin, Desa kecil di sebelah utara Salatiga. Ia juga memutuskan untuk menikah lagi. Suryomentaram hidup sebagai seorang petani biasa. Walaupun begitu, ia sering dikunjungi banyak orang untuk meminta pertolongan dan do'a. Saking banyaknya tamu, orang-orang sekitar menganggapnya sebagai seorang dukun. Sejak saat itulah, orang-orang sekitar menjulukinya Ki Gedhe Suryomentaram atau juga dikenal sebagai Ki Gedhe Bringin.

Pada suatu malam Ki Gedhe Suryomentaram tiba-tiba seperti mengalami ketersingkapan, ia kemudian membangunkan istrinya dan mengatakan, bahwa dirinya telah menemukan manusia. "Bu, apa yang kucari selama ini sudah ketemu. Aku tidak bisa mati. Ternyata yang merasa tak kunjung bertemu manusia, yang selalu merasa kecewa dan tak pernah puas adalah manusia, wujudnya si Suryomentaram. Suryomentaramlah yang ketika diperintah kecewa, dimarahi kecewa, disembah kecewa, dimintai berkah kecewa, dianggap dukun kecewa, dianggap gila kecewa, menjadi bangsawan kecewa, menjadi pedagang kecewa, dan menjadi petani juga kecewa. Nah, mau apa lagi? Sekarang tinggal diperhatikan, diketahui dan ditelaah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun