Mohon tunggu...
Farizah Auliya Brillianty
Farizah Auliya Brillianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maliki Malang

Perbankan Syariah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Seorang Panitia Pemilu

25 April 2022   08:07 Diperbarui: 25 April 2022   10:16 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pengalaman Seorang Panitia PEMILU

Pada artikel sebelumnya saya telah membahas mengenai agama di Indonesi. Namun kali ini topic artikel yang saya ambil adalah mengenail PEMILU (Pemilihan Umum) yang dilaksanakan di lingkungan desa saya. 

Kali ini saya akan mewawancarai salah satu panitia PEMILU yang kebetulan adalah saudara saya sendiri yakni paman saya yang bernama Bapak Nur Kholis.

Sebelum lanjut pada topic artikel, disini saya juga akan sedikit memperkenal kan siapakah sebenarnya sosok Bapak Nur Kholis itu. 

Bapak Nur Kholis adalah paman saya dari keluarga ayah saya yang kebetulan adik pertama dari tiga bersaudara dan merupakan adik dari ayah saya sendiri. Bapak Nur Kholis ini memiliki adik yang bernama Bapak Saiful Ulum yang merupakan paman saya juga. 

Bapak Nur Kholis ini Lahir pada tahun 1972. Beliau juga termasuk lulusan pondok pesantren PIQ Singosari yang kemudian melanjutkan pendidikannya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang dulunya memiliki nama IAIN Sunan Ampel Malang dan saat itu masuk jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam). 

Beliau sangat aktif dan suka dengan bahasa arab. Maka dari itu hingga beliau mendapatkan gelar S.Ag beliau tetap menerapkan bahasa Arab dalam kehidupannya. 

Tak hanya kuliah, beliau juga kerja dengan cara private belajar mengaji dari rumah ke rumah. Karena menurut masyarakat desa keluarga ku merupakan keluarga yang sangat beruntung bisa dikasih kesempatan untuk mempelajari ilmu agama dengan mudah. 

Jadi pada zaman itu tak hanya ayahku saja yang bekerja sebagai guru dan mengajar ngaji dari rumah ke rumah. Namun paman ku juga mengikuti jejak kaki kakak nya.

Beliau juga bercerita bahwa pada zaman dulu itu hanya dengan kendaraan angkutan umum atau bersepeda engkol saja untuk mencapai tempat kerja. Beliau dulu juga ngekos disekitar kampus. 

Beliau berkata dulu kamusnya tidak sebesar saat ini. Hanya ada 2 jurusan pada saat itu. Yakni jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dan PBA (Pendidikan Bahasa Arab). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun