Oleh:
Farisa Ilma Alvia Yunizar
Fiona Marta Putri Asy’ari
farisailma0@student.ub.ac.id
Universitas Brawijaya
Abstrak: artikel ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan taman baca sebagai wisata literasi untuk meningkatkan minat baca masyarakat di era pandemi Covid-19. Berbagai macam kegiatan dilakukan untuk mendorong semangat berliterasi di kalangan masyarakat khususnya siswa sekolah yang melakukan pembelajaran daring. Pemerintah telah melakukan berbagai macam upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Pemanfaatan taman baca ini dapat menjadi kunci utama dalam mengoptimalkan kegiatan untuk menunjang budaya literasi.
Kata Kunci: minat baca, taman baca, literasi
Pendahuluan
Taman baca sebagai wisata literasi merupakan suatu tempat yang mewadahi sebagai wahana pendidikan, penelitian, informasi, pelestarian, dan rekreasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Membahas mengenai pendidikan tentu tak lepas dengan kegiatan literasi, salah satu bentuk literasi dalam dunia pendidikan yaitu membaca. Budaya membaca sendiri akan terlaksana apabila dalam diri kita mulai menyadari pentingnya membaca.
Akan tetapi, sekarang ini masyarakat terutama anak-anak di usia produktif sangatlah malas untuk membaca bahkan tidak minat terutama saat masa pandemi seperti ini. Justru pada masa pandemi seperti sekarang ini masyarakat terjerumus ke berita yang tidak sesuai fakta (hoaks). Kebanyakan masyarakat hanya memakan omongan dari orang, dan tidak berniat mencari kebenarannya dengan cara membaca dan menyaring berita yang ada.
Data UNESCO menyebutkan, minat baca masyarakat di Indonesia sangat memprihatinkan, sebesar 0,001%. Yang artinya, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. “Minimnya minat baca merupakan masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa Indonesia. Selain itu, rendahnya minat baca telah menyebabkan meningkatnya hoaks dan disinformasi. Sebab, masyarakat pembaca yang terampil mampu membaca, memahami, mengevaluasi, dan menyaring informasi.” Papar Gus Ami. Ia melanjutkan bahwa rendahnya minat baca akan mempengaruhi daya saing, padahal 62% rasio penduduk Indonesia adalah angkatan kerja produktif.