Mohon tunggu...
Farikha Putri
Farikha Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Aktif Ilmu Politik FISIP Universitas Brawijaya

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akulturasi Islam terhadap Kebudayaan di Indonesia

30 November 2021   10:00 Diperbarui: 30 November 2021   10:10 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kata akulturasi berasal dari bahasa Inggris yaitu, acculturate yang artinya menyesuaikan diri (dengan kultur kebudayaan baru atau kebiasaan asing). (Shadily, 1976:7). Akulturasi terjadi ketika ada interaksi antara dua budaya atau lebih yang saling mempengaruhi, tanpa menghilangkan tradisi lama. Sehingga terdapat suatu pola percampuran budaya penduduk pribumi dengan kebudayaan Islam

Sebelum Islam hadir ke Indonesia, telah berkembang kepercayaan Hindu, Budha dan kepercayaan-kepercayaan primitif animistis lainnya, serta tradisi dan kebiasaan sosial masyarakat (Nata, 2001:72). Islam masuk ke Indonesia melalui proses akulturasi yang membentuk kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. (Al-Amri, 2017:192).

Islam merupakan kepercayaan atau agama yang selalu dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Islam dikenal sebagai salah satu agama yang akomodatif terhadap kultur lokal. Nabi Muhammad SAW membawa ajaran atau Syariat Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia, termasuk bidang sosial budaya dan politik. Dengan syariat itu pula agama islam dapat beradaptasi dengan mudah, dan diterima dengan penduduk pribumi secara damai.

Islam menyebar di Nusantara sejak periode XI-XII, mengikuti jalur perniagaan yang ada pada saat itu. Namun, dakwah atau proses Islamisasi baru dimulai secara intensif sekitar periode abad ke-XIV.(Sjamsuddhuha,1990:32). Agama islam disebarkan oleh para wali dan penyiar agama dengan membaur kepada masyarakat lokal. Lalu bagaimana pendekatan yang dilakukan oleh para wali dan penyiar agama Islam? Pendekatan yang dilakukan antara lain:

  • Mengadakan pendekatan politik
  • Menyelenggarakan pendidikan
  • Perkawinan
  • Tasawuf
  • Melalui akulturasi kebudayaan

Sebelumnya Indonesia pernah mengalami dualisme kebudayan, yaitu: budaya keraton dan budaya popular. Budaya istana atau budaya keraton, dikembangkan oleh abdi dalem atau pegawai istana. Raja membuat simbol-simbol tradisi tertentu dengan tujuan untuk melestarikan atau mempertahankan jabatan dan kekuasaannya (biasanya mitos). Sebagai contoh, dalam babad tanah Jawa, raja digambarkan sebagai pemegang “wahyu” dan dirasa sah untuk mengklaim dirinya sebagai wakil Tuhan untuk memerintah rakyatnya.(Junaid, 1956:64).

Selain mitos, budaya keraton juga mempunyai sastra mistik. Apabila mitos bertujuan untuk mengukuhkan kekuasaan raja dan loyalitas rakyat, maka sastra mistik ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang kosmologi. Seperti, sastra suluk yang menggambarkan konsep tentang sangkan paraning dumadi, yaitu suatu konsep realitas kosmos dan kedudukan manusia di dalamnya.(Junaid, 1956:65).

Kemudian ada budaya popular, sama halnya dengan budaya keraton, budaya popular (budaya rakyat) dikenal sebagai cerita mitologis dan mistis. Contoh, adanya kiyai-kiyai sakti yang dapat shalat di Mekkah dan kembali ke pesantren dengan waktu sekejap. (Junaid, 1956:66).

Proses awal Islam berkembang di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari ajaran tasawuf (sufisme), terutama di pulau Jawa.(Simuh,1996:17). Puncak keberhasilan dakwah Islam ditandai dengan berdirinya kerjaaan Demak. Kesuksesan dakwah Islam di pulau jawa merupakan upaya atau perjuangan yang dilakukan oleh Wali Songo dengan sistem dakwah multikulturalnya. (Kuntowijoyo,1996:234). 

Proses terjadinya akulturasi tersebut bisa berjalan secara bertahap karena para ulama dan Wali di Nusantara menerapkan konsep Ushuliyah dengan cara berusuha mangolaborasi nilai-nilai Islam dengan adat dan kebiasaan masyarakat yang ada sehingga tidak bertentangan dengan Syariat Islam.

Lalu apa saja dampak atau hasil akulturasi Islam dengan kebudayaan yang berkembang di  Nusantara pada saat itu? Hasil akulturasi antara lain sebagai berikut:

Bidang Politik

Kerajaan Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan lain sebagainya. dipimpin oleh seorang raja yang bergelar Sultan atau sunan, dimana raja tidak dianggap sebagai titisan Dewa atau dipandang sebagaimana menurut keyakinan masyarakat pada masa kerajaan Hindu-Budha sebagai manusia suci.

Bidang Sosial

Hasil akulturasi bidang sosial yaitu aturan kasta mulai pudar di masyarakat. Pemberian nama untuk anak dan vokabuler percakapan sehari-hari mulai menggunakan bahasa Arab. Selain itu, dibuatnya kalender Jawa dengan perhitungan peredaran bulan seperti tahun Hijriah pada masa kekuasaan Sultan Agung kerajaan Mataram.

Bidang Pendidikan

Sebelumnya pesantren menjadi wadah atau tempat pendidikan dan belajar agama Hindhu. Setelah masuknya Islam, mata pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam.

Bidang Sastra dan Bahasa

Karya sastra yang berkembang pada masa kerajaan Islam diantaranya:

  1. Hikayat, cerita dongeng yang diangkat dari peristiwa sejarah. Contoh, Hikayat Amir Hamzah.
  2. Babad, kisah pujangga keraton yang dianggap sebagai sejarah. Contoh, Babad Cirebon dan Babad Tanah Jawi.
  3. Suluk, kitab yang berisi soal-soal tasawuf. Seperti, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang, dan Suluk Sukarsa.
  4. Syair dan gurindam, sebagai contoh Syair Abdul Muluk dan Gurindam Dua Belas.

Bidang Arsitektur

Bangunan Masjid berbentuk atap tumpang atau atap bersusun yang jumlahnya tiga atau lima tingkat mirip dengan bentuk arsitektur Hindu, sebagai contoh Masjid Demak dan Banten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun