Mohon tunggu...
Farijal
Farijal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan siapa-siapa.

Kadang nulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari Ayah yang Terlambat

8 Desember 2021   11:33 Diperbarui: 11 Juli 2022   12:43 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai jamaah salat Zuhur, dari arah Barat, datang Pria membawa dagangan. Dari pengamatan saya, Bapak ini sudah berumur, terlihat dari wajahnya. 

Dia membawa pikulan, yang setelah saya ketahui, dia menjajakan, tape. Salah satu draft makanan tradisional yang paling saya sukai sejak kecil. 

Teringat, setiap kali saat Ibu pergi ke pasar, rasanya kurang, jika Ibu tidak membawa jajanan dari pasar. Salah satunya adalah tape. Rasanya manis asam disetiap gigitan. 

Hanya membutuhkan singkong dan ragi sebagai bahan utamanya. Makanan tradisional ini tak lekang oleh zaman. Menggunakan daun pisang sebagai wadah, kadang juga menggunakan sesek yang terbuat dari bambu.

Bapak penjual tape tersebut bergegas mengambil air wudu. Segera mengerjakan salat Zuhur, ditunaikanya secara khusyuk. Saya mengamati dari jauh, seusai salam, lamat-lamat bibirnya senantiasa mengucapkan zikir. 

Raut wajahnya sedikit pun tak menunjukan rasa lelah. Siang ini dia berkhalwat intim dengan Tuhannya. Seusai zikir, kedua tangan coklat dibasuhkan ke wajahnya. Saya dari kejauhan, mengaminkan semua doa yang dipanjatkan. 

Tak lama berselang, dia beranjak dari duduknya dan lekas menuju pikulan tapenya. Saya bergegas untuk menjumpainya. Keranjang pikulan itu masih penuh berjibun dengan tape-tape segar. 

Bapak ini menjajakan tape dengan berjalan kaki. Berangkat dari Boyolali menggunakan transportasi umum dengan merogoh kocek Rp. 15.000 berhenti di Pasar Jongke Sukoharjo. Dari Pasar Jongke, Bapak ini mulai berjalan sampai arah Gentan dan Grogol. 

Terik sinar matahari pada hari itu lumayan bersahabat. Sebelum sore, atau tepatnya menjelang pukul 17.00 Bapak ini segera kembali ke Pasar Jongke, agar dia tidak terlambat kendaraan untuk kembali ke rumahnya. 

Berdasarkan penuturan Bapak ini, kedua anaknya mondok di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Satu sudah lulus dan yang satu mengabdi menjadi ustaz disana. Bapak ini mempunyai amal jariyah yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun