Mohon tunggu...
Farijal
Farijal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan siapa-siapa.

Kadang nulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Teruntuk yang Ditinggalkan, Kuatkanlah!

15 Juli 2021   12:37 Diperbarui: 9 Mei 2022   21:18 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Pandemi menghajar siapa saja tanpa kenal permisi. Entah, balita, muda, dan tua. Sekali lagi, pandemi datang tanpa permisi.

Pandemi juga tidak bisa diajak kompromi. Rakyat Indonesia banyak kehilangan pekerjaannya. Ingin sekedar mengepulkan asap dapur. Tapi, lagi-lagi pandemi tak bisa diajak kompromi.

Kepulan asap dapur yang diiringi varian aroma sedap setiap pagi. Kini tinggal aroma ikan asin yang digoreng dalam wajan, minyak sisa kemarin.

Aromanya menyeruak diantara awan biru, kemudian kepulan aroma pergi bersama udara pagi menjelang siang hari.

Dalam sebuah perjalanan siang hari yang terik, saya beristirahat di sebuah trotoar. Saya melihat seorang bapak-bapak berteduh. Bapak-bapak yang terlihat dari parasnya memasuki kepala lima tersebut, membuka bekal makanan yang dibawa dari rumah.

Dia menikmati hidangan dengan sesekali mengusap keringat menggunakan saputangan yang ada di pundaknya. Setelah selesai menyantap makan siang, bapak-bapak tadi membuka selembaran kertas. 

Setelah saya amati, mungkin saja bapak-bapak tadi selesai melakukan tes interview di salah satu perusahaan. Dalam hati terdalam, saya mendoakan bapak-bapak tadi diterima oleh perusahaan.

Sore harinya, aku kembali ke asrama. Namun sore hari ini, ada sebuah kabar berita duka dari salah satu kawanku. Ayah kawanku ini berpulang. Kesedihan tidak bisa disembunyikan.

Sebagai mahasiswa perantauan, kami jauh dari keluarga. Mahasiswa tersebar di berbagai pelosok Nusantara ini disatukan dalam sebuah asrama yang dibangun diatas tanah wakaf seorang pengusaha elite. Kemudian diresmikan oleh Menteri Agama era Syafruddin Prawiranegara pada tahun 80an.

Namun dalam keadaan pandemi ini, semua persyaratan perjalanan wajib dipenuhi. Kawanku ini dilema.Setelah mencoba mencari tiket pesawat, memang ada perjalanan menuju ke Bali, tempat rumah kawanku. 

Tapi, perjalanan menggunakan tes PCR harus menunggu hasilnya selama 24 jam, akhirnya diurungkan. Alhasil, kawanku ini menempuh perjalanan lewat jalur darat menggunakan bus. Aku membayangkan, andai saja aku berada di posisi kawanku ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun