Mohon tunggu...
farid wong
farid wong Mohon Tunggu... -

hanya lelaki yang kebetulan lewat, sama sekali tak hebat, tapi suka bersahabat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ada Yoyok Shaggydog dalam Album Istimewa Lima Drummer Jogja

12 Desember 2017   08:40 Diperbarui: 12 Desember 2017   09:15 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CD album/dokumentasi pribadi

Album musik paling gres yang diluncurkan Kamis (7/12) pekan lalu di Yogyakarta tentunya istimewa. CD album tersebut berisi lima repertoar, yang merupakan buah karya dari lima drummer atawa penabuh drums yang bermukim di Kota Gudeg. Pastilah album semacam ini amat langka.

Saya katakan langka karena memang baru kali ini saya menemuinya, terutama di negeri tercinta Indonesia. Tapi barangkali ini keterbatasan saya saja. Tak menutup kemungkinan di kota-kota lain di Indonesia sudah ada yang menerbitkan album sejenis.

Sependek pengetahuan saya, masih sangat jarang, bahkan mungkin belum ada, drummer Indonesia yang membuahkan album sendiri, yang tentunya berisi karya-karya musiknya. Kalau gitaris, bassist, pianis/kibordis, misalnya, saya sudah menemuinya, bahkan punya beberapa albumnya. Untuk drummer, saya baru menemuinya yang dari luar negeri, seperti album milik Billy Cobham, Dave Weckl dan lainnya.

"Drums Speak #2." Begitulah tajuk dari CD album kompilasi karya para drummer Jogja itu. "Drums Speak" sendiri merupakan sebuah program dari Drummer Guyub Yogyakarta (DGYK), yang tak lain adalah komunitas para penabuh drums di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari namanya, album "Drums Speak #2" di mana DGYK bertindak sebagai executive producer tentu saja merupakan kelanjutan dari "Drums Speak #1" yang dibuat oleh Total Perkusi.

Yang pasti dari album terbaru ini, masing-masing drummer menawarkan komposisi dengan karakteristik musikal yang berbeda. Maklumlah, mereka berangkat dari latar belakang yang berbeda-beda pula -- setidaknya dari grup band yang berbeda.

Yoyok Shaggydog (inzet) dan kawan-kawan saat peluncuran album, Kamis (7/12) lalu. [Foto: Farid Wong]
Yoyok Shaggydog (inzet) dan kawan-kawan saat peluncuran album, Kamis (7/12) lalu. [Foto: Farid Wong]
Tentunya kita kenal grup Shaggydog; drummer-nya yang bernama Yustinus Satria Hendrawan, atau lebih akrab disapa Yoyok, menjadi salah satu yang berpartisipasi. Selain itu, ada Carlo Liberianto (Jikustik), Benny Fuad Herawan (Kua Etnika, Waybe), Danish Wisnu Nugraha (Fstvlst), dan Natasha Christalia atau Sasha yang menjadi satu-satunya perempuan drummer dan independen (tak tergabung dalam grup).

Lima drummer, lima warna. Masing-masing menunjukkan keterampilan dan kreativitasnya sendiri. Para drummer itu tentu saja tidak bermain sendiri dalam memainkan komposisi ciptaannya. Mereka melibatkan sejumlah musisi lain seperti pemain bas, gitar, kibor, alat tiup, bahkan pemain-pemain musik tradisional seperti seruling dan gamelan Jawa.

Komposisi yang diberi judul Saling Tarung karya Benny Fuad Herawan mencoba berbicara secara musikal tentang kondisi kekinian, terutama di kancah politik, yang di dalamnya kerap diwarnai pertarungan, perselisihan dan sejenisnya. Pertarungan itu tampaknya digambarkan melalui hal yang kontras, dengan mempertemukan peranti musik modern dan tradisional (gamelan dan seruling). Tempo pun dimainkan secara berubah-ubah, tapi tetap harmonis dan penuh energi. Hanya dalam musik, kata Benny, pertarungan bisa menjadi sebuah harmoni, yang tentunya enak dinikmati.

Tak kalah maknyus, Yoyok Shaggydog menyodorkan komposisi Tumuju Panca. Di hadapan audiens yang menghadiri acara peluncuran album malam itu, Yoyok bercerita sedikit berkait proses penciptaan karyanya. Awalnya ia hanya menggumamkan karyanya itu. Berhubung tak bisa menuliskan repertoarnya itu di atas kertas, ia meminta bantuan kawan-kawannya. Komposisinya menjadi unik karena dihadirkan bersama empat pemain instrumen tiup. Jadi, selain drums, ada trombone, tenor saxophone, baritone saxophone dan tuba. Mungkin itulah maksud dari judulnya -- sebuah komposisi yang dimainkan berlima.

Tiga komposisi lainnya, yakni Marsvolta (Danish), Kereta dan Kamu (Carlo) dan In Searching (Natasha), sudah pasti menyuguhkan warna dan pengalaman auditoris yang lain. Perlu diketahui, tak ada kehadiran vokal pada semua repertoar yang hadir dalam "Drums Speak #2."

[Foto: Farid Wong]
[Foto: Farid Wong]
Jika boleh berharap, album ini sekiranya bisa menjadi semacam pancingan bagi drummer lain, agar lebih terpacu untuk membuahkan karya. O ya, kalau saja ada yang membutuhkan info lebih jauh soal CD album tersebut, langsung saja kunjungi instagram DGYK (@drummerguyubyk) atau website-nya (www.drummerguyubyk.com). Untuk kabar tentang peluncuran albumnya, silakan cek di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun