Mohon tunggu...
Farida Fitrani
Farida Fitrani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Permata yang Kau Siakan

19 September 2017   10:53 Diperbarui: 19 September 2017   11:01 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah keluarga, yah bisa dikatakan dengan keluarga yang bercukupan karena kedua orang tua sama-sama bekerja di kantor ternama di Jakarta. Arin adalah seorang putri dari Pak Aldi dan Bu Astri. Mereka tinggal di Jl.Mawar Blok.D Jakarta Utara rumah yang cukup mewah untuk di tinggali 4 orang beserta pembantu rumah tangga dan sekaligus menjaga Arin yang masih duduk di kelas 1 SD, karena orang tua yang sangat sibuk sekali untuk bekerja dan bekerja sehingga tak pernah sempat untuk berkumpul dengan keluarga.

Pak Aldi sebagai direktur PT Anugrah Parmindo Lestari yang setiap harinya berangkat jam 07.00 pagi sampai pukul 20.00 malam baru sampai di rumah, terkadang di waktu liburan pun Pak Aldi ada tugas di luar kota. Sehingga Pak Aldi terkadang  jarang ada di rumah.

Sedangkan Bu Astri sebagai sekretaris di PT. Anzen Pakarindo. Berangkat pada jam 07.00 bersama Pak Aldi, sebenarnya Ibu Astri masuk di perusahaannya pada pukul 08.00. hanya saja berangkatnya bersama-an dengan Pak Aldi karena satu mobil. Bu Astri setiap harinya pulang pada pukul 20.00 karna harus menemani Pak Aldi.

Arin yang masih duduk di kelas 1 SD, dialah yang menanggung untuk keterbatasannya bertemu dengan orang tua. Hanya Bi izzah yang kini selalu setia menemani Arin di mulai dia bangun sampai tidur kembali.

Senin 13 Agustus 2007 seperti aktivitas biasa, sebelum Arin bangun untuk menyabut pada hari pertama dia masuk sekolah setelah kemarin weekend. Papa dan Mamanya sudah tak terlihat lagi di rumahnya karena sudah jam 07.00 pagi tadi orang tua Arin berangkat bersama untuk bekerja kembali di perusahaanya.

Waktu ber-lalu Arin merasa sendiri dan selalu merasa sendiri karena setiap dia ada di rumah tak ada teman bermain se usia dia. Arin hanya bermain sendiri di ruang tamu rumah dia hanya memanggil Bi Izzah jika membutuhkan sesuatu yang dia tidak bisa. Suatu ketika Arin ingin menunjukkan rasa rindu dan sayangnya kepada kedua orang tuanya, dengan cara mencoret-coret di dinding yang kebetulan dindingnya baru selesai di renovasi karena permintaan Mamanya yang suka menghias dan mendekorasi yang unik pada bentuk rumah.  

Arin hanya menggambar dan mengukir di dinding dan meja ruang tamu, yang di gambar adalah kebersaannya dengan Mama dan Papa penuh dengan wajah yang bahagia karena bisa bersama kumpul dengan keluarga itu adalah salah satu cita-citanya Arin, saling bertukar cerita, saling memberi perhatian, dan kasih sayang. Arin sangat-sangat merindukan masa-masa dalam keluarganya seperti itu.

Terlintas dalam fikiran Arin, dia tiba-tiba menangis karena iri dengan teman sebangkunya sekaligus tetangganya yang memiliki keluarga yang sangat lengkap karena temannya mempunyai kakak 2 yang dapat menemani dan mempunyai kedua orang tua yang selalu mempunyai waktu bersama anak dan keluarga besar.

Tak lama kemudian, jam dinding yang berada di ruang tamu menunjukkan pukul 20.00. Mama dan Papa Arin telah pulang ke rumah, Arin pun tak sabar langsung menunjukkan karya gambarnya yang ada di ruang tamu. Dan ternyata apa respon dari Mama dan Papa Arin, Arin langsung terkena marah sejadinya oleh kedua orang tuanya, dan entah apa yang telah ada dalam fikiran Papanya. Papanya malah memukuli tangan Arin yang sangat mungil itu dengan berkata "kamu anak nakal, kamu anak nakal. Tangan mu harus mendapatkan balasannya." Sangat tega sekali Papa dan Mamanya karena mereka berdua hanya bertindak tanpa langsung berfikir dan salah satu sebabnya adalah capek sepulang kerja.

Setelah kejadian itu malam ini Arin hanya tidur bersama Bi Izzah. Badan Arin menggigil semalaman dan demam. Bi Izzah langsung melapor kepada Bapak dan Ibu ke kamar.

Pak, Bu badan Arin menggigil dan demam di kamar sekarang. Yah biarkan saja dulu itu mungkin hanya demam biasa, biarkan dia bisa belajar bertanggung  jawab. Tak lama kemudian Bu Izzah kembali dan melaporkan yang ke dua kali untuk memberitahukan bahwa Arin sudah demam tinggi dan harus di bawa ke Rumah Sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun