Mohon tunggu...
Farid Mardin
Farid Mardin Mohon Tunggu... -

.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tinggalkan yang Baik Untuk yang Berikutnya

14 Juli 2012   00:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:58 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13427037051880174379

Dulu, waktu masih kuliah di Bandung, saya diajar oleh salah seorang dosen, yang saat itu sudah menjadi guru besar dan kebetulan beliau juga mendapat amanah menjadi salah satu pejabat di Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti). Senin sampai Jumat beliau ngantor di gedung Dikti Senayan, dan Sabtu dibela-belain ngajar di Bandung.

Bukan Professor Dalam Tulisan Ini

Sebagai seorang dosen, saya sangat kagum kepada beliau, di sela-sela ngajar belaiu sering menceritakan pengalaman-pengalaman lucu masa kecilnya. Ada satu kebiasaan beliau yang beda dengan dosen-dosen lain dan karena penasaran, saya dan teman-teman akhirnya bertanya, mengapa beliau selalu menghapus dan membersihkan bekas tulisan tangan beliau yang sangat indah yang ada di papan tulis , kenapa harus repot-repot karena yang akan menggunakan kelas itu berikutnya pasti akan menghapus papan tulis itu. Belaiu hanya menjawab, tinggalkan yang baik-baik saja untuk orang berikutnya. Sederhana, tapi dalam skala besar itu bisa sangat punya arti yang sangat penting. Tinggalkan yang baik-baik saja untuk generasi penerus, jangan tinggalkan utang yang menumpuk, apalagi kalau utang itu tidak dipergunakan untuk pembangunan yang sebenar-benarnya untuk meningktakan taraf hidup bangsa. Tapi justru untuk membuat hal-hal yang tidak penting, yang seolah-olah pembangunan, padahal proyek untuk ladang korupsi. Pembangunan  sarana dan fasilitas-fasilitas  untuk event-event tertentu yang setelah selesai event tidak berguna lagi, ironisnya anggaran untuk pembanguan pun masih dijadikan lahan korupsi. Gagah-gahahan selalu ingin menjadi tuan rumah perhelatan internasional, supaya ada alasan untuk membuat proyek pembangunan dan kesempatan untuk korupsi. Kembali ke kisah dosen saya tadi, ternyata apa yang dilakukan oleh dosen saya dulu, di Jepang sepertinya sudah menjadi budaya. Hampir semua sensei di sini, setelah selesai kelas, pasti akan menghapus papan tulis sehingga kembali bersih untuk digunakan kelas berikutnya. Saya jadi ingat filosofi Kaizen  dalam Sistem Produksi Toyota,ada prinsip nextdownstream is customer, berikanlah yang terbaik kepada operator/proses berikutnya yang akan melanjutkan proses berikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun