Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Cap Go Meh di Singkawang: dari Ritual sampai Festival

12 Februari 2017   05:46 Diperbarui: 12 Februari 2017   08:59 2756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Cap Go Meh (Yuan Xiao Jie) yang tahun ini jatuh pada 11 Februari, bukan hal baru bagi penduduk Kota Singkawang yang dikenal juga dengan sebutan Kota Amoy. Dengan jumlah penduduk sekitar 250 ribu jiwa dan sekitar separuhnya adalah orang Tionghoa, perayaan Cap Go Meh sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Singkawang. Sebelum reformasi, Pemerintah Pusat pernah melarang perayaan Cap Go Meh secara terbuka. Namun larangan tersebut tidak pernah menghilangkan perayaan Cap Go Meh. Perayaan Cap Go Meh tetap dirayakan walau secara sederhana dan lebih terpusat di vihara-vihara besar di kota tersebut.

Vihara Tri Dharma Bumi Raya di pusat Kota Singkawang. Sumber: Koleksi Pribadi
Vihara Tri Dharma Bumi Raya di pusat Kota Singkawang. Sumber: Koleksi Pribadi
Suasana di sekitar Vihara Tri Dharma Bumi Raya sehari menjelang Cap Go Meh. Sumber: Suwito
Suasana di sekitar Vihara Tri Dharma Bumi Raya sehari menjelang Cap Go Meh. Sumber: Suwito
Cap Go Meh berkembang pesat sejak dijinkan untuk dirayakan secara terbuka pada tahun 2001. Selanjutnya pada 2009 pemerintah Indonesia menetapkan Cap Go Meh Singkawang masuk dalam kalender wisata nasional karena keunikannya (Sejarah Cap Go Meh Singkawang). Perayaan Cap Go Meh yang mulanya lebih bersifat ritual dan lokal telah berkembang menjadi festival tingkat dunia. Didukung dengan jaringan internet yang telah menyebarluaskan segala sesuatu tentang Cap Go Meh, perayaan tersebut akhirnya menjadi daya tarik terbesar bagi wisata Kota Singkawang yang mampu menarik ribuan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

Pada 2014, perayaan Cap Go Meh di Singkawang mendapat penghargaaan sebagai salah satu Wonderful Of The World 2013 paling “WOW” dalam pagelaran The Real Wow yang diselenggarakan oleh Markplus bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( The Real WOW). Untuk tetap WOW, acara puncak Festival Cap Go Meh tahun 2017 telah dilaksanakan pada 9, 10 dan 11 Februari yang dimulai dengan acara Pawai Lampion dan Kendaraan Hias, acara bersih kota dan ditutup dengan Pawai Cap Go Meh ( Acara Festival Cap Go Meh). 

Wartawan asing sedang mengambil foto pawai Cap Go Meh. Sumber: Suwito
Wartawan asing sedang mengambil foto pawai Cap Go Meh. Sumber: Suwito
Perayaan Cap Go Meh yang berasal dari Republik Rakyat Cina (RRC) aslinya adalah ibadah ritual penutup tahun baru Imlek pada hari kelimabelas penanggalan Lunar. Selain ibadah ritual, hal lain yang terdapat pada perayaan Cap Go Meh yang masih terkait dengan RRC adalah lampion, naga dan barongsai. Sepanjang tahun baru Imlek, jalan-jalan di Kota Singkawang dihiasi dengan lampion, demikian juga dengan rumah orang Tionghoa. Lampion membuat Kota Singkawang lebih semarak terutama pada malam hari.

Suasana malam hari pada tahun baru Imlek di Kota Singkawang. Sumber: Koleksi Pribadi
Suasana malam hari pada tahun baru Imlek di Kota Singkawang. Sumber: Koleksi Pribadi
Suasana sekitar vihara Tri Dharma Bumi Raya pada malam hari. Sumber:Koleksi Pribadi
Suasana sekitar vihara Tri Dharma Bumi Raya pada malam hari. Sumber:Koleksi Pribadi
Deretan lampion pada salah satu sudut Kota Singkawang. Sumber: Endar Tina
Deretan lampion pada salah satu sudut Kota Singkawang. Sumber: Endar Tina
Lampion juga menjadi bagian dari festival Cap Go Meh. Lampion dengan berbagai bentuk dari perwakilan yayasan Tionghoa, vihara dan perusahaan diarak dengan kendaraan terbuka keliling Singkawang menjelang pawai Cap Go Meh. Selain lampion, tarian Naga dan Barongsai juga menjadi bagian dari festival Cap Go Meh. Kedua tarian tersebut sesungguhnya tidak hanya tampil pada perayaan Cap Go Meh tetapi juga pada acara resmi lainnya. Pada perayaan tahun ini, replika naga sepanjang 178 meter melakukan atraksi pada Pawai Lampion. 


Perayaan Cap Go Meh di Singkawang cukup banyak perbedaannya dengan yang asli di RRC karena sudah diwarnai dengan budaya lokal. Salah satu pengaruh budaya lokal yaitu acara tolak bala atau ritual bersih kota yang ditujukan untuk membersihkan kota dari enerji negative sehingga semua warga dapat hidup sejahtera, mendapat rejeki yang berlimpah dan berbahagia (Acara Festival Cap Go Meh).

Menurut Bong Chun Phen, penduduk Jakarta yang lahir dan besar di Singkawang, tidak ada tatung pada perayaan Cap Go Meh di RRC. Sebaliknya, atraksi tatung -orang yang menjadi bagian dalam ritual Cap Go Meh yang kesurupan- yang menusuk tubuhnya dengan senjata tajam, sudah sejak awal menjadi bagian dari perayaan Cap Go Meh di Singkawang. Ketika Cap Go Meh menjadi festival tingkat dunia, jumlah tatung yang terlibat dalam perayaan tersebut mencapai ratusan. Pada 2017, sebanyak 567 tatung melakukan atraksi (Tatung) sementara pada 2016 dan 2015 masing masing sebanyak 612 dan 400 tatung (Tatung 2016). 

Perayaan Cap Go Meh di Singkawang sudah identik dengan pawai tatung. Pada mulanya hanya laki-laki suku Tionghoa yang menjadi tatung. Belakangan, perempuanpun dapat menjadi tatung, demikian pula dengan suku Dayak. 

Tatung sedang beratraksi. Sumber: Suwito
Tatung sedang beratraksi. Sumber: Suwito
Tatung sedang beratraksi. Sumber: Suwito
Tatung sedang beratraksi. Sumber: Suwito
Tatung perempuan suku Dayak. Sumber: Suwito
Tatung perempuan suku Dayak. Sumber: Suwito
Tatung laki-laki suku Dayak. Sumber: Suwito
Tatung laki-laki suku Dayak. Sumber: Suwito
Karena telah menjadi suatu festival, apa yang ditampilkan dalam pawai Cap Go Meh semakin beragam. Sebagai agenda resmi pariwisata nasional yang sering dihadiri pejabat pusat setingkat menteri dan tamu asing, pawai Cap Go Meh dibuka resmi oleh Pemerintah Kota Singkawang. Sebanyak 28 duta besar Negara sahabat hadir pada perayaan Cap Go Meh tahun ini (Tamu asing). 

Dalam acara pembukaan pawai Cap Go Meh, ditampilkan tarian multi etnik yang mewakili suku Melayu, Tionghoa dan Dayak. Selanjutnya adalah parade yang melibatkan anak-anak berpakaian tradisi Tionghoa, Melayu dan Dayak dalam pawai Cap Go Meh.  

Peserta pawai mewakili suku Dayak. Sumber: Suwito
Peserta pawai mewakili suku Dayak. Sumber: Suwito
Peserta pawai anak-anak berpakaian tradisi Tionghoa, Dayak dan Melayu. Sumber: Suwito
Peserta pawai anak-anak berpakaian tradisi Tionghoa, Dayak dan Melayu. Sumber: Suwito
Festival Cap Go Meh tak terbantahkan lagi sebagai sumber pendapatan tahunan yang penting bagi Singkawang dan sekitarnya. Mereka yang meraup keuntungan tidak hanya pengusaha perhotelan dan homestay tetapi juga rumah makan khususnya milik pengusaha Muslim karena umumnya restoran Tionghoa tutup pada hari Cap Go Meh. Restoran-restoran Melayu yang menawarkan menu ikan asam pedas akan diserbu oleh warga Tionghoa yang datang mengunjungi tempat kelahirannya di Singkawang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun