Keesokan harinya, ayah pun berpamitan dengan ibu dan aku, di peluk eratnya aku dan ibuku, sembari berkata "Ayah bakal pulang, ayah janji sama mamah sama ade ya". Ayah pun berangkat bersama truk dari asrama.
  Tak pernah ku lepaskan pandangan ku saat ibuku sedang berdoa setelah sholat, dengan khusyuk nya ia selalu berdoa untuk ayah yang sedang berada dalam tugasnya, kadang aku mengintip kecil ibuku sedang mengusap air matanya saat sedang menyiapkan bekel makanan ku untuk sekolah.Â
 Â
Puncak Konflik
  Sore itu aku sedang bermain bersama teman teman ku di dekat lapangan voli, dimana ibuku sedang bermain voli bersama ibu ibu asrama yang lain, bahagianya aku melihat ibu bisa tertawa bahagia kembali setelah beberapa hari melihat nya dengan wajah yang murung di rumah.Â
  Terkejut diriku saat melihat ibu yang tiba tiba pingsan di lapangan voli, sambil menangis aku berlari menuju ibu, tak sadarkan diri akhirnya ibu di bawa ke puskesmas di dekat asrama, aku menangis saat itu, mengetahui mengapa ibu bisa sampai jatuh pingsan seperti ini.Â
  Ku periksa handphone milik ibuku, ternyata ada rumor tentang seorang prajurit yang mati di tempat konflik dimana ayahku ditugaskan dan masih belum diketahui identitas dari korban tersebut.Â
  Suasana rumah sudah tidak seperti biasanya sejak saat itu, sepi, sunyi, dan ibu lebih sering berada di kamar. Aku yang bingung harus berbuat apa akhirnya hanya menenangkan ibuku lewat usapan usapan lembut yg aku berikan kepada ibu.
Resolusi
  Beberapa hari terakhir ini aku lebih sering melihat ibuku sedang berdoa setelah sholat, itu membuat sedikit lebih tenang di banding kan dengan hari hari kemarin, aku dan ibuku sudah mulai mengikhlaskan jika memang itu takdir yang di berikan oleh Tuhan kepada kita.Â
  Keesokan harinya ibu pun mendatangi lapangan asrama, dimana hari itulah sampainya para prajurit yang baru pulang dari tugas tugasnya, bergelimang air mata kulihat ibu yang sedang berharap harap kecil untuk menemui ayahku.Â