Mohon tunggu...
Farhat Andika Dengsi
Farhat Andika Dengsi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi basket

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Aceh Tidak Selamanya Indah

2 Oktober 2022   14:44 Diperbarui: 2 Oktober 2022   14:49 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orientasi

   Jantho, sudah sering sekali aku mendengar nama kota ini, kota dimana semuanya di mulai dan berakhir, saat ini hanya kenangan saja jika mendengar nama kota itu, kenangan mengenai betapa indahnya pemandangan gunung gunung yang ada disana, namun juga dengan betapa seramnya dengan apa yg ada di dalam gunung gunung itu. 

   Farhan, ya itu adalah aku sendiri, orang orang di asrama memanggilku seperti itu persis dengan nama yang ada di dalam akte kelahiranku, aku bukan lahir di tanah Aceh ini, namun surat perintah yang di berikan kepada ayahku lah yang membuat keluarga ku pindah dari tanah Borneo ke kota yang sering di sebut Serambi Mekah ini. 

   Tidak lah mudah menyesuaikan tempat disini, karena saat itu baru saja terjadi bencana yang amat sangat besar, ya benar tsunami pada tahun 2004 itu meninggalkan banyak sekali bekas bekas yang membuat rasa trauma saat menginjakkan kaki pertama kali di kota ini, dari harusnya kita mengungsi ke tempat tempat yang penuh dengan korban korban ataupun mayat, namun ayahku memilih untuk membuat gubuk di sebrang jalan salah satu kolam renang di Banda Aceh, ya ayahku membuat gubuk sendiri dari puing puing sisa bangunan yang hancur. 

Pengungkapan Peristiwa

   Hampir 5 bulan kami tinggal di gubuk buatan ayahku itu, sampai akhirnya kita di pindahkan ke asrama di daerah Lhokseumawe. Disini kami akhirnya mendapatkan rumah kami sendiri ya walaupun di dalam rumah itu harus muat oleh 4 keluarga, mau tidak mau akhirnya kami mendapatkan bagian di tempat ruang tamu, namun disini lebih baik di bandingkan harus berada di gubuk itu. 

   Namun kami tidak lama di asrama ini, dan pada akhirnya kita di pindahkan lagi ke asrama Batalyon Kavaleri 11 Serbu, asrama ini berada di kota Jantho, ya kota yang akan menceritakan semuanya, pedih pahitnya keluarga kami berada di sini. 

   Hari demi hari di tahun 2010 itu pun mulai terasa normal kembali, dari saya yang sekolah dasar di SDN 2 Kota Jantho, kedua kaka saya yang bersekolah di SMPN 1 Kota Jantho dan SMAN 1 Kota Jantho, berangkat sekolah pun kami selalu di antar jemput oleh truk dari asrama, pergi bareng teman teman, dan pulang pun begitu, tidak boleh ada satu pun yang tertinggal di luar asrama itu. 

   Suara tembakan di pagi hari sudah menjadi nada nada lagu yang indah yang sudah biasa kami dengar di Asrama, dari hanya latihan tembak maupun bentrokan antara ayah ayah kami yang sedang berjaga dengan pasukan GAM, kalau kalian ngga pernah dengar itu adalah suatu organisasi yang menginginkan Aceh memisahkan diri dari Ibu Pertiwi kita. 

Menuju Konflik

   Ibuku sedang menangis saat aku sedang membuka pintu rumah di sore itu, ternyata itu surat dari komandan asrama dimana isi surat itu untuk berangkat nya ayahku ke daerah konflik di Aceh, entah mengapa saat itu air mata ibuku sangat deras menangisi surat itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun