Mohon tunggu...
Farhan Risyad Razaq
Farhan Risyad Razaq Mohon Tunggu... Lainnya - Lulusan dari Universitas Brawijaya, Studi yang ditempuh adalah Ilmu Administrasi Publik.

"if i had remained invisible, the truth would stay hidden" -Lana Wachowski Halo! Saya farhan senang bisa berbagi hal-hal yang bermanfaat, semoga semua tetap waras, trus jaga akal sehat dengan perluas wawasan. Emang lana wachowski bukan hanya seseorang yang menciptakan film yang keren kayak the matrix, tapi juga punya keresahan yang ingin disampaikan. semoga di platfom ini kita semua menikmati keresahan kita masing-masing. selamat beresah ria!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sistem Iuran BPJS Kesehatan, Rumit?

21 Oktober 2022   16:46 Diperbarui: 21 Oktober 2022   16:55 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh karenanya data-data pekerja informal yang tidak terjangkau oleh pemerintah menjadi sebab sulitnya untuk mengesksekusi kebijakan.

Kendala yang ada bukan hanya soal ketidakadlian, tetapi  juga di dalam pelaksanaa participatory system, ada sesuatu yang tidak kompatibel anatara nilai keadilan dan bisnis yang diharapkan berjalan beriringan. Hal tersebut tampak ketika BPJS Kesehatan berusaha menaikan besaran iuran pada kelas satu dan dua senilai Rp. 150.000 dan Rp. 100.000. 

Ketika iuran itu dinaikan yang terjadi adalah banyak orang berpindah kelas menjadi kelas tiga[5]. Padahal maksud adanya kenaikan iuran untuk menunjang kesehatan keuangan BPJS dan memaksimalkan skema subsidi silang (motif keadilan). 

Fenomena tersebut menggambarkan kendati ada upaya untuk menciptakan keadilan sosial (subsidi silang) tetapi prinsip ekonomi tetap berlaku---harga pilihan pelayanan yang ditetapkan mempengaruhi prilaku pilihan kelas layanan.  Disini nilai-nilai solidaritas yang sering ditekankan sebagai prinsip BPJS terkesan omong kosong.

BPJS kesehatan tidak tinggal diam, insitusi itu merespon fenomena diatas, dengan menyediakan kelas standar.  Adanya kelas  standar membuat pilihan kelas pelayanan akan dihapus. Pelayanan akan dipukul rata secara biaya dan kualitas dengan menghilangkan pilihan-pilihan yang dibedakan, masalah harga dicari harga tengah antara kelas satu, dua, dan tiga.

Solusi itu tampaknya menimbulkan masalah yang lain. Hal tersebut dapat menciptakan kecemburuan antara kelas yang membayar (PPU dan Mandiri) dengan yang tidak (peserta penerima bantuan iuran). Pelayanan yang disamakan antara yang bayar dan gratis dengan tidak memberikan pilihan layanan lain dapat menyurutkan partisipasi.

Kejadian demikian membuat semakin tampak bahwa nilai keadilan dan nilai bisnis sulit berjalan beriringan didalam pengelolaan berbasis participatory system. Belum lagi, masalah yang sudah melekat sebelumnya di dalam participatory system---sistem yang mengandalkan partisipasi peserta secara langsung--- Seperti tunggakan iuran, kedisiplinan peserta, pelibatan peserta, peserta yang tiba-tiba putus membayar iuran karena tidak mampu[6]. Masalah-masalah itu berakar dari partisipasi peserta didalam wujud pelaksanaan pengelolaan berbasis participatory system.

 Kalau direfleksikan, kendala-kendala yang dipaparkan diatas menimbulkan pertanyaan besar yaitu apakah participatory system memiliki kapasitas untuk menyelesaikan kendala tersebut. Atau apakah diperlukan perubahan struktural---dengan mengubah sumber pembiayaan---untuk menyelesaikan permasalah yang terjadi.

Dari sini, penulis menganggap perlu untuk terlebih dahulu menentukan cara evaluasi---evaluasi bersifat operasional atau strategis---terhadap pelaksanaan yang sudah dilakukan sebelum memberikan solusi terhadap masalah. 

Artinya pertimbangan yang matang diperlukan untuk menyelesaikan masalah agar tidak menimbulkan banyak potensi masalah baru. BPJS Kesehatan tidak perlu mengkukuhkan keputusannya secara absolut dengan bergantung pada participatory system, perlu  memulai untuk menengok  jalan lain (sumber pembiayan lain) sehingga menghilangkan permasalahan seputar partisipasi peserta yang sudah tampak njelimet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun