Mohon tunggu...
Farhan Musa Fadila
Farhan Musa Fadila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa baru Universeitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Platform Media Sosial Merusak Mental Generasi Z

10 Desember 2024   09:00 Diperbarui: 10 Desember 2024   08:38 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar platform media sosial (Sumber : https://pixabay.com/id/)

Di era digital, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi Generasi Z. Platform seperti TikTok dan Instagram mendominasi waktu luang mereka, menawarkan hiburan, koneksi sosial, dan peluang untuk mengekspresikan diri. Namun, di balik popularitasnya, muncul kekhawatiran bahwa penggunaan platform ini dapat merusak kesehatan mental generasi muda.

TikTok dan Instagram dirancang untuk menarik perhatian pengguna dengan aliran konten yang tak ada habisnya. Algoritma cerdas mereka memastikan bahwa pengguna terus terlibat dengan konten yang sesuai dengan minat mereka. Fitur seperti "infinite scroll" membuat pengguna sulit berhenti, bahkan ketika mereka merasa sudah menghabiskan terlalu banyak waktu di platform tersebut.

Menurut penelitian, terlalu banyak waktu yang dihabiskan di media sosial dapat menyebabkan kecanduan. Generasi Z sering kali melaporkan merasa tidak bisa berhenti menggunakan aplikasi ini, meskipun menyadari dampaknya terhadap produktivitas mereka. Kondisi ini dikenal sebagai social media addiction, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, hubungan sosial, bahkan kualitas tidur.

Standar Kecantikan yang  Tidak Realistis

Instagram, khususnya, sering dikritik karena mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis. Dengan filter yang mempercantik wajah secara instan dan gambar-gambar yang diedit secara profesional, platform ini menciptakan ilusi tubuh dan wajah "sempurna."

Generasi Z, yang sedang dalam tahap perkembangan identitas, sering kali merasa tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar ini. Banyak yang merasa tidak cukup cantik, kurus, atau menarik dibandingkan dengan apa yang mereka lihat di Instagram. Hal ini dapat memicu perasaan rendah diri, gangguan makan, hingga depresi.

TikTok, meskipun lebih dikenal sebagai platform yang kreatif dan inklusif, juga tidak lepas dari isu serupa. Tren viral sering kali melibatkan tarian, tantangan, atau gaya hidup yang secara implisit menekankan penampilan fisik tertentu. Mereka yang merasa tidak bisa memenuhi standar tersebut mungkin merasa terisolasi atau tidak cukup baik.

Cyberbullying dan Perbandingan Sosial

Masalah lain yang muncul adalah cyberbullying. Di TikTok dan Instagram, pengguna sering kali menerima komentar negatif, kritik tajam, atau bahkan pelecehan dari orang asing. Generasi Z, yang sebagian besar masih mencari validasi sosial, bisa merasa sangat terluka oleh serangan semacam ini.

Selain itu, media sosial mendorong perbandingan sosial. Melihat kehidupan teman atau selebriti yang terlihat "sempurna" dapat membuat seseorang merasa hidup mereka tidak cukup menarik atau sukses. Fenomena ini dikenal sebagai highlight reel effect, di mana pengguna hanya melihat sisi terbaik dari kehidupan orang lain tanpa menyadari realitas di balik layar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun