Mohon tunggu...
Farhan Medio
Farhan Medio Mohon Tunggu... Freelancer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita dan Kesenjangan Pendidikan, Islam atau Ekonomi Penyebabnya?

30 Desember 2018   17:18 Diperbarui: 30 Desember 2018   17:29 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu merupakan pengetahuan atau kepandaian terkait duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya. Selain itu, ilmu juga terkait pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di masing -- masing bidang. 

Pendidkan akademis merupakan kegiatan yang sangat erat kaitannya proses pengajaran dan pelatihan yang berhubungan dengan suatu ilmu. Oleh karena itu, pendidikan dapat dikategorikan sebagai salah satu proses dalam menuntut ilmu, meskipun tidak menutup kemungkinan melalui proses yang lain. Lantas, apakah kewajiban menuntut ilmu dalam Islam terbatas untuk salah satu gender?

Islam mengajarkan bahwa pria dan wanita memiliki tanggung jawab agama dan moral yang sama, karena masing -- masing dari kita akan dimintai pertanggungjawaban dari setiap perbuatan tanpa memandang perbedaan gender (Q.S 3:195: 4:124;  33:35; 57:12). Orang tua harus memperlakukan adil kepada setiap anak -- anaknya, termasuk berbuat baik dan mendukung anak perempuan. Aspek penting dalam mendidik anak wanita yang sangat memengaruhi masa depan mereka adalah pendidikan. Pendidikan bukan hanya hak tetapi tanggung jawab untuk semua muslim baik pria atau wanita, sesuai dengan hadits diatas (Badawi, 1999).

"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim".

Permasalah kesenjangan gender merupakan sesuatu yang penting dan perlu diperhatikan khususnya di Negara sedang berkembang. Kesenjangan gender terjadi dibanyak aspek yang berhubungan dengan kesejahteraan seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan atau upah. Apabila kesenjangan  terjadi maka dapat mengurangi pencapaian tingkat kesejahteraan. Pada bidang pendidikan, kesenjangan yang terjadi dapat menurunkan jumlah rata- rata human capital pada masyarakat dan merugikan kinerja perekonomian (Dollar dan Gatti, 1999).  

Apabila tingkat pendidikan wanita lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pendidikan pria makan hal ini menunjukan bahwa marginal return pendidikan wanita lebih tinggi, dan ketika terjadi penurunan marginal return pendidikan maka hal tersebut akan berdampak pada peningkatak kinerja perekonomian secara keseluruhan. (Knowles, Lorgelly, dan Owen 2002). Selain itu, pendidikan wanita mempunyai beberapa eksternalitas yaitu, mengurangi tingkat kesuburan, mengurangi tingkat kematian anak, dan memingkatkan pendidikan untuk generasi berikutnya.

Setiap faktor yang dipengaruhi oleh tingka pendidikan wanita pada gilirannya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, apabila kesenjangan pendidikan bagi wanita terjadi, maka manfaat dari tingkat pendidikan yang tinggi bagi wanitaakan tidak optimal dan berkurang. Terkait pengurangan tingkat kesuburan, seiring berjalannya waktu sekitar dua puluh tahun setelahnya akan mendorong pada kondisi demografis yang menguntungkan, yaitu adanya bonus demografis. 

Kondisi ini menggambarkan dalam jangka waktu tertentu populasi penduduk usia kerja akan tumbuh lebih banyak dibandingkan populasi secara keseluruhan. Apabila kondisi ini terjadi maka akan terjadi penurunan rasio dependensi yang akan memberikan dampak positif untuk pertumbahan ekonomi perkapita (Bloom dan Williamson, 1998).

Permasalahan lain terkait kesenjangan pendidikan wanita yang lain adalah dampaknya bagi daya saing internasional. Negara Asia Timur saat ini telah banyak yang mampu bersaing di pasar dunia lewat industri  manufaktur yang berorientasi pada ekspor. Sektor industri tersebut saat ini banyak didominasi oleh wanita. 

Agar industri ekspor tumbuh dan berkembang menjadi kompetitif, wanita harus dididik dan tidak boleh ada hambatan bagi pekerjaan mereka di sektor-sektor tersebut. Kesenjangan gender dalam pendidikan dan pekerjaan akan mengurangi kemampuan negara-negara untuk memanfaatkan kesempatan ini. Pada akhirnya, karena manfaat yang ditimbulkan dari kesetaraan ini banyak Negara lain mulai mengikuti strategi yang dilakukan oleh Negara Asia Timur  (Busse dan Spielmann, 2006).

Masyaraat muslim pada umumnya mengalami fenomena bahwa mereka gagal menyediakan pendidikan yang cukup dan memadai bagi perempuan. Sehingga tidak sedikit kritik terkait masalah ini dan mempertanyakan apakah Islam itu sendiri menghambat pendidikan bagi perempuan. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat ditemukan melalui penelitian yang dilakukan oleh McClendon et. al. (2018) yang menunjukan bahwa faktor utama yang membatasi pendidikan wanita muslim adalah ekonomi dan kekayaan Negara bukan agama, hukum atau budayanya. 

Temuan ini menentang klaim bahwa ada perbedaan budaya muslim dan barat tentang kesetaraan gender dalam bidang pendidikan. Akan tetapi, memang benar jika dilihat secara historis bahwa wanita muslim mendapatkan pendidikan lebih sedikit dibandingkan wanita dari agam besar lainnya kecuali Hindu. Apabila dibandingkan dengan pria muslimpun mereka mengalami ketertinggalan. 

Ketika Wanita Muslim mencapai tangga pendidikan yang lebih tinggi, peran agama sebagai prediktor pencapaian akademis semakin berkurang. Kabar baiknya adalah saat ini  para wanita Muslim telah mengejar ketertinggalan capaian pendidikan mereka tidak hanya dengan pria Muslim tetapi juga dengan wanita lain di seluruh dunia. 

Perbandingan perkembangan tingkat pendidikan wanitaakan dinilai berdasarkan pencapaian lama waktu sekolah antara wanita Muslim muda (lahir antara 1976 -- 1985) dibandingkan dengan wanita Muslim yang lebih tua (1935 -- 1955) dan juga dibandingkan dengan tingkat pendidikan pria. Misalnya, wanita Muslim muda  di Arab Saudi,  negara Islam dan memberlakukan hukum gender konservatif, memiliki rata-rata 11,5 tahun sekolah, dibandingkan dengan 11,8 tahun untuk pemuda di negara itu dan hanya dua tahun pendidikan bagi wanita Muslim yang lebih tua. 

Angka-angka ini menunjukkan bahwa Arab Saudi telah meningkatkan akses ke sekolah bagi wanita dan telah semakin mengurangi kesenjangan gender di bidang pendidikan. Sebagai perbandingan, durasi rata-rata sekolah untuk pria dan wanita muda AS - di seluruh kelompok agama - adalah sekitar 13 tahun. Sedangkan di Indoensia, Wanita Muslim yang lebih tua tingkat pendidikan yang mereka nikmati hanya sekitar 4 tahun namun wanita Muslim muda saat ini sudah mencapai 9,4 tahun. Secara umum, banyak Negara --dengan populasi penduduknya muslim sudah mengalami peningkatan tingkat pendidikan wanitayang disertai dengan peningkatan tingkat perekonomian (Hackkett dan Fahmy, 2018).  

dokpri
dokpri

Sumber: McClendon et. al. (2018)
Sumber: McClendon et. al. (2018)
Sumber: Hackkett dan Fahmy (2018)
Sumber: Hackkett dan Fahmy (2018)
Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara normatif, hak terhadap pendidikan bagi wanita dan pria menurut Islam adalah sama. Sehingga ketimpangan yang terjadi bukan berasal dari ajaran agama Islam, ditandai dengan bukti ketika perekonomian suatu Negara Islam atau mayoritas masyarakatnya muslim berkembang dan tumbuh makan akan diikuti dengan peningkatan angka partisipasi pendidikan wanita. 

Fenomena ini menandakan terjadi proses penyetaraan antara wanita dan pria dalam bidang pendidikan. Sehingga dalam mencipatakan keadilan pendidikan bagi wanita khususnya Muslim diseluruh dunia perlu adanya perbaikan dari aspek perekonomian. Akan tetapi, antara tingkat perekonomian dengan pendidikan wanita juga memiliki hubungan kausalitas. 

Sehingga tingkat pendidikan yang baik akan mendorong perbaikan perekonomian, seperti pertumbuhan, PDB per kapita, dan juga produktivitas. Sehingga untuk mencapai tingkat yang lebih baik diantara keduanya perlu adanya perbaikan ditingkat kelembagaan terutama untuk mengurangi hambatan -- hambatan structural terkait  kesempatan wanita dalam mengakses bidang pendidikan maupun perekonomian. Pada akhirnya ketika hambatan tersebut dapat dikurangi maka potensi optimal dari tingkat pendidikan wanita dan tingkat perekonomian akan semakin berkembang menuju arah yang lebih baik. Sehingga, proses pembangunan yang lebih adil terhadap setiap gender dapat terwujud.  

Referensi: 

  1. Al-Qur'an Dan Terjemahannya. 2008. Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro
  2. Badawi, Jamal A. 1999. "Gender Equity In Islam - Basic Principles Islamic Dawah Movement Of Southern Africa (IDM). Durban.
  3. Bloom, David E. And Jeffrey G. Williamson. 1998. ''Demographic Transition And Economic Miracles In Emerging Asia.'' World Bank Economic Review 12(3): 419--55.
  4. Busse, Matthias And Christian Spielmann. 2006. ''Gender Inequality And Trade.'' Review Of International Economics 14(3): 362--79.
  5. Dollar, David And Roberta Gatti. 1999. ''Gender Inequality, Income And Growth: Are Good Times Good For Women?'' Mimeograph, World Bank, Washington, DC.
  6. Hackkett Dan Fahmy.  2018. Education Of Muslim Women Is Limited By Economic Conditions, Not Religion. Pew Research Center. Diakses Melalui Http://Www.Pewresearch.Org/Fact-Tank/2018/06/12/Education-Of-Muslim-Women-Is-Limited-By-Economic-Conditions-Not-Religion/, Pada 10 Desember 2018.
  7. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia Di Kbbi.Kemdikbud.Go.Id Diakses 20 Desember 2018
  8. Klasen, Stephen Dan Lamanna, Francesca. 2009. The Impact Of Gender Inequality In Education And Employment On Economic Growth: New Evidence For A Panel Of Countries. Feminist Economics 15(3), July 2009, 91--132
  9. Knowles, Stephen, Paula Lorgelly, And Dorian Owen. 2002. ''Are Educational Gender Gaps A Brake On Economic Development? Some Cross-Country Empirical Evidence.'' Oxford Economic Papers 54(1): 118--49.
  10. Mcclendon Et. Al. 2018. Women's Education In The Muslim World Article In Population And Development Review * April 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun