Mohon tunggu...
Farhan Fakhriza Tsani
Farhan Fakhriza Tsani Mohon Tunggu... Akuntan - Seorang Pelajar

Tertarik pada sastra, isu sosial, politik, dan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Depresi, Wabah di Milenium Baru

24 Agustus 2019   09:00 Diperbarui: 24 Agustus 2019   11:13 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya hidup zaman modern yang cenderung terisolasi secara sosial menjadi salah satu pemicu depresi. Sumber gambar: pixabay.com/skitterphoto

Kerusakan orak inilah yang kemudian membawa penderita pada sebuah kondisi yang lebih besar dari sekadar kesedihan yang biasa dirasakan oleh otak manusia normal. Dan praktis membandingkan kesedihan yang dirasakan oleh penderita depresi dengan kesedihan biasa adalah sebuah kesahalahan besar. 

Itu sama saja ketika seseorang menderita demam berdarah dan kita menceritakan pengalaman kita ketika menderita flu sambil berkata, "Dulu saya juga pernah demam. Bawa istirahat aja sembuh kok. Biasa aja kali gak usah lebay." Kita tidak bisa membandingkan apel dengan durian.

Ketika seseorang berkata pada kita bahwa ia merasakan depresi, respons terburuk yang dapat kita berikan kepadanya adalah menceritakan kesedihan kita atau orang lain kepadanya. 

Kita bisa memperparah respons tersebut dengan menghakimi orang tersebut dengan menyebut kurang bersyukur, kurang dekat dengan Tuhan, atau cengeng.

Saya coba berikan ilustrasi. Ketika anda merasakan sesak napas yang anda curigai sebagai gejala radang paru-paru, lalu anda mengeluh kepada kerabat, dan kerabat anda malah menghakimi anda sebagai orang yang tidak dekat dengan Tuhan. Bukankah itu sebuah respons yang bodoh?

Namun kebodohan publik atas wabah di milenium baru ini menjadi tanggung jawab kolektif setiap individu masyarakat. Generasi kita dihadapkan pada dunia yang belum pernah ada sebelumnya sepanjang sejarah manusia. Kesadaran tentang ancaman kesehatan mental perlu dibangun seperti halnya kesadaran tentang kesehatan fisik. 

Bagaimana mencegah, mengenali gejala, dan menyembuhkannya harus menjadi perhatian masyarakat modern. Penyakit mental dapat menyerang siapapun. Untuk alasan itulah World Mental Health Day diperingati setiap tanggal 10 Oktober sejak tahun 1996.

Lebih lanjut dalam ceramahnya, Ilardi mengungkapkan bahwa depresi adalah disease of lifestyle. Dunia pasca revolusi industri adalah dunia yang sama sekali berbeda dengan dunia agrikultur di mana umat manusia hidup sebelumnya.

Dia menyimpulkan sebuah teori bahwa gen manusia belum berubah dalam 300 tahun terakhir (sejak revolusi industri) sementara dunia telah berubah sedemikian rupa. 

Manusia tidak lagi dituntut untuk menggerakkan ototnya dalam mencari makanan. Permasalahan yang dihadapi menjadi semakin kompleks dan tuntutan menjadi semakin banyak daripada sekadar memenuhi isi perut. Ilardi menganjurkan enam hal untuk mencegah dan menyembuhkan depresi.

Namun sebelum kita membahas enam hal tersebut, saya ingin menyisipkan pendapat pribadi saya di sini terkait pencegahan depresi. Dunia yang sudah sedemikian berubah kini dan tuntutan yang semakin kompleks kadang membuat seorang manusia tidak dapat keluar dari lingkaran tekanan pemicu RSR. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun