Mohon tunggu...
Moh Farhanuddin
Moh Farhanuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Moh. Farhanuddin Pendidikan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Detoks Media Sosial? Siapa Takut! (Part 1)

2 November 2022   18:49 Diperbarui: 2 November 2022   19:29 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : freepik.com

28 Oktober- Keinginan itu muncul. Aku ingin melakukan detox media sosial. Yap, betul. Aku akan stop media sosialku, khususnya Instagram. Setelah aku memiliki keinginan itu akhirnya mencari video-video tentang  detox media sosial atau dopamine detox. Setelah pikiranku berperang, akhirnya 29 Oktober aku memutuskan untuk detox media sosial dan menguninstal Instagram.

Yeah, akhirnya Instagram telah aku uninstall. Kemudian aku menginformasikan ini kepada teman dekatku melalui story WhatsApp. Yah teman dekatku tidak banyak cuma 4 orang. Dua orang sejak bangku SMA dan dua orang lagi aku dapat dari bangku kuliah. Ya, memang aku tidak pandai bergaul* (*mungkin).

Flashback. Memang sebelumnya aku adalah pecandu media sosial, terutama Instagram. Selain itu aku juga pecandu YouTube. Screen time penggunaan Instagram aku mencapai 3 jam bahkan lebih. 

Sementara itu, YouTube mencapai 2 jam atau lebih. Hal ini telah terjadi sejak lama hingga suatu saat Yaitu awal Oktober. Aku kesulitan mengatur jadwal harianku, semuanya berantakan. Aku keteteran mengerjakan tugas-tugas dan bahkan aku susah tidur. 

Namun pada hari libur (Sabtu-Minggu) aku tidur seharian tanpa melakukan apapun. Iya memang kedengarannya lebay atau tak mungkin. Namun kenyataannya seperti itu. Hingga akhirnya keinginan untuk datang ke psikiater itu muncul. 

Namun pikiranku berperang menolaknya. Akhirnya aku cari konten-konten di YouTube mengenai bagaimana ke psikiater?, Berapa biayanya?, apa yang akan dikatakan psikiater?, dan lain sebagainya. Hal itu untuk meredam perang di pikiranku. Hingga aku menonton video dari satu persen tentang konsultan psikologi. Disitu dikatakan bahwa tidak hanya psikiater dan psikolog saja konsultan kesehatan mental. Dikatakan salah satunya adalah peer konselor. 

Yap. Aku tertarik dengan itu. Akhirnya aku mencari peer konselor melalui Instagram dan aku mendapatkan peer konselor yang cocok. Akhirnya aku pilih Divija sebagai peer konselorku saat itu. Aku pilih Divija karena aku kesulitan mencari peer konselor untuk umum di Instagram. Saat itu aku menemukan peer konselor dari psyhope UI dan Divija. 

Aku klik link yang ada di bio Instagram psyhope UI dan ternyata tidak melayani konsultasi karena sedang masa UTS. Akhirnya aku klik link yang ada di bio Instagram Divija dan akhirnya aku dipertemukan dengan konselor Nesya pada 17 Oktober. 

Konsultasilah aku dengannya hingga aku mendapat pencerahan. (Maaf aku tidak bisa menceritakannya di sini. Intinya aku mendapat solusi dari permasalahanku). Sejauh pengalamanku konsultasi dengan peer konselor dari Divija terutama kak Nesya aku merasa cocok dan dia juga profesional. 

Hari-hariku berlalu semakin membaik. Namun pada akhir Oktober, pikiranku berperang lagi mengenai screen time di gawaiku yang tak sengaja aku buka. Ternyata screen time harianku mencapai 10 jam lebih. Yap 10 jam lebih. Kamu tidak salah dengar. Dengan rekor tertinggi yaitu Instagram yang hampir 4 jam. Pikiranku mengatakan itu tidak wajar hingga muncullah keinginan untuk detox media sosial (end-28 Oktober)

Setelah aku uninstall Instagram, screen timeku berangsur turun. Yap, sesuai tujuanku.

Ingin tahu lebih dalam ceritanya. Tunggu part berikutnya!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun