Mohon tunggu...
FARHAH NURULHAYYI
FARHAH NURULHAYYI Mohon Tunggu... Guru - TITIK RASA

tetap putus asa jangan semangat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Istiqomah dalam Menjaga Kaidah Cinta

29 November 2020   23:09 Diperbarui: 30 November 2020   07:44 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Menjadi anak muda memang tidak bisa terelakkan, kecuali mati di masa di mana masalah terbesar saat itu hanyalah PR matematika. Masa muda terbilang masa yang sangat indah buat di ceritakan, apalagi bicara soal cinta yang pastinya seru nan menyenangkan namun tak sedikit pula orang yang justru terperdaya dengan cinta.

Saat Tuhan menitipkan cinta, kita tidak bisa memilih pada siapa kita mencinta, pun sama sekali tak punya kuasa menolak titipan cinta ini. Rasa ini suci namun harus terarah menempatkannya, sebab hakekatnya cinta adalah ujian, ujian dimana menempatkan cinta kepada Tuhan di atas segalanya, bukankah saat Nabi Ibrahim terlalu mencintai putranya Ismail kemudian menimbulkan kecemburuan Tuhan.? Sungguh cinta yang diridhaiNya adalah cinta yang mendekatkan kita padaNya. Saat kita mencintai seseorang berarti kita telah siap atas dua hal, yang pertama memiliki dan menyayanginya dengan segenap cinta kasih dan yang ke dua siap meninggalkan atau ditinggalkan dengan ikhlas kapan saja, namun selama kita menyikapi atau memandang cinta sebagai ujian, walaupun sedikit ada keluh kita pasti bisa melewatinya dengan tangguh.

Layaknya manusia pada umumnya, akupun demikin saat mengenal cinta. sempat di buat buta, terombang-ambing rasa yang bergejolak tak menentu, seakan separuh duniaku teralihkan dan tertuju padanya. Berawal dari kekagumanku kepada sesesorang atas pribadinya yang sopan dan tutur katanya yang santun aku merasa kekaguman ini adalah cinta, aku pun memandang ini sabagai hal yang wajar, layaknya Ibunda Khodijah yang mengamati akhlaknya Baginda Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Hanya saja aku tak seberani Ibunda Khodijah yang mengutus Nafisah binti Munyah untuk meminang pujaan hatinya.

Aku merasa sedikit terjebak pada status persahabatan yang bisa saja rusak hanya karena persoalan rasa ini. Ini kemungkinan yang potensinya kecil namun sedikit menggangu kepalaku, ku tau tak ada persahabatan yang di benarkan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, tapi bisa kupastikan aku mengetahui dan sangat menjaga batas. Dia hanyalah teman saat belajar dan hanya sebatas itu.

Yang bisa kuperbuat sejauh ini hanyalah meniru cara Fatimah Az Zahra dalam menjaga kesucian cinta, memilih cinta dalam diam dan meminta Ali lewat doa seraya terus memperbaiki diri. Aku juga sedikit belajar dari kisah Yusuf dan Zulaikha, dimana saat Zulaikha mengejar cinta Yusuf, Allah jauhkan Yusuf darinya, namun setelah Zulaikha mengejar cintanya Allah, Allah kirimkan Yusuf padanya. Dengan bermodalkan keyakinanku bahwa rencana Tuhan itu menakjubkan, maka semakin kokoh istiqomahku menjaga kesucian rasa ini. Tidak peduli siapa yang nanti dikirimkan Tuhan padaku, yang ku tau rencanaNya lebih baik dari inginku.

Aku tidak mau Menuhankan rasa ini. Kemudian  keluar dari kaidah-kaidah cinta yang semestinya, juga tak mau akan seperti kisah Majnun kepada Laila yang menjadi gila karena cinta, saat di tanyakan kepada Majnun apa yang paling berharga baginya antara bumi beserta seluruh isinya dengan Laila, maka tanpa ragu dia pun menjawab bahwa debu yang menempel di kulit Laila lebih berharga dari pada bumi beserta seluruh isinya. Bukankah ini telah menodai filosofi cinta yang esensinya memberi kehidupan dan menebarkan belas kasih ? Sungguh Tuhan kita tak meridhoi cinta semacam ini!

Itulah alasan mengapa tulisan ini di buat, semata-mata mengajak kita sekalian memahami secara utuh kaidah cinta yang semestinya, sebab istiqomah dalam menjaga perasaan cinta dipandang sangat perlu agar tidak membawa dampak penyesalan dan murkanya Allah SWT.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun