Mohon tunggu...
Farent B. Sagala
Farent B. Sagala Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Asisten Rumah Tangga

Manusia yang belajar di jurusan PKn. Saya orangnya sok edgy, sok lucu, hanya soklin pemutih.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Usai Putusan Sidang MK, Poeple Power Melawan Partai Politik?

28 Juni 2019   13:41 Diperbarui: 28 Juni 2019   14:13 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pengumuman hasil putusan sidang MK terkait permohonan BPN tentang kecurangan pemilu menjadi akhir cerita Pemilu 2019. Pemilu yang terasa sangat lama, sangat panas, banyak orang yang masuk penjara, perdebatan muncul dimana-mana, terjadi ketegangan di masyarakat, sosial media dipenuhi dengan ujaran kebencian dan hoaks. 

Untungnya pemilu ini telah selesai. Kita tinggal menunggu keputusan MK atas gugatan pihak BPN terkait kecurangan Pemilu untuk mengetahui siapakah yang akan ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Pemilu ini sangat panas karena masyarakat terbagi menjadi Cebong dan Kampret. Saya ingin mendefinisikan Cebong dan Kampret adalah pendukung fanatik dari masing-masing pasangan calon. 

Cebong dan Kampret ini selalu berkelahi untuk mendukung junjungannya. Masalahnya mereka mendukung dengan cara-cara yang tidak simpatik. Beradu tagar yang tidak penting di twitter sehingga mengotori kerecehan yang ada di twitter, melakukan negative campaign dan bahkan black campaign, meminta untuk memenjarakan orang. 

Mereka berkampanye dengan menjelekkan pasangan lain bukannya memperlihatkan kehebatan junjungan mereka. Lebih parahnya lagi mereka lebih sering menjelekkan sesuatu yang tidak subtantif seperti pake teks atau tidak, gagah atau merakyat, dan lain sebagainya dari pada sesuatu yang subtantif seperti program dan/atau gagasan, track record, kemampuan pasangan calon dalam mewujudkan janji-janjiunya dan lain sebagainya.

Saya ingin menyalahkan partai politik karena menikmati keberadaan cebong dan kampret. Keberadaan cebong dan kampret sangatlah menggangu bagi jalannya kehidupan bermasyarakat dengan hoaks yang kalian sebarkan di grup WhatsApp, editan berita yang kalian sebarkan di Instagram, dan lain sebagainya. Namun dibalik kekisruhan yang terjadi ada partai politik dengan pasangan calonnya yang menikmati dan ikut juga dalam memprovokasi masyarakat. 

Jujur saat PSI dibentuk saya memiliki ekspektasi tinggi terhadap partai ini (dengan logo partai dan desainnya yang keren dan mencitrakan diri sebagai partainya anak muda) untuk mengatasi permasalahan yang sudah ada. Sayangnya realita yang terjadi PSI hanya menjadi partai baru biasa, dengan politikus biasa yang adu urat saraf saat berdebat, dengan isu tidak subtantif. Sesuatu yang berbeda hanyalah iklannya saja.

Namun karena kita tidak bisa mengubah partai politik maka kita sebagai masyarakatlah yang harus berubah. Berubah menjadi lebih pintar mengenai politik. Harus kita ketahui banyak orang di media sosial yang menjadi Cebong atau Kampret karena dia dibayar untuk itu (baca: buzzer). 

Ada beberapa orang juga yang menjadi Cebong atau Kampret secara rela namun berharap akan mendapat sesuatu hal dari situ apabila dia influencer mendapatkan pengikut, apabila bisnis mendapatkan pelanggan, dan sebagainya. 

Masalahnya mengapa banyak orang biasa dan mungkin pengangguran yang setelah Pemilu ini selesai siapapun presidennya dia tidak akan mendapatkan apa-apa dan dia akan kembali mulung bisa berbangga diri menjadi Cebong ataupun Kampret. 

Apabila anda menjawab untuk Indonesia yang lebih baik apabila junjungan anda menang, masalahannya, Paslon nomor 01 ataupun 02 tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam cara pandang mengelola pemerintahan, mengutip dari perkataan Pak Prabowo dalam Debat Pilpres kedua "Kalau kita berbeda jangan kita dibikin diadu-adu terus. Kalau tidak ada terlalu banyak perbedaan untuk apa kita ribut lagi pak?" kutipan ini menunjukkan hal tersebut. Kalau tidak terlalu banyak perbedaan mengapa bapak mencalonkan diri sebagai alternatif? Kalau tidak terlalu banyak perbedaan kayanya mening diomongin baik-baik deh.

Oleh karena itu sebagai pelajaran untuk pemilu selanjutnya kita harus mengembalikkan kedaulatan rakyat. Apabila memakai istilah yang sedang populer adalah 'poeple power'. Maksud mengembalikkan kedaulatan rakyat adalah suara rakyat dalam konteks ini pemilu harus 'mahal'. Pemilu kali ini terjadi aneh karena saat mereka yang membutuhkan suara kita tapi kita yang mengeluarkan usaha lebih. 

Seharusnya mereka yang membutuhkan suara kita mengeluarkan usaha maksimal untuk mendapatkan suara kita sedangkan kita tinggal duduk sambil makan popcorn dan bisa ketawa-ketawa. Mereka mau melamar pekerjaan ke kita, ya mereka yang harus datang ke kantor, berpakaian rapih, membawa berkas-berkas dan mempelajari trik ampuh sukses melamar pekerjaan dan bukan malah sebaliknya. 

Rakyat pun tidak boleh lagi terbelah. Kita tidak boleh menjadi bagian dari Cebong dan Kampret selanjutnya. Pak Prabowo saja yang maju sebagai paslon tidak mau diadu apalagi kita yang memiliki kedaulatan untuk memilih Presiden. 

Apabila pemilu selanjutnya masih terbelah dan muncul Trenggiling dan Biri-biri (cikal bakal penerus Cebong dan Kampret) kita harus membuat kubu Khoceng. Kubu Khoceng adalah kubu yang menyaksikan perkelahian Cebong dan Kampret selanjutnya sambil duduk dan makan popcorn dan ketawa-tawa namun tetap memilih pada saat pemilihan berlangsung.

Politik itu menyenangkan kalau tidak mungkin anda cebong atau kampret.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun