Mohon tunggu...
Farent B. Sagala
Farent B. Sagala Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Asisten Rumah Tangga

Manusia yang belajar di jurusan PKn. Saya orangnya sok edgy, sok lucu, hanya soklin pemutih.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bercanda Tak Sebercanda Itu

18 Juni 2019   15:00 Diperbarui: 19 Juni 2019   12:28 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (sumber: yeahwrite.org)

Masalahnya banyak akun sosial media yang melakukan hal-hal buruk tersebut. Akun-akun dengan embel-embel komedi. Seharusnya saat anda adalah pelaku komedi anda tahu dampaknya. Banyak mungkin tahu namun tidak peduli. Mereka hanya memikirkan supaya followers mereka banyak. 

Dampak terburuk dari pengaruh ini adalah terciptanya mindset bahwa mencemooh sesuatu yang tidak bisa dipilih, berpikiran cabul, mengganggu orang lain dengan alasan lucu adalah suatu hal yang biasa terjadi, dan pada akhirnya mereka menjadi bagian dari hal buruk tersebut. Sesuatu yang salah menjadi normal, lalu sesuatu yang normal menjadi aneh. Ini adalah kondisi saat tertawa harus dilarang.

Setelah mengetahui dampak-dampaknya mari kita ketahui juga bagaimana membuat sebuah komedi. Membuat komedi itu sulit. Komedi itu membutuhkan wawasan, harus bisa membaca pemikiran orang lain, harus kreatif, dan bisa membaca kondisi kapan dan dimana komedi itu disampaikan. Sebagai contoh ini adalah materi yang sering saya pakai dan biasanya lucu. 

"Pendidikan di Indonesia itu masih jelek karena guru di Indonesia masih belum dihargai oleh muridnya. Menurut saya seharusnya untuk mendapatkan hormat tersebut bukanlah guru yang meminta murid hormat ke guru tapi gurulah yang harus membuat dirinya dihormati oleh siswa. Kaya guru saya namanya Deni, kami biasanya menyebut dia manusia ikan, dia ini ngejelasinnya gak jelas soalnya ngomongnya blup blup blup blup."

Saya yakin belum bagus tapi mari kita bedah komedi tersebut. Di materi itu terdapat dua punchline yang menjadi titik tawa yaitu di manusia ikan dan di blup blup blup blup. Saya harus tahu bahwa orang-orang yang mendengar materi ini adalah orang-orang yang tau program "Deni Manusia Ikan", saat mengatakan manusia ikan saya harus jeda sedikit supaya orang punya waktu untuk bisa menduga-duga, saat waktunya tepat saya menyampaikan punchline-nya untuk mematahkan dugaan penonton. 

Selanjutnya, di bagian "dia ini ngejelasinnya gak jelas soalnya ngomongnya ..." kita harus mencari sebuah kata yang menggambarkan ketidakjelasan tapi tetap lucu, maka saya masuk ke formula absurd yang berarti tidak mungkin terjadi tetapi harus dalam sebuah koridor maka akhirnya blup blup blup blup ditemukan. Saat mendengar sebuah punchline penonton harus menangkap pesan dari punchline itu dan menyetujuinya untuk tertawa. 

Kalau misal punchline-nya menjadi "do re mi" mungkin menjadi tidak lucu karena penonton tidak menyetujui pesannya atau bahkan tidak menangkap pesannya.  Blup blup blup blup lucu karena kita tahu bahwa itu adalah suara ikan yang berkaitan dengan Deni Manusia Ikan, dan juga apabila kita bayangkan akan aneh apabila benar orang berbicara blup blup blup blup. 

Itulah yang saya sebut bahwa komedian bisa membaca pikiran orang lain. Karena supaya lucu anda harus disetujui oleh orang lain. Tawa=Setuju. Supaya anda mendapat tawa anda harus tahu apa yang orang lain setujui. Dalam kasus blup blup blup blup penonton setuju bahwa tidak mungkin bahwa orang berkata blup blup blup blup. 

Itu adalah formula yang sangat simpel. Kita belum membahas bagaimana cara Indra Frimawan, Bintang Bete, Coki Anwar, sulit sekali membuat komedi seperti mereka. Untuk lebih memahami komedi saya menyarankan anda membaca buku Ramon Papana berjudul Kitab Suci Stand Up Comedy. 

Pada intinya komedi itu sebenarnya sangat susah dibuat namun yang menarik adalah orang-orang yang lucu biasanya tidak terlihat pintar karena biasanya kalau di tempat sekolah atau kuliah mereka yang lucu adalah mereka yang duduk di belakang dan jarang memperhatikan pelajaran. 

Namun anehnya mereka bisa menyelesaikan suatu formula yang sangat ribet apalagi kalau kita bicara 'nyeletuk' mereka menyelesaikan formulanya dalam waktu yang singkat. Karena komedi sesulit itu maka sebetulnya mereka yang dianggap suka bercanda justru adalah orang yang sangat serius. Komedi memiliki esensi untuk menyampaikan keresahan bukan hanya sekedar senang-senang saja. Saat saya melihat Pandji Pragiwaksono dengan komedinya saya seperti melihat Chairil Anwar dengan Puisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun