Mohon tunggu...
Fareh Hariyanto
Fareh Hariyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Klasik

Sedang menempa kanuragan di Jurusan Ahwalusasyhiah IAI Ibrahimy Genteng Bumi Blambangan Banyuwangi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ironi Degradasi Tradisi di Banyuwangi

2 November 2019   08:43 Diperbarui: 2 November 2019   09:01 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Tedhak Siten Cucu Sultan HB X dari pasangan GKR Bendoro dengan KPH Yudanegara, R.Aj Nisaka Irdina Yudanegara. (Foto. Radar Jogja)

Dewasa kini perkembangan teknologi tidak dipungkiri seperti pisau bermata dua, satu sisi memberi manfaat namun jika salah pemanfaatannya justru bisa berdampak mudarat bagi pemiliknya.

Pun begitu tradisi, bagi masyarakat yang mengesampingkan ritus peninggalan leluhur disadari atau tidak hal tersebut seperti langkah mundur.

Namun berbeda bagi mereka yang masih menjaga tradisi adiluhung  peninggalan nenek moyangnya. Disadari atau tidak hal itulah yang justru dibutuhkan pada perkembangannya dewasa kini. 

Tradisi yang diwariskan turun-temurun, kala itu pada masanya tidak banyak masyarakat yang berani mengabaikannya.

Sebut saja tradisi Tedak Siten, atau masyarakat Banyuwangi mafhum menyebut ritual adat turun tanah pertama kali bagi bayi yang berusia tujuh atau delapan bulan. 

Sepengalaman penulis medio tahun 2003 saat  masih tinggal di Banyuwangi kala itu, kenangan akan Tedak Siten menjadi salah satu momorabilia akan Banyuwangi semasa kecil penulis.

Selang 10 tahun kemudian sekembalinya dari Semarang setelah di akhir tahun 2007 memutuskan untuk ikut orang tua di Jawa Tengah. Ada yang berberda dari sosial kultural masyarakat yang berubah cukup pesat.

Utamanya di Banyuwangi Selatan, entah karena saya terlalu lama meninggalkan Banyuwangi atau mungkin Banyuwangi terlalu cepat dalam bertransformasi.

Namun padasangka penulis seperti ada yang berubah paradigma dari tradisi yang dulu menjadi amsal kecintaan pada ritus leluhur saat bayi akan pertama kali menyentuh tanah.

Apapun itu, seperti muncul kerinduan menyimak kembali Banyuwangi dimasa lampau yang lekat dengan tradisi para pendahulunya.

Sanad Terputus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun