Mohon tunggu...
M Chusni Farid
M Chusni Farid Mohon Tunggu... Human Resources - penikmat cerita yang suka bercerita

mahasiswa jurusan bahasa dan sastra arab. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Cerita Ulang Tahun

2 November 2021   16:51 Diperbarui: 2 November 2021   17:49 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selama tinggal di Yogya, dua kali pergantian tahun, aku jarang bersua dengan keluarga. Mudik lebaran aku masih sibuk menambah hafalan, libur tahun baru aku masih terus murojaah hafalan.  

Dan pada hari libur lainya, ketika mengirimkan pesan kepada keluarga. Sering kali ayah memaksaku untuk tidak pulang. Berbagai macam alasan ia utarakan seperti, masalah ongkos pulang pergi, khawatir hafalan hilang di tengah jalan, rasa cemas ketika anak gadisnya harus menempuh berpuluh kilometer menggunnakan kendaraan umum, itu menjadi alasan supaya aku tetap tinggal.

Aku memaklumi semua hal itu, tidak ada rasa kecewa. Toh uang bulananku selalu lancar setelah aku pergi dari rumah dan memutuskan untuk menabung hafalan disini.  Sebenarnya ini adalah pilihan yang cukup sulit bagiku,  mengingat baru tahun ini aku jauh dari dekapan hangat kedua orang tua.  

Setelah belasan tahun tinggal bersama keduanya. Rasa-rasanya tidak ingin lepas dan pergi menjauh. namun, aku belajar bahwa kiat sukses seseorang datang dari keadaan sulit, terhimpit dan penuh tekanan. Barulah aku bisa berkembang. 

Setiap rasa rindu menggebu, sering kali aku menelpon ke rumah. dalam sehari biasanya aku melakukan panggilan di jam-jam istirahat. Seperti sore menuju senja, terkadang malam selepas isya. Akan tetapi, panggilanku sering kali tidak diangkat. Barulah setelah beberapa jam setelahnya ayah pasti menelpon balik, menanyakan ada apa gerangan dan mengalirlah obrolan diantara kami berdua.

*

Mula-mula ayah menanyakan kabarku, sisa uang bulanan. Barulah merembet ke cerita-cerita menggemaskan soal adik bungsuku. Adik kecil yang baru saja lahir di tahun 2017. Ia sosok yang menggemaskan, rambutnya bergelombang, dengan pipi tembem, berkulit putih langsat dan cerewet. Tingkahnya sering kali membuatku gemas. karena setiap kali melakukan sesuatu ia pasti melapor kepada ibu, dan akan terus bercerocos hingga laporanya dijawab iya.

Selain adik bungsu, ayah juga bercerita soal putra sulungnya yaitu kakaku, yang akhir-akhir ini berubah sifatnya setelah beranjak dewasa. Ketika di rumah, ia sering kali bangun disaat matahari sudah meninggi. Pola hidupnya tidak teratur, ia sering begadang di depan komputer. Tampak sibuk mengerjakan sesuatu yang membuat perubahan dalam pola hidupnya.

Kakak-ku ingin menjadi seorang penulis katanya, hal itu mendapat pertentangan dari ayah, mengingat pekerjaan menulis tidaklah bonafit, tidak ada keuntungan lebih yang bisa dicadarkan dari hasil tulisan yang baru cair ketika lolos redaksi dan semacamnya. Bayaranya-pun tak seberapa. Pekerjaan mennulis menurut ayah, sangatlah tidak menjajikan. Ayah lebih menginginkan si putra sulung untuk melamar pegawai negeri saja, karena tunjangannya begitu banyak dan pastinya hidup akan lebih terjamin.

Ia tetap bersikeras melawan pertentangan dari ayah. "Aku tetap ingin menjadi menulis, biar-pun satu keluarga tidak ada yang mendukung. Aku tetap akan menulis" tutur ayah sambil menirukan gaya bicara kakakku yang menggebu-gebu ketika menginginkan sesuatu. Obrolan-pun berakhir ketika warung kedatangan pembeli, ayah menutup teleponnya dengan menitipkan salam kepadaku, agar bisa membujuk putra sulungnya mengikuti kemauannya.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun