Mohon tunggu...
Muhamad Fardhansyah
Muhamad Fardhansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Masih Belajar

Masih belajar Antropologi. Pola pikir induksi yang diadaptasi dari socrates, menghasilkan pandangan yang lebih holistik dari berbagai macam perspektif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gotong Royong sebagai Bentuk Solidaritas Baru di Tengah Pandemi Covid-19

15 Juli 2021   14:39 Diperbarui: 15 Juli 2021   18:48 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi dengan adanya lonjakan kasus positif Covid-19 saat ini apakah PPKM Mikro tersebut masih terjadi?

Tentu saja masih, bahkan meningkat. Ketika pemerintah kolaps menangani pandemi Covid-19, masyarakat turut andil membantu sesamanya. Banyak dilihat contoh kasus gotong royong seperti pembagian makanan gratis bagi mereka yang melakukan isolasi mandiri, penyediaan tempat isolasi mandiri bagi yang tidak dapat dilakukan di rumahnya karena lingkungan yang padat. Bahkan kegiatan gotong royong ini semakin terorganisir.

Dibantu dengan kemajuan teknologi saat ini banyak bermunculan platform inisiatif masyarakat untuk membantu pasien Covid-19. Seperti adanya “Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen” yang juga menyediakan tabung oksigen mengingat stok oksigen semakin langka, kemudian situs “wargabantuwarga.com” yang menyediakan informasi seputar Covid-19 bersumber dari dokumen yang dikumpulkan secara sukarela melalui relawan lapangan. Dan masih banyak lagi.

Munculnya gerakan gotong royong tersebut merupakan sebuah bentuk solidaritas di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Seperti yang diketahui bahwa pandemi Covid-19 merupakan sebuah krisis global. Aspek yang mencolok dari adanya krisis global adalah munculnya solidaritas, solidaritas tersebut dapat bermacam-macam seperti tindakan untuk saling membantu yang terus meningkat. 

Rebecca Solnit dalam bukunya A Paradise Built in Hell (2009) membahas mengenai solidaritas tersebut, sebagai solidaritas krisis. Seperti solidaritas berbentuk “gotong royong” yang dijelaskan menggunakan pengertian “mutual aid”, mengacu pada hubungan timbal balik antara pemberi dan penerima karena faktor keresahan yang sama dan ingin berbagi satu sama lain.

Kemudian Solnit juga mengatakan bahwa “mutual aid” berasal dari teori filsafat politik “anarchism”. Dalam bahasa Yunani itu berarti, “ketidakhadiran negara”. Oleh karena itu ketika pemerintah kewalahan menangani pandemi Covid-19 saat ini, ada ruang-ruang dimana masyarakat justru berinisiatif untuk bergerak membantu satu sama lain.

Berdasarkan penjelasan diatas, sangat relevan jika kita melihat munculnya fenomena gotong royong dalam masyarakat di tengah pandemi Covid-19 dan muncul pada ruang-ruang yang tidak tergapai oleh pemerintah.

Perlu diingat bahwa gotong royong saat ini terbentuk sebagai bagian dari pilihan yang diambil oleh seseorang untuk peduli terhadap sesama. Oleh karena itu solidaritas (solidarity) sangat berbeda dengan amal (charity). Charity begitu vertikal, tetapi solidarity bersifat horizontal, bersumber dari adanya krisis bersama yang harus dihadapi, seperti pandemi Covid-19.

Pada akhirnya, cita-cita semangat gotong royong, akan muncul terus-menerus sampai pandemi Covid-19 ini berakhir. Solidaritas menegaskan bahwa kita bersama-sama dalam suatu kondisi, dan saling membantu menunjukkan bahwa kita memiliki kekuatan dan kapasitas untuk melewati kondisi tersebut hingga akhir. Dengan harapan, ketika solidaritas dalam masyarakat telah muncul, pemerintah tidak hanya diam dan justru harus menjadi aktor yang bertanggung jawab atas munculnya solidaritas tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun