Mohon tunggu...
Fardal Rasudin
Fardal Rasudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seni kehidupan, membaca, menulis, jalan-jalan dan petualangan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dari Filsafat Idealisme menuju Filsafat Materialisme Dialektika

16 November 2024   06:44 Diperbarui: 16 November 2024   12:01 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada suatu eskalase tertentu, anak Muda atau seorang pelajar memiliki pengetahuan teoritik yang sangat banyak, melalui membaca buku, dan juga diskusi, suatu kondisi pengetahuan yang luas, namun seperangkat pengetahuannya hanya diabdikan pada "kemewan diri" selain kemewahan diri dia juga menghindar dari membicarakan problem kerakyatan, atau tidak mau peduli atas kehidupan sosial masyarakat yang sebetulnya membutuhkan kehadirannya sebagai Anak Muda terpelajar. 

Dalam sejarah filsafat, kita bisa melihat golongan pemikir yang seperti ini adalah tunas-tunas golongan "filsafat idealisme"-semata. Seperti filsafatnya Humen, Hegel, Feurback dan Imanuel Kant. Dimana pemikiran mereka terkristal pada ide semata dan menghilangkan peranan materi atau gerak untuk mewujudkan tatanan dunia yang lebih baik.  

Padahal sejatinya seorang pemikir atau filsafat bukan hanya bagaimana mengungkapkan sesuatu tapi bagaimana merubah sesuatu itu menjadi lebih baik. Eskplisitnya ! bagaimana merubah tatanan masyarakat kita menjadi masyarakat yang lebih baik. 

Bagimana filsafat idealisme ini berkembang menjadi filsafat materialis dialektis?

Yang pertama filsafat idealisme Humen, Humen mendasari pandangannya terhadap "ide realitas personal" bahwa alam materil itu sejatinya tidak ada dan yang ada hanyalah alam "ide" pada dirimanusia, sehingga ketika saya masuk dalam diri saya sendiri "Into my self" maka saya akan menemukan semesta (materil), bagi Humen alam materil itu tidak ada dan yang ada hanyalah alam "idea" dalam diri manusia, sehingga untuk menemukan kenyataan konkrit kita hanya perlu masuk dalam diri kita sendiri. 

Yang kedua Filsafatnya Hegel, Hegel mendasari pandangannya seperti Humen, bahwa alam materil itu tidak ada dan yang ada hanyalah alam "idea", tapi alam idea yang dimaksud Hegel bukan dalam diri manusia, alam idea itu bersifat "Personal sekaligus impersonal", alam idea itu realitas yang sesungguhnya ada dan menggerakkan perubahan dalam diri manusia dan diluar diri manusia. 

Yang ketiga filsafat Feurback, Feurback mendasari filsafatnya pada dua entitas yaitu alam materil dan alam ide, bahwa alam materil itu ada sebagai suatu kenyataan dan alam idea juga ada sebagai kenyataan. Akan tetapi yang menggerakkan alam materil maupun alam idea adalah "ide" seperti pandangan Hegel, dengan bahasa lain alam "ide" lah yang membentuk kesadaran dan menentukan arah gerakan perubahan. 

Yang terakhir adalah Filsafatnya Imanuel Kant yang melanjutkan filsafat Feurback, bahwa didalam perubahan gerakan alam "idea" itu memiliki fase tumpang tindih lalu terbentuk atau fase dialektika, yakni realitas "ide" yang pertama akan di bantah oleh "ide" kedua, dan melahirkan ide yang baru, ide yang baru dibantah lagi dan melahirkan ide baru lagi siklus itu berkembang seterusnya. Dari Imanuel Kant Inilah kita temukan rumus "dialektika" dalam filsafat yang meliputi "Tesis-Anti Tesis- melahirkan Sintesis". 

Namun harus dicatat Hukum dialektika Imanuel Kant adalah Hukum yang hanya berlangsung dalam alam ide. Sehingga Imanuel Kant mengagap kenyataan sosial seperti adanya kaum proletariat (Buruh), dan kaum penghisap (Borjuis), ada yang miskin ada yang kaya, adalah alam yang berlangsung aman dan tidak berlaku hukum dialektika dalam realitas masyarakat itu atau tidak belaku pada alam materi, hukum dialektika hanya berlaku pada alam pemikiran belaka.

Demikian filsafat idealisme ini terkantung-kantung diatas angkasa, Tan Malaka (Datuk Ibrahim) menyebut filsafat "Kaki keatas kepala Kebawa, filsafat yang membatalkan pemikirannya sendiri, dan filsafat yang mengambang diatas awan",

Adalah Karl Marx, tokoh filsafat materialisme yang kemudian membumikan filsafat Idealisme, ketika Karl Marx mempelajari filsafat idealisme ini Marx mengambil konsep "dialektika Imanuel Kant" dan bagi Marx dialektika itu berlangsung dalam alam materil, bukan alam idea, Marx mendasari teorinya pada materi, namun dengan menggunakan cara pandang filsafat idealisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun