Mohon tunggu...
Faradina Sabita Kurniawan
Faradina Sabita Kurniawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengamat perkembangan dan pertumbuhan kota

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Negara Agraris yang Tidak Mampu Memanfaatkan Lahannya

28 Maret 2020   13:41 Diperbarui: 28 Maret 2020   14:08 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pemaparan data tersebut dapat menguatkan spekulasi bahwa alasan para petani memutuskan untuk beralih profesi dari sektor pertanian ke sektor lain karena dinilai lebih menguntungkan dan mendapat lebih banyak penghasilan.

Seperti yang kita tahu, tuntutan untuk menjadi seorang petani sangat lah banyak. Mulai dari permainan harga yang direncanakan oleh pengepul membuat para petani mau tidak mau menyetujui untuk menjual dengan harga yang murah dari pada merasakan kerugian, lalu petani juga masih harus berkutat dengan keberadaan beras impor di psaran.

Selain itu juga diperlukan lahan yang jauh lebih luas jika ingin meraup keuntungan yang lebih besar. Padahal harga tanah yang semakin gila akibat pertumbuhan penduduk tidak sebanding dengan penghasilan pasca panen yang hanya terjadi secara berkala, yaitu sekitar tiga sampai empat bulan.

Contoh kasus yang akan coba saya angkat adalah permasalahan lahan tidur yang terjadi pada Kabupaten Jember. Kabupaten Jember terkenal dengan komoditas bidang pertanian berupa tembakau dan edamame.

Namun berdasarkan keterangan Edy Budi Susilo, selaku Asisten II Pemkab Jember pada Jumat (14/07), yang menyatakan bahwa pertumbuhan sektor pertanian pada Kabupaten Jember relatif rendah yaitu sebesar 3,9%. Hal ini sangat mungkin terjadi, salah satunya adalah ketidak mampuan masyarakat dalam mengolah lahan tidur.

Paahal menurut rekapan data Badan Pusat Statistik (BPS) rentan waktu 2014-2018, Kabupaten Jember memiliki jumlah penduduk usia produktif yang lebih banyak dari pada usia lansia dan usia muda. Harusnya keadaan seperti ini dapat menguntungkan karena presentase pengupayaan pemanfaatan lahan dapat lebih besar.

Berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul "Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Pemnfaatan Lahan Tidur di Kabupaten Jember" yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Jember, pengupayaan pemanfaatan lahan tidur di Kabupaten Jember masih perlu perhatian pemerintah daerah.

Selama ini permaslahan lahan tidur di Kabupaten Jember seakan-seakan dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan khusus. Padahal jika lahan tidur dikelolah dan dimanfaatkan dengan baik, tentu akan tercipta keseimbangan ekosistem.

Berdasarkan penelitian tersebut, tercatat terdapat sekitar 35 Ha lahan tidur yang berada di Kabupaten Jember dan tersebar di berbagai kecamatan. Kecamatan Mayang merupakan kecamatan dengan luasan lahan tidur yang cukup besar, yaitu 6,36 Ha.

Menurut saya, pengupayaan pemanfaatan lahan tidak cukup hanya dengan perhatian pemerintah daerah saja, namun pemilik lahan tersebut pun juga harus berusaha untuk dapat mengolahnya.

Dalam perwujudan pengupayaan memanfaatkan lahan tidur, banyak sekali faktor penyebab yang menjadi penghambat keberhasilannya. Contohnya adalah kondisi lahan yang tidak subur sehingga hasil panen tidak dapat seoptimal sebelumnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanganinya adalah bekerja sama dengan pihak ahli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun