Mohon tunggu...
FARAH NUR SHADRINA 1
FARAH NUR SHADRINA 1 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Farah Nur Shadrina

farah nur shadrina 28

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerajaan Mataram dalam Strategi Mengalahkan VOC

27 April 2021   12:38 Diperbarui: 27 April 2021   13:01 6214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemerdekaan dalam suatu kerajaan tidak begitu saja didapatkan karena pasti telah melalui perjalanan yang tidak mudah sebelumnya dan tentu memiliki banyak hambatan dan rintangan yang ditemui saat pelaksanannya. Sejak dahulu, tidak sedikit kerajaan-kerajaan di Indonesia yang sangat memperjuangkan kemerdekaan kerajaannya dari VOC hingga membuat Indonesia seperti saat ini. Dalam keberhasilannya tersebut, tentu peran raja dalam suatu kerajaan sangat berpengaruh. Salah satu kerajaan yang berhasil dalam memperjuangkan kemerdekaannya adalah Kerajaan Mataram.

Raja ke-3 dari kerajaan Mataram bergelar Sultan Agung. Sultan Agung memiliki nama kecil Raden Mas Jatmika atau biasa disebut Raden Mas Rangsang. Faktanya, Sultan Agung bukanlah merupakan mahkota raja. Hal ini dikarenakan adik tiri dari Sulthan Agung yang memiliki kelainan mental sehingga membuat adik tirinya tersebut dianggap tidak sesuai dengan kriteria sebagai raja, oleh karena itu Raden Mas Rangsang-pun naik tahta dan menjadi Raja ke-3 Mataram untuk menggantikan ayahnya, Panembahan Hanyakrawati yang telah wafat. Saat kepemimpinannya, Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan di sekitar Pulau Jawa kecuali Banten dan Batavia. 

Kepemimpinannya berhasil menjadi buah bibir para tumenggung dan para adipati karena penolakannya secara halus terhadap VOC yang sempat datang menemui Sultan Agung dalam rangka meminta izin untuk berdagang di wilayah sekitar Kerajaan Mataram. Penolakannya tersebut tidak berlaku jika VOC berkenan untuk membayar mahar atau pajak sebesar 60% dari penjualannya. Hal tersebutpun membuat pamannya yang bernama Tumenggung Notoprojo tidak menyetujui keputusan dari Sultan Agung dengan alasan adanya perdagangan VOC di wilayah Kerajaan Mataram dapat membuat Bumi Mataram semakin maju.

Namun, Sultan Agung tetap pada pendiriannya, sebab ia tidak ingin Mataram menjadi budak Belanda seperti wilayah yang lainnya. Bukan hanya itu, Sultan Agung menyindir VOC yang membawa senjata dalam negosiasinya tersebut sebab dinilai tidak seharusnya VOC membawa senjata dengan alasan keamanannya di wilayah Mataram yang memiliki masyarakat yang cenderung tidak memiliki senjata yang mumpuni untuk menyerangnya. Sultan Agung kemudian mengambil senjata-senjata tersebut untuk dijadikan contoh dalam memproduksi senjatanya sendiri.

Awal dari peperangan antara Kerajaan Mataram dan VOC dimulai saat kekejaman VOC semakin terdengar ke bumi Mataram serta fakta bahwa wilayah jajahan yang dimiliki oleh VOC semakin luas di Indonesia. Kabar tersebutpun membuat Sulthan Agung yang tetap ingin Mataram, Batavia dan Banten bebas dari jajahan VOC, mengumpulkan para tumenggung dan para adipati untuk berdiskusi yang akhirnya membuat Sultan Agung memutuskan untuk mengibarkan bendera perang di Batavia serta mengirim beberapa adipati untuk memata-matai VOC.

Strategi awal Sultan agung dalam rangka mengalahkan VOC ialah mengerahkan semua masyarakat laki-laki biasa Mataram yang sudah dewasa untuk berperang serta melakukan pelatihan mental dan fisik mereka dalam hal berkuda, memanah, serta menembak yang pistolnya berhasil dibuat mirip dengan yang telah disita oleh Sultan Agung sebelumnya. Namun, disaat semua persiapan tersebut dilakukan, ternyata Tumenggung Notoprojo mencoba untuk menggagalkan penyerangan yang akan dilakukan di Batavia tersebut. Sultan Agung yang akhirnya mengetahui kabar penghianatan pamannya tersebutpun membuat dirinya mewajibkan Tumenggung Notoprojo beserta pengikutnya untuk berangkat ke Batavia agar ikut berperang.

Pada awalnya, penyerangan oleh pasukan Mataram berhasil menggempur banteng dari VOC yang terletak dipinggir pantai, bahkan berhasil menerobos banteng tersebut dengan strategi pengepungan banteng, walaupun pada akhirnya, penyerangan pertama ini gagal sebab pasukan Mataram dipukul mundur secara paksa oleh VOC dengan menggunakan persenjataan yang lebih maju tentunya dibandingkan dengan senjata yang digunakan oleh pasukan Mataram. Akibat kekalahannya tersebut, tidak sedikit pasukan mengalami luka-luka yang cukup serius dan membuat pasukan Mataram memutuskan untuk beristirahat di sebuah hutan disekitaran Sungai Ciliwung. 

Lembayung, yang merupakan satu-satunya pasukan perempuan Mataram yang juga kekasih hati Sultan Agung mengatakan bahwa hutan tersebut merupakan jalur patroli VOC, namun apa yang dikatakannya diabaikan oleh para tumenggung. Hingga pada malam hari, VOC yang sedang melakukan patroli berhasil menyergap pasukan Mataram melalui sekoci-sekoci mereka. Keguguran pasukan Matarampun semakin terasa sebab banyak dari mereka yang mati kelaparan karena VOC membakar lumbung yang menjadi tempat persediaan makanan milik pasukan Mataram.

Strategi penyerangan kedua yang dilakukan oleh pasukan Mataram ialah mencemari Sungai Ciliwung yang merupakan sumber kehidupan dari VOC dengan bangkai hewan sehingga aliran sungai tersebut mengandung bakteri yang kemudian menimbulkan wabah penyakit Kolera. Strategi tersebutpun berhasil membuat Gubernur Jenderal VOC, K.P Coen wafat dan Mataram berhasil mempertahankan Batavia dan Banten dari jajahan VOC.

Dari apa yang telah dijelaskan diatas, saya sangat mengagumi ketegasan Sultan Agung dalam merespon kedatangan bangsa asing ke Indonesia. Seperti keputusan Sultan agung yang menolak perdagangan yang ingin dilakukan VOC di bumi Mataram dengan alasan beliau tidak ingin Kerajaan Mataram menjadi jajahan VOC seperti diwilayah lainnya walaupun hal tersebut menciptakan pro dan kontra didalamnya. Sebab, jika Sultan Agung menyetujui rencana perdagangan tersebut, memang akan membuat Kerajaan Mataram semakin maju, namun itu berarti sama saja dengan menyetujui VOC untuk berkuasa di Kerajaan Mataram. Selain itu, strategi Sultan Agung dalam merebut senjata yang dibawa VOC saat kerjasamapun memiliki tujuan yang sangat tidak disangka-sangka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun