Mohon tunggu...
Farah Nazilla
Farah Nazilla Mohon Tunggu... Wiraswasta - komunikasi

mahasiswi universitas muhammadiyah prof. dr hamka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Antar Pribadi sebagai Solusi untuk Konflik Orangtua dan Remaja

2 Februari 2021   17:02 Diperbarui: 2 Februari 2021   17:05 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagaimana kita tahu bahwa semakin baik komunikasi keluarga semakin jarang remaja melakukan kenakalan. sebaliknya, semakin jarang komunikasi di dalam keluarga,maka semakin tinggi pulalah remaja melakukan kenakalan. di indonesia kasus remaja dan orang tua banyak kita temui disekeliling lingkungan kita. 

hal ini terjadi dikarnakan keluarga tidak berfungsi sebagaimana fungsinya. oleh karna itu, suatu kehidupan keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah dan istrinya (ibu) merupakan pusat paling awal dan sangat menentukan dalam proses pembinaan, pendidikan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini, bahkan sejak masih dalam kandungan sekalipun. disinilah anak pertama kalinya memperoleh pengalaman dan sentuhan pendidikan, baik secara fisik maupun secara moral spiritual yang pada giliran nya pengalaman pengalaman itu akan sangat mewarnai corak kehidupan pribadinya di masa masa selanjutnya. 

konflik terjadi ketika kedua belah pihak mengalami ketidak sepakatan mengenai suatu hal. ketika hal itu terjadi maka keahlian resolusi konflik perlu untuk mengatasi perbedaan dan tetap menjalin hubungan yang positif. ketika komunikasi dan solusi konflik dilihat sebagai sebuah masalah, maka kita harus merujuk pada adanya masalah didalam hubungan antar pribadinya. kemampuan untuk menyelesaikan konflik penting penting bagi semua tahapan perkembangan manusia. karna dapat mengarah pada hubungan yang produktif dan harmonis.

hal ini terjadi karna keluarga tidak berfungsi sebagaimana mestinya. keluarga adalah dasar bagi kemanusiaan masyarakat. remaja yang sering memiliki konflik tak terselesaikan dengan orang tuanya berada pada resiko yang tinggi untuk melakukan kenakalan. adanya konflik didalam keluarga membuat remaja kehilangan pengalaman personalnya yang penuh cinta dan adanya tempat bernaung.

faktor faktor kenakalan remaja juga terjadi dimasa remaja penuh dengan berbagai problem, terkadang remaja tidak terbuka pada orang tua, sehingga mereka merasa bahwa mereka mampu mengatasi masalah itu sendiri, pada kenyataan nya mereka tidak sanggup. contoh masalah berpacaran, ketika remaja putus cinta terkadang mereka tidak mau menceritakan hal ini kepada orang tua tetapi yang mereka lakukan adalah memendam dan akhirnya mereka sendiri yang depresi dan lari ke hal hal yang tidak baik seperti mabuk - mabukan, merokok dan lain sebagainya. 

85% remaja di indonesia sangat tidak memiliki keterbukaan pada orang tua, alasan nya adanya kontrol yang ketat dari orang tua, aturan dan batasan dari orang tua harus ditaati oleh anak, anak harus bertingkah laku sesuai aturan yang ditetapkan orang tua, orang tua tidak memppertimbangkan pandangan atau pendapat anak dan orang tua memusatkan perhatian pada pengendalian secara otoriter. yaitu berupa hukuman fisik.

 tipe pola asuh otoriter anak mempunyai sifat  submitif, anak tidak mempunyai inisiatif karna takut berbuat kesalahan, anak menjadi penurut, tidak mempunyai kepercayaan diri dan tidak mempunyai tanggung jawab. pada tipe ini kontrol orang tua ketat. namun dipihak lain orang tua menuntut agar anak lebih bertanggung jawab . pada tipe ini kontrol orang tua ketat, namun dipihak lain dipihak lain orang tua menuntut agar anak lebih bertanggung jawab sesuai dengan perkembangannya, tetapi anak merasa terkekang dalam mencari kemandirian nya. 

Jadi menurut saya, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua menentukan prilaku sosial anak didalam lingkungan keluarga. seharusnya orang tua harus lebih memperhatikan pola asuh yang diberikan pada anak dan dampaknya akan anak rasakan dimasa mendatang. orang tua juga harus bersikap tegas dan memperingatkan anak ketika berbuat tidak baik. dan untuk orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter  diharapkan lebih melonggarkan aturan  yang ketat dan lebih mengetahui apa yang diinginkan oleh anak.

dan untuk anak diharapkan bisa memahami apa yang dilakukan orang tua, sebenarnya itu demi kebaikan si anak. 

Farah Nazila Yanuarvi, Mahasiswi jurusan ilmu komunikasi UHAMKA. dapat dihubungi melalui farahnazilla04@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun