Mohon tunggu...
Politik

Mengurangi Kasus Korupsi Dalam Keluarga

17 Desember 2018   22:16 Diperbarui: 17 Desember 2018   22:42 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://infoguidenigeria.com

MENGURANGI KASUS KORUPSI DALAM KELUARGA

Oleh : Farah Fittrotin Nufus

Indonesia adalah salah satu negeri yang tingkat korupsinya sangat tinggi. Sebab, banyak pejabat yang menyelewengkan uang negara dan memanipulasi keuangan baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan. Korupsi memiliki banyak pengertian ilmiah menurut pendapat berbagai tokoh maupun literatur.

Tapi menurut pengertian yang sederhana, korupsi adalah pemanfaatan sebuah jabatan untuk kepentingan pribadi atau kelompok yang merugikan orang lain, korupsi bisa juga dibilang mengambil hak yang bukan miliknya seperti pencuri/pembajak uang orang lain. Kita tahu bahwa korupsi itu penyimpangan dalam kehidupan sosial bahkan di agama manapun, tindakan korupsi sudah tentu berdosa.

Korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Tindak pidana korupsi sudah meluas dalam masyarakat, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Memberantas korupsi memang sulit tetapi banyak hal yang dapat kita lakukan. Salah satu cara yang paling efektif adalah melalui peranan keluarga. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat atau pondasi awal pembentukan karakter anak. Ibarat sebuah rumah, bangunan yang pertama kali dibuat adalah pondasi rumah, pondasi yang kuat akan membuat rumah tidak mudah roboh meski diterjang angin kencang. Keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Oleh karena itu keluarga menjadi alat yang sangat efektif dalam menumbuhkan budaya anti korupsi di Indonesia.

Peranan keluarga memang sangat perlu dan terutama dalam mengatasi korupsi. Contohnya, peranan orangtua yang tidak membiasakan anaknya hidup yang berlebihan atau tidak memberi barang-barang yang tidak berguna yang dapat membuat karakter anaknya menjadi rusak. Dalam hal ini, penting bagi orangtua agar mengarahkan anaknya hidup mandiri, sederhana dan membiasakan hidup yang jujur. Orangtua juga harus mengajarkan anaknya bagaimana hidup yang kerja keras. Membiasakan hidup sederhana tentu akan bisa mengembalikan rasa syukur kita dan cukup terhadap rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa.

Yang paling menonjol adalah peranan istri/suami. Di Indonesia korupsi juga dilakukan kaum hawa seperti contoh Angelina Sondakh alias Angie merupakan tahanan KPK. Peranan istri/suamilah yang terutama dalam membentengi diri dari korupsi. Bisa saja suami/istri yang dulunya anti korupsi, terjerumus karena bujukan istri/suami atau karena hidup istri/suami yang mewah, sehingga suami/istri mengambil tindakan korupsi. 

Sebagai pendamping hidup, istri/suami harus bisa menghalangi, mengingatkan, atau bahkan mencegah jika suaminya atau istrinya melakukan tindak korupsi. Istri/suami juga harus peka dalam menyikapi keuangan suami/istri. Dengan adanya peranan yang saling mendukung ini, maka si suami atau si istri pun akan berpikir untuk melakukan korupsi dan mengambil tindakan dengan tidak korupsi.

Anak juga mempunyai peranan untuk membentengi diri dari tindakan korupsi. Caranya adalah tidak menghamburkan uang keluarganya atau tidak membuat keluarga resah dengan tingkah laku sang anak. Kebanyakan anak para koruptor banyak yang tidak terarah dan jauh dari suasana kekeluargaan yang nyaman. Hal ini disebabkan karena adanya prinsip keluarga yang instan terhadap uang. Sejatinya, anak juga dapat mengingatkan atau bahkan menegor orang tuanya agar tidak korupsi.

Berangkat dari pemahaman-pemahaman ini, maka ada tiga peran yang dapat dilakukan keluarga, yaitu:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Politik Selengkapnya
    Lihat Politik Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun