Mohon tunggu...
Faradithy
Faradithy Mohon Tunggu... Full Part timer -

anak perempuan bagi Ibunya dan kakak perempuan bagi adik-adiknya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

JINGGA: Melihat Yang Tak Terasakan

23 Februari 2016   12:11 Diperbarui: 23 Februari 2016   13:45 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[/caption][caption caption="Sumber press release nobar film Jingga di epicentrum XXI 18/2/16"][/caption]

JINGGA - bercerita tentang seorang pemuda (Hifzane Bob) menderita low vision (daya penglihatan berkurang atau rendah) yang akhirnya mengalami kebutaan akibat mendapat pukulan di area mata oleh teman sekolahnya. Ayah Jingga (Ray Sahetapy) selalu menganggap bahwa jingga tidak menderita low vision dan memperlakukannya seperti anak yang mempunyai penglihatan normal. Orang tua jingga sering bertengkar karenanya dan ini membuat jingga dan adiknya merasa tertekan.

[caption caption="Ibunda jingga menenangkan dan memberi pengertian terhadap kebutaan yang dialami Jingga. Sumber CD dokumentasi press release film Jingga di Epicentrum XXI 18/2/16"]

[/caption]

Jingga yang merasa tertekan dan putus asa sempat memutuskan untuk bunuh diri karena tidak terima dengan keadaannya. Hingga pada akhirnya orang tuanya memasukkan Jingga ke sekolah luar biasa di Bandung, disana dia mendapatkan pelajaran dan cara beradaptasi dengan keadaannya. Di sekolah tersebut dia mendapatkan sahabat - sahabat baru sesama tunanetra yaitu Nila, Marun, dan Magenta. 

[caption caption="Sumber gambar dari CD press release nobar film Jingga di Epicentrum XXI 18 /2/16"]

[/caption]

Marun mengajak Jingga untuk masuk dalam group band bersama Nila dan Magenta. Bagaimana kelanjutan kisah mereka dan apakah ayah Jingga bisa menerima kenyataan tentang anaknya. Saksikan film JINGGA di bioskop Cinemax XXI pada tanggal 25 Februari 2016.

Film JINGGA merupakan sebuah film garapan Lola Amaria akan hadir dan meramaikan bioskop pada akhir bulan februari ini. Bercerita tentang para penyandang tunanetra film ini merupakan karya film bertemakan tunanetra pertama di Indonesia. Mengambil genre remaja dan keluarga film ini disutradarai oleh Lola Amaria bahkan naskah pun ditulis oleh lola sendiri dengan melakukan riset tentang kehidupan tunanetra selama satu tahun di kota Bandung. 

[caption caption="Sumber gambar dari CD press release nobar film Jingga di Epicentrum XXI 18 /2/16"]

[/caption]

Untuk cast-nya sendiri Lola banyak mengambil pemain baru yang belum terkenal. "Sengaja saya tidak memilih sebagian besar para pemain yang terkenal karena alasan khusus. Kalau pemainnya sudah biasa ditonton maka tidak akan ada kejutan. Saya ingin membiarkan penonton Jingga menebak apakah para pemain itu awas atau justru penyandang tunanetra. Saya ingin film ini benar-benar dekat dengan kenyataan bagaimana kehidupan sehari-hari para penyandang tunanetra, ucap Lola Amaria pada saat press confrence nobar film Jingga di Epicentrum XXI". 

Setelah casting berkali-kali akhirnya Lola memilih Hifzane Bob (sebagai Jingga), Hany Valery (sebagai Nila), Qausar HY (sebagai Marun), Aufa Assegaf (sebagai Magenta), Isa Raja Loebis (sebagai Kang Gory), Joshua Pandelaki (sebagai Kirmizi), Ray Sahetapy (sebagai Ireng) dan Keke Soeryokusumo (sebagai Fusia). Para pemeran utama diberi pelatihan selama 2 bulan di tempat pelatihan tunanetra baru di kota Bandung.

Penasaran khan... bagaimana akting mereka, makanya tanggal 25 Februari langsung ajak teman atau keluarga untuk nonton film JINGGA dijamin kalian nggak akan menyesal nonton film ini. Menurut penulis (saya) film ini sangat sarat dengan pesan dan edukasi faktor - faktor penyebab kebutaan, cara beradaptasi dengan keluarga yang menyandang low vision dan tunanetra, bagaimana memperlakukan mereka. Tunanetra itu sama saja dengan kita manusia yang bisa melihat mereka ingin merasakan indahnya dunia, mencintai, bernyanyi, menari, main musik, merasakan hal - hal yang mereka tak bisa lakukan dengan penglihatan. Namun di Indonesia fasilitas bagi teman - teman tunanetra ini masih kurang bersahabat bahkan seringkali mereka dilakukan dengan berbeda. Semoga setelah menonton film ini kita lebih bisa menghargai dan memberikan ruang dan kesempatan yang sama terhadap teman atau keluarga kita penyandang disabilitas terutama tunanetra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun