Mohon tunggu...
Faradinda Hakim
Faradinda Hakim Mohon Tunggu... Freelancer - FKUI 2019

Prelude

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stem Cell

19 Agustus 2019   22:05 Diperbarui: 19 Agustus 2019   22:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

ISU KEDOKTERAN

Oleh Faradinda Ramadhian Hakim

Stem cell atau yang sering disebut dengan sel punca adalah sel muda yang memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi atau berubah menjadi jenis sel lain. Seluruh sel pada tubuh orang dewasa terus menerus mati atau rusak, sehingga dibutukan sel-sel baru. Semua sel di dalam tubuh kita merupakan turunan atau hasil dari satu sel. Sel tersebut melakukan reproduksi berupa membelah diri atau sering disbut dengan mitosis. Sel pertama atau yang terdahulu merupakan stem cell, sel yang bersifat totipotensi atau kemampuan membentuk berbagai tipe sel yang telah terspesialisasi(1). Kemampuan dalam memanipulasi stem cell atau sel punca ini akan membuat para ilmuwan dapat menngunakan metode yang berdasar konsep DNA, untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit(2). Stem cell memberikan harapan yang besar bagi dunia kedokteran untuk memperbaiki dan/atau mengganti organ yang rusak, sakit, atau aus(3).

            Manusia memiliki sel yang berbeda-beda. Semua sel tersebut barasal dari zigot, sel tunggal hasil dari peleburan atau pembuahan oosit oleh spermatozoa. Pembelahan sel pertama dari zigot akan dihasilkan sel-el yang bernama blastomer. Setelah itu, sebagai bagian dari massa sel iternal, blastomer akan membentuk semua jenis sel manusia dewasa. Sel semacam iu disebut dengan sek punca embrionik atau embryonic stem cell). Pada saat sel mengalami diferensiasi, sel-sel akan menyintesis protein-protein yang spesifik, mengubah bentuknya, dan menjadi lebih efisien dalam fungsinya yang spesifik(4).

            Meskipun demikian, pemanfaatan embryonic stem cell  atau sel punca embrionik, untuk pengobatan dan/atau penggantian sel atau bahkan organ yang bermasalah taupun rusak, masih sangat kontroversial karena dianggap tidak bermoral(5). Di Indonesia, terdapat pasal yang melarang penelitian ataupun pematenan cloning hewan atau manusia dila karena berlawanan dengan kebanyakan opini public yang menganggap hal tersebut tidak bermoral. Meskipun penelitian atau pematenan mengenai stem cell tidak secara  jelas atau eksplisit berada pada pasal tersebut, namun jika diinterpretasikan, stem cell masuk ke pasal tersebut(6). Hal tersebut dikarenakan untuk mendapatkan sel punca embrionik atau Embyonic Stem cell dibutuhkan tahapan membunuh atau menghancurkan embrio(7), calon manusia, dalam prosesnya, sehingga sama saja dengan membunuh(8). Pada tahun 2013, suatu kelompok riset dilaporkan bahwa mereka telah menemukan  embryonic stem cell yaang menjulur dari blastosit, yang dihasilkan dengan mentransfer sebuah nukleus dari sel yang terdiferensiasi , sampai dengan enucleated egg. Menurut laporan tersebut, sel tersebut hanya didapatkan dari embrio hasil donasi pasien yang sedang mengikuti pengobatan infertilitas (infertility treatments) atau berasal dari kultur sel jangka panjang yang awalnya didapat dengan sel-sel hasil isolasi dari embrio donasi(9).

            Selain embryonic stem cell, terdapat stem cell atau sel punca jenis lain, yaitu adult stem cell atau sel punca dewasa. Sel punca dewasa juga terbukti bermanfaat dalam mengobati penyakit(10) dan tanpa tahapan pembunuhan pada proses penanaman atau pertumbuhannya karena bahan yang dibutuhkan sudah terdapat pada sel manusia(11), salah satunya di umblical cord(12). Akan tetapi penumbuhan atau pengembangan adult stem cell jauh lebih sulit daripada pengembangan embrionik stem cell. Selain itu, tidak seperti embryonic stem cell atau sel punca embrionik, stem cell dewasa atau adlut stem cell tidak dapat berdiferensiasi menjadi semua tipe sel dalam suatu organisme sehingga ia disebut multipotent dan bukan pluripotent layaknya embryonic stem cell (sel punca embrionik)(13).

           Pengobatan dengan metode stem cell dinilai sangat bermanfaat karena pengobatan tersebut dapat memperbaiki organ yang rusak, aus, atau bahkan mati. Akan tetapi layaknya

pengobatan-pengobatan lain, pengobatan dengan metode stem cell ini, tidak luput dari risiko

atau efek samping yang perlu diwaspadai karena dapat memicu munculnya teratoma atau sel

kanker. Apalagi jika sel punca yang digunakan berasal dari sel punca hewan. Hal tersebut

dikarenakan terdapat kemungkinan terjadi ikatan chimeric antara sel hewan dan sel manusia

yang malah akan membentuk sel baru dengan sifat dan fungsi yang berbeda. Akan tetapi,

sampai saat ini belum ada laporan terbentuknya teratoma dalam pengobatan stem cell yang

menggunakan sel punca(stem cell) manusia

Referensi

  • Silverthorn DU. Human Physiology, An Integrated Approach. 6th ed. Boston: Pearson Education; 2012 Feb 06. Unit 1, Basic Cell Processes; Integration and Coordination; Chapter 3, Compatmentation: Cells and Tissues; p. 90.
  • Urry LA, Cain ML, Minorsky PV, Wasseman SA, Reece JB. Campbell Biology. 11th ed. New York: Pearson Education; 2016 Oct 19. Unit 3, Genetics; Chapter 20, DNA Tools and Biotechnology; p. 426.
  • Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. California: Thomson Brooks/Cole; 2012 Jun 18. Chapter 1, Mengenal Fisiologi dan Homeostasis; p.10.
  • Mescher AL. Junqueira's Basic Histology. 13th ed. New York: Mc Graw Hill Education; 2013 Feb 13. Chapter 2, Sitoplasma; p.18.
  • Holland S, Lebacqz K, Zoloth L. The Human Embryonic Stem Cell Debate, Science, Ethics, and Public Policy. London: MIT Press; 2001 Sep 01.
  • Utomo TS. Stem Cell Research Development and Its Protection in Indonesia. D.I. Yogyakarta: FH Universitas Janabadra [Internet]. 2012 Oct [cited 2019 Aug 17];24(3):377-569.
  • Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. California: Thomson Brooks/Cole; 2012 Jun 18. Chapter 1, Mengenal Fisiologi dan Homeostasis; p.10
  • National Bioethics Advisory Committee (NBAC). Ethical Issues in Human Stem Cell Research. Vol 1. Rockville: NBAC; 1999.
  • Urry LA, Cain ML, Minorsky PV, Wasseman SA, Reece JB. Campbell Biology. 11th ed. New York: Pearson Education; 2016 Oct 19. Chapter 3, Genetics; p. 430.
  • Sadler TW. Langman's Medical Embyology. 12th ed. New York: LWW; 2018 Nov 06. Unit 1, Embriologi Kedokteran Langman;Chapter 3, Minggu Pertama Perkembangan: C p. 39.
  •  Silverthorn DU. Human Physiology, An Integrated Approach. 6th ed. Boston: Pearson Education; 2012 Feb 06. Chapter 3, Compatmentation: Cells and Tissues; p. 92.
  • Urry LA, Cain ML, Minorsky PV, Wasseman SA, Reece JB. Campbell Biology. 11th ed. New York: Pearson Education; 2016 Oct 19. Unit 2, The Cell; Chapter 12, The Cell Cycle; p. 250.
  • Urry LA, Cain ML, Minorsky PV, Wasseman SA, Reece JB. Campbell Biology. 11th ed. New York: Pearson Education; 2016 Oct 19. Unit 3, Genetics; Chapter 20, DNA Tools and Biotechnology; p. 429.
  • Pusat Riset Biomedik FK UNDIP. Harapan Baru Pengobatan Sel Punca di Indonesia [Internet]. Semarang; 2009 Nov 29. [cited 2019 Aug 18]. Available from: https://undip.ac.id/images/news/news815.pdf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun