Mohon tunggu...
faqihrabbany
faqihrabbany Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jendela Dunia yang Mulai Ditinggalkan

16 Mei 2019   00:31 Diperbarui: 16 Mei 2019   00:46 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada sebuah pepatah lama yang mengatakan bahwa, "buku adalah jendela dunia". Layaknya jendela dalam sebuah kamar, yang dengannya kita bisa melihat indahnya pemandangan di luar sana tanpa harus menjelajahinya secara langsung. Begitu pula dengan buku, sebuah kumpulan coretan tinta yang berisikan informasi, memberikan ilmu serta pengalaman yang dapat memanjakan imajinasi manusia. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa popularitas dari sebuah buku itu kini mulai pudar seiring dengan perkembangan teknologi.

Keberadaan teknologi yang terus berkembang hingga saat ini memang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sekitar 20 tahun yang lalu, manusia mungkin tidak pernah berfikir bahwa saat ini akan muncul "jendela dunia" yang baru seperti, smartphone, laptop, serta gadget-gadget lainnya yang bisa dengan mudah menyimpan dan mengakses informasi dengan bantuan internet.

Sungguh mengesankan bukan jika kita memikirkan tentang betapa banyaknya kemudahan yang diberikan oleh teknologi? Akan tetapi, kemudahan yang kita dapatkan dari teknologi hanya sebatas informasi yang kita butuhkan saja, tidak seperti buku yang ketika kita mencari suatu informasi denganya, kita tidak hanya mendapat informasi yang kita inginkan, akan tetapi ada banyak informasi lain yang akan kita dapatkan darinya. Disisi lain, membaca buku dapat membuat kita menjadi seorang yang lebih terbuka, imajinatif, dan kritis sehingga kita tak mudah terprovokasi  serta  menggugah rasa ingin tau kita terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitar kita.

Sayangnya, belakangan ini banyak dari masyarakat kita yang kehilangan minatnya dalam membaca buku. Bedasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di peringkat 64 dari 72 negara yang rutin membaca. Bahkan dalam suatu survey yang dilakukan oleh The World Most Literate Nation Study, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara dengan presentase: dari setiap 1000 orang Indonesia, hanya ada satu orang yang rutin membaca buku. Bukankah sungguh ironis ketika kita melihat fakta tersebut? Bagaimana bisa negara yang terbentuk dari hasil perjuangan para cendikiawan dan intelektual yang tanpa lelahnya menimba ilmu hingga ke negri luar demi memerdekakan kita, namun kita sebagai generasi penerusnya justru kehilangan minat dalam membaca dan mendapatkan ilmu.

Hal ini mungkin dapat menjawab pertanyaan mengapa belakangan ini kita dapat dengan mudah terprovokasi oleh informasi-informasi hoax. Rendahnya rasa ingin tahu dan kurangnya sifat kritis dari sebagian masyarakat adalah salah satu akibat kurangnya minat kita pada literasi, yang akhirnya dapat membuat kita terpecah belah hanya dengan sebuah informasi yang bahkan belum terbukti kebenaranya.

Rendahnya minat masyarakat Indonesia dalam membaca buku bukanlah  suatu permasalahan yang dapat dianggap sebelah mata saja, permasalahan ini akan menjadi semakin besar setiap harinya jika tidak ada perubahan yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan kembali minat baca kita. Walaupun mungkin saat ini  kita akan merasa pesimis ketika melihat fakta yang ada, namun kita juga harus yakin bahwa belum terlambat untuk mengubah semuanya, kita harus percaya bahwa kita masih bisa  meningkatkan minat masyarakat Indonesia dalam membaca buku.

Kita bisa memulainya dari diri kita sendiri dengan hal-hal sederhana, seperti dengan membiasakan membaca buku setiap kali kita memiliki waktu senggang atau membiasakan diri untuk mengunjungi perpustakaan yang ada di tempat kita. Jika bukan kita yang memulainya, lalu siapa lagi?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun