Mohon tunggu...
faqih alfadlil
faqih alfadlil Mohon Tunggu... Penyair Malam

Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Emas Fisik atau Emas Digital: Mana yang Menjamin Kekayaan Anda di 2025?

26 April 2025   16:18 Diperbarui: 26 April 2025   15:21 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emas, logam mulia yang telah memikat peradaban selama ribuan tahun, tetap menjadi primadona investasi di tengah gejolak ekonomi global. Dari zaman kerajaan hingga era digital, emas terus dipercaya sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian. Namun, di tahun 2025, emas hadir dalam dua wujud: emas fisik yang dapat disentuh dan emas digital yang hanya berwujud angka di layar. Pertanyaannya, manakah yang lebih menjanjikan untuk mengamankan masa depan finansial Anda? Mari kita telisik lebih dalam, mengupas keunggulan dan risikonya, agar Anda tidak salah langkah dalam berinvestasi.

Emas fisik, dalam bentuk batangan, koin, atau perhiasan, memiliki daya tarik yang tak lekang oleh waktu. Memegang batangan emas bersertifikat dari Antam atau PAMP Suisse memberikan kepuasan tersendiri, seolah memegang sepotong kekayaan yang nyata. Emas fisik telah terbukti sebagai aset yang andal. Data historis menunjukkan bahwa harga emas meningkat rata-rata 8-10% per tahun selama dekade terakhir, menjadikannya benteng kokoh melawan penurunan nilai mata uang. Sebagai contoh, emas senilai Rp5 juta pada 2015 kini bernilai sekitar Rp12 juta pada April 2025, berdasarkan harga Antam. Dalam situasi krisis, seperti hiperinflasi atau bencana, emas fisik dapat berfungsi sebagai alat tukar darurat, sesuatu yang tidak tergantikan oleh aset digital.

Selain itu, emas fisik memiliki nilai budaya yang mendalam. Di Indonesia, emas sering menjadi bagian dari tradisi, seperti mahar pernikahan atau warisan keluarga. Kepemilikan emas fisik juga memberikan rasa aman karena tidak bergantung pada infrastruktur teknologi atau pihak ketiga. Anda memiliki kendali penuh atas aset tersebut, tanpa khawatir tentang peretasan atau kegagalan sistem.

Namun, emas fisik bukan tanpa cela. Penyimpanan menjadi tantangan utama. Menyimpan emas di rumah berisiko terhadap pencurian, sementara menyewa safe deposit box di bank dapat memakan biaya ratusan ribu hingga jutaan rupiah per tahun. Proses penjualan emas fisik juga tidak selalu mudah. Anda harus mencari pembeli terpercaya, seperti toko emas atau pegadaian, dan sering kali menghadapi selisih harga beli-jual (spread) yang cukup besar, berkisar 5-10%. Risiko emas palsu juga mengintai. Kasus penipuan emas dengan kemurnian rendah, seperti yang pernah terjadi di beberapa kota besar Indonesia, menjadi peringatan bagi investor untuk selalu memverifikasi keaslian produk.

Di sisi lain, emas digital muncul sebagai alternatif modern yang menawarkan kemudahan dan fleksibilitas. Emas digital adalah representasi emas fisik yang disimpan oleh penyedia layanan, seperti platform investasi Pegadaian Digital, IndoGold, atau token berbasis blockchain seperti Pax Gold. Dengan emas digital, Anda dapat berinvestasi mulai dari nominal kecil, bahkan Rp10.000, membuatnya sangat terjangkau bagi investor pemula. Transaksi dilakukan secara daring, kapan saja, tanpa perlu mengunjungi toko emas. Harga emas digital mengikuti pasar global secara real-time, memberikan transparansi yang sulit ditandingi oleh toko emas konvensional.

Kelebihan lain dari emas digital adalah likuiditasnya yang tinggi. Anda dapat menjual emas kapan saja, dan dana cair langsung masuk ke rekening bank atau dompet digital. Tidak ada biaya penyimpanan fisik, dan biaya transaksi umumnya lebih rendah dibandingkan emas fisik. Beberapa platform bahkan menawarkan fitur inovatif, seperti emas berbasis blockchain, yang menjamin keamanan melalui teknologi desentralisasi. Pax Gold, misalnya, memungkinkan setiap token setara dengan satu troy ounce emas fisik yang tersimpan di brankas terpercaya.

Meski demikian, emas digital memiliki kelemahan yang tidak boleh diabaikan. Ketergantungan pada penyedia platform adalah risiko utama. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan atau platform mengalami gangguan, aset Anda bisa terancam. Risiko keamanan siber juga nyata. Pada 2024, sebuah platform investasi di Asia menjadi korban peretasan, menyebabkan kerugian ratusan juta dolar bagi pengguna. Selain itu, emas digital tidak dapat digunakan dalam situasi darurat tanpa akses internet atau listrik, menjadikannya kurang praktis dalam skenario krisis ekstrem. Regulasi yang belum matang di beberapa negara, termasuk Indonesia, juga menambah ketidakpastian hukum bagi investor emas digital.

Untuk memberikan gambaran nyata, mari simak pengalaman dua investor. Ani, seorang ibu rumah tangga di Bandung, membeli 10 gram emas fisik pada 2018 senilai Rp6 juta. Pada 2024, ia menjualnya dan memperoleh keuntungan Rp5 juta, yang digunakan untuk biaya pendidikan anaknya. "Emas fisik memberi saya ketenangan, karena saya bisa melihat dan menyentuhnya," ujarnya. Sebaliknya, Budi, seorang profesional muda di Jakarta, berinvestasi Rp3 juta di emas digital sejak 2022 melalui aplikasi. Ia menikmati kemudahan jual-beli, namun pernah was-was ketika platform yang digunakannya mengalami gangguan selama dua hari. "Praktis, tapi kadang bikin deg-degan," katanya.

Lantas, manakah pilihan yang lebih unggul? Jawabannya bergantung pada kebutuhan dan preferensi Anda. Emas fisik ideal bagi mereka yang mengutamakan kepemilikan langsung, nilai budaya, dan perlindungan dalam jangka panjang. Emas ini cocok untuk investasi besar atau keperluan tradisional, seperti pernikahan. Namun, jika Anda mencari kemudahan, fleksibilitas, dan aksesibilitas dengan modal terbatas, emas digital adalah jawabannya. Emas digital memungkinkan Anda berinvestasi secara bertahap dan mengelola aset dengan cepat, sangat sesuai untuk generasi muda yang akrab dengan teknologi.

Sebagai strategi optimal, banyak investor memilih pendekatan hibrida: mengalokasikan sebagian dana untuk emas fisik sebagai cadangan jangka panjang dan sebagian lagi untuk emas digital demi likuiditas dan kemudahan. Misalnya, menyimpan 60% aset dalam emas fisik dan 40% dalam emas digital dapat menyeimbangkan keamanan dan fleksibilitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun