Mohon tunggu...
faqih alfadlil
faqih alfadlil Mohon Tunggu... Guru - Penyair Malam

Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengingat Mati

25 Mei 2022   19:59 Diperbarui: 25 Mei 2022   20:33 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, sampai juga pada ayat tentang kematian. Surat Ali Imran ayat 185. Allah berfirman, "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."

Orang bisa mati kapan saja. Apalagi di zaman Corona ini. Orang mati dengan mudah dan di mana saja dia berada. Sungguh Allahlah sang pemilik segala ciptaan di dunia ini. Kita bisa lihat jumlah korban akibat virus itu selalu bertambah setiap harinya. Jumlahnya sudah jutaan orang. 

Di Indonesia sendiri sudah ada ribuan orang. Kita tidak tahu sampai kapan waba ini akan berhenti. Apalagi pasar-pasar dibuka lagi. Semua bandara dibuka lagi. Orang-orang bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Maka penyebarannya pun juga sangat cepat.

Sebab itulah saya tidak bisa pulang kampung. Karena tempat saya tinggal sekarang sedang lockdown gara-gara wabah itu. Keluarga dan orang-orang yang ada di kampung merindukan saya, pun sebaliknya, saya juga merindukan mereka. Ingin sekali saya bisa berguna untuk kampung halaman ketika Ramadan. Akan tetapi keadaan tidak mengahendaki itu. saya ditakdirkan untuk tetap berada di kampus saya belajar.

Setiap saat kita semua dihantui dengan kematian. Tidak ada yang tahu kapan itu datang. Semuanya masih misteri. Kita juga tidak tahu bagaimana keadaan kita saat meninggal dunia. Apakah dalam keadaan kafir atau mukmin. Yang pasti adalah kita semua akan menyusul mereka yang telah mendahului kita. Hidup di dunia sebenarnya hanyalah untuk menunggu. Giliran kita sudah tertulis di lauh mahfuzh.

Manusia hanya perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Tentu saja dengan amal salih dan akhlak karimah. Semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam beramal. Persoalanya adalah keinginan dan kemauan dalam beramal. Itu saja. 

Karena kadang kita masih enggan untuk mengeluarkan sedekah. Kadang kita masih enggan untuk bangun di tengah malam tuk shalat tahajud. Kadang kita enggan untuk menolong saudara kita yang sedang kesusahan. Kadang kita enggang untuk berbakti kepada kedua orang tua. Kadang kita enggan untuk menyempatkan baca al-Quran di sela-sela waktu kosong.

Mati itu sakit. Bahkan nabi pun merasakan kesakitan saat ajal menjemput. Makanya tidak ada yang mau mati. Semuanya ingin hidup selamanya, meski itu mustahil. Sesakit-sakitnya mati, hidup setelah kematian itu jauh lebih mengerikan. Siksa kubur dan neraka jauh lebih menyakitkan daripada dunia. 

Dikatakan, sesengsara-sengsaranya hidup di dunia, ketika sudah masuk surge, maka akan lupa dengan kesengsaraan itu. Sebaliknya, hidup seenak apapun, kalau nanti masuk neraka, akan lupa dengan kenikmatan itu karena saking sakitnya kehidupan di neraka.

Oleh karena itu, mempersiapkan diri untuk menuju ke rumah akhirat itu yang terpenting. Bukan berarti setiap saat kita hanya memikirkan dunia saja. Setiap hari yang dilakukan hanya ibadah saja. Bukan itu. Maksudnya, amalan atau karya apa yang akan kita persembahkan untuk umat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun