Heboh soal rekaman pencatutan nama Presiden Jokowi terkait perpanjangan kontrak pertambangan Freeport Indonesia oleh Setya Novanto sang ketua DPR RI ternyata berimbas juga ke Kompasiana. Bukan hanya pada banyaknya artikel yang ditulis oleh Kompasianer terkait kasus tersebut, tapi nama Kompasiana terbawa-bawa juga di pusaran keriuhan kasus tersebut.
Konon, di dalam rekaman percakapan tersebut disebut-sebut oleh para calo bahwa Presiden Jokowi tak akan menghalangi perpanjangan kontrak Freeport. Kalau sampai Presiden Jokowi berani menghentikan, "jatuh dia", begitu kata si empunya suara.
Berita heboh ini ditampik oleh seorang staf khusus Menteri ESDM. Kabar yang beredar tersebut dianggap hanya karangan belaka, alias fiktif.
Nah, menariknya, berita yang cuma sekedar karangan itu dianalogikan dengan .... eng ing eng ... tulisan di Kompasiana.
"Bisa saja itu ngarang seperti orang-orang ngarang tulisan di Kompasiana," begitu ujar Said Didu, sang staf khusus, seperti dikutip oleh situs berita Tempo.
Entah, apakah harus bangga sebagai Kompasianer karena ternyata Kompasiana sudah semakin terkenal, atau harus miris membaca komentar yang mengaitkan berita karang-karangan sebagai ciri Kompasiana.
Kasus Kompasianer Pakde Kartono yang tak juga jelas hingga saat ini apakah dia Gayus Tambunan atau bukan dan beberapa hari lalu tulisan kontroversial dari Kompasianer Adi Supriadi yang menuding korban teror Paris cuma boneka, tampaknya menggerus reputasi Kompasiana.
Mudah-mudahan Admin Kompasiana semakin tanggap terhadap citra media ini di mata publik dan menjaganya dengan baik.