Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kematian (2)

28 Agustus 2018   18:59 Diperbarui: 28 Agustus 2018   19:15 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pixabay.com

Bidadari kecil itu memandangi tubuh ibunya berlama-lama
"Mama tidur nyenyak sekali," pikirnya. "Bahkan desah nafasnya tak terdengar,"

Ada yang sedikit mengherankannya
Mengapa Mama dibaringkan di ruang tamu ?
Mengapa banyak sekali orang berdatangan ?
Mengapa orang-orang menangis bahkan meraung ?
Mengapa orang-orang tak henti memeluk dan membelai kepalanya ?

Sabar...pergi...kuat...tabah...Tuhan...tenang
Kata-kata yang sama berulang-ulang terucap di antar isak dan sedu sedan
Berisik amat! Nanti Mama bisa terbangun dan marah

Bidadari kecil itu mendengar orang-orang menyebut ibunya telah mati
Tapi, dia tahu mereka tidak mengerti
Mama suka bermain ciluk ba dan pura-pura tidur lalu benar-benar ketiduran
Hanya saja kali ini Mama kebablasan tidur di tengah keramaian

Dan, Si Papa! Duh, cengengnya, ikut-ikutan terbata-bata
Papa yang tegas dan tegar  mengapa bercucuran air mata ?
Ssshhhh..... Masa sih Papa 'gak kenal kelakuan Mama ?
Sabar, Pa, sebentar juga Mama akan terjaga

Bidadari kecil mengambil tisu dan menghapus air yang mengaliri pipi ayahnya
Itu bukan wajah Papa yang biasa, tak ada asa di sana
Papa memeluknya begitu erat dan meratap sejadi-jadinya
Bidadari kecil bingung, haruskah ikut menangis atau menyuruh Papa berhenti ?

Mama tertidur lama sekali, apakah Mama sedang bermimpi panjang ?
Apakah dalam mimpinya Mama pergi jauh sekali ?
Lalu, lupa jalan kembali ?
"Ma...Mama... Udahan, ya mainnya. Malu dilihatin orang-orang."

Tapi, Mama bergeming, membatu di pembaringannya
Mama terus terlelap ketika orang-orang memindahkan pembaringannya
Juga ketika sebongkah batu diletakkan sebagai tanda di atas pembaringannya

Malam ini bidadari kecil tak lagi menemukan ibunya di kasur tempat mereka biasa baring bersama
Mungkin jika dia memejamkan mata di sana dia bisa menyusul Mama ke dalam mimpinya
Lalu menuntunnya pulang dan besok pagi hari-hari akan berjalan seperti biasa lagi
Senyum Papa akan kembali dan bidadari kecil akan mengolok-olok ayah yang cengeng sekali

28.08.2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun