Bidadari kecil itu memandangi tubuh ibunya berlama-lama
"Mama tidur nyenyak sekali," pikirnya. "Bahkan desah nafasnya tak terdengar,"
Ada yang sedikit mengherankannya
Mengapa Mama dibaringkan di ruang tamu ?
Mengapa banyak sekali orang berdatangan ?
Mengapa orang-orang menangis bahkan meraung ?
Mengapa orang-orang tak henti memeluk dan membelai kepalanya ?
Sabar...pergi...kuat...tabah...Tuhan...tenang
Kata-kata yang sama berulang-ulang terucap di antar isak dan sedu sedan
Berisik amat! Nanti Mama bisa terbangun dan marah
Bidadari kecil itu mendengar orang-orang menyebut ibunya telah mati
Tapi, dia tahu mereka tidak mengerti
Mama suka bermain ciluk ba dan pura-pura tidur lalu benar-benar ketiduran
Hanya saja kali ini Mama kebablasan tidur di tengah keramaian
Dan, Si Papa! Duh, cengengnya, ikut-ikutan terbata-bata
Papa yang tegas dan tegar  mengapa bercucuran air mata ?
Ssshhhh..... Masa sih Papa 'gak kenal kelakuan Mama ?
Sabar, Pa, sebentar juga Mama akan terjaga
Bidadari kecil mengambil tisu dan menghapus air yang mengaliri pipi ayahnya
Itu bukan wajah Papa yang biasa, tak ada asa di sana
Papa memeluknya begitu erat dan meratap sejadi-jadinya
Bidadari kecil bingung, haruskah ikut menangis atau menyuruh Papa berhenti ?
Mama tertidur lama sekali, apakah Mama sedang bermimpi panjang ?
Apakah dalam mimpinya Mama pergi jauh sekali ?
Lalu, lupa jalan kembali ?
"Ma...Mama... Udahan, ya mainnya. Malu dilihatin orang-orang."
Tapi, Mama bergeming, membatu di pembaringannya
Mama terus terlelap ketika orang-orang memindahkan pembaringannya
Juga ketika sebongkah batu diletakkan sebagai tanda di atas pembaringannya
Malam ini bidadari kecil tak lagi menemukan ibunya di kasur tempat mereka biasa baring bersama
Mungkin jika dia memejamkan mata di sana dia bisa menyusul Mama ke dalam mimpinya
Lalu menuntunnya pulang dan besok pagi hari-hari akan berjalan seperti biasa lagi
Senyum Papa akan kembali dan bidadari kecil akan mengolok-olok ayah yang cengeng sekali
28.08.2018